"Amy ...."
Daniel meracau tak jelas dengan mata setengah terpejam. Bahkan anak TK pun tahu kalau lelaki itu tengah mabuk berat karena minum lebih dari dua botol alkohol.
Berita yang Darwin bawakan cukup membuatnya shock karena selama ini Daniel berusaha menahan diri untuk tidak menemui Amy, meskipun dia sangat ingin. Lelaki itu setidaknya berhasil membendung semua perasaannya, sampai tadi.
Semua pertahanan yang Daniel bangun 15 tahun runtuh hanya karena kabar Amy kembali ke New York. Jika selama ini Daniel berhasil menahan perasaannya karena Amy jauh dan tak tergapai, maka sekarang ia harus apa? Ia harus apa ketika gadis yang ia cintai berada di depan matanya?
"Seharusnya Darwin tidak memberitahumu soal Amy." William bergumam singkat seraya melirik Daniel yang duduk di kursi penumpang mobilnya. Sahabatnya itu terlalu mabuk untuk menyetir, karena itu William lah yang mengantarnya ke apartment.
Jalanan sangat sepi karena jam sudah menunjuk pukul 3 subuh, di mana seharusnya mereka tengah tertidur lelap di atas ranjang sekarang. Sedangkan William malah menjadi supir Daniel untuk hari ini. Sungguh menyebalkan bukan?
"Pasti berat untukmu ...." William bergumam lagi. Ia kenal Daniel, dan ia tahu bagaimana cara lelaki itu mencintai. Dia mencintai secara keras, dan Daniel tidak akan mudah memberikan hatinya pada orang lain jika sudah tulus pada satu wanita. Sayang, wanita yang ia pilih malah pergi meninggalkan dirinya. Membuat Daniel melampiaskan kemarahan dan sakit hatinya pada perempuan lain yang tak bersalah.
William mengambil selimut yang memang selalu ada di kursi belakang mobilnya dan menyelimuti tubuh Daniel. Ia menyenderkan kepalanya pada kursi dan menghela napas kuat-kuat.
Kedatangan Amy sungguh tak terduga, karena William pikir wanita ular itu tak akan pernah menginjakkan kakinya lagi ke New York. Ya, dia ular. William tahu betul bagaimana sifatnya, karena itu dia tak suka ketika tahu kalau Daniel masih mencintai Amy, bahkan setelah tahun demi tahun berlalu.
"Karena dia kembali ...." William bergumam sendiri, di tengah jalan yang sepi ini dia menghentikan laju mobilnya karena suasana hati yang kacau. Jangan tanyakan di mana Darwin dan Erick, karena kedua bajingan itu tengah bersenang-senang di club. Sebelum melanjutkan ucapannya, William kembali melirik ke arah Daniel yang sekarang telah tertidur. "Sepertinya ... aku harus keluar dari tempat persembunyianku, Niel."
***
Margo tengah mengoleskan selai di atas roti tawar miliknya. Sesekali, dia melirik ke arah Daniel yang hanya terdiam sembari menatap kosong ke depan sedaritadi. Aneh, terlebih lagi karena semalam lelaki itu tiba-tiba pulang saat subuh menjelang di saat Margo sudah berpikir kalau dia tidak kembali seperti biasa.
"Apa kau sakit?" tanya Margo membuka pembicaraan. "Kau tampak pucat, banyak melamun, dan tak nafsu makan."
Hening.
Daniel tampaknya tak mendengar apa yang Margo bicarakan. Ia masih diam, dengan pikiran yang menerawang jauh. Hingga membuat Margo bertanya-tanya, apa yang Daniel pikirkan hingga otaknya lumpuh?
Dengan modal nekat, gadis itu memberanikan diri menyentuh tangan Daniel. Perlahan, namun sama saja ... tak ada respon.
"Daniel ...."
"Daniel."
"Daniel!"
"Eh?" Daniel mengerjap-ngerjapkan mata ketika mendengar Margo memanggil namanya dengan nada tinggi. "Kenapa?"
Margo memiringkan kepalanya, lalu menyentuh dahi Daniel. Membuat lelaki itu mengikuti pergerakan tangannya.
"Kau demam ...," ucap Margo agak ragu. Dia menatap Daniel khawatir sebelum berujar, "Apa kau mau makan sesuatu? Akan kucoba buatkan ...."
"Hah?" Daniel menoleh lagi, agak bingung. Jujur saja, fokusnya terbagi-bagi karena pikirannya masih menyangkut pada kedatangan Amy. Di dalam hati, sebenarnya Daniel sangat ingin menemui gadis itu. Ya, hanya ingin menyapa sebagai teman lama, meski hati masih sering menyebut namanya. Tapi sejujurnya, dia takut ... takut kembali jatuh pada pesona gadis itu, dan nantinya akan ditinggalkan untuk kedua kalinya.
"Kau sakit ... apa mau kubuatkan sesuatu?" Margo bertanya ulang. "Perilakumu agak aneh, seperti orang linglung hari ini. Apa kau akan baik-baik saja?"
"Aku tidak apa-apa." Daniel tersenyum manis, menatap netra hazel yang tenang nan sendu itu. Ia masih sadar betul kalau ada Margo di sini, tapi ... hatinya memberontak setiap kali nama Amy terpikirkan. "Terima kasih karena sudah perhatian."
Margo merasa pipinya memanas. Rasanya baru kali ini Daniel memperlakukannya begitu lembut, dan perlahan-lahan Margo merasa jalannya untuk mendapatkan hati Daniel semakin terbuka lebar.
"Kau tidak perlu berterimakasih ... karena itu adalah kewajibanku," ucap Margo setelah dia menetralkan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus. "Tapi ... apa kau benar-benar tak mau makan apa-apa?"
"Hm, makan ya ...." Daniel bergumam singkat lalu tersenyum manis. "Aku ingin sup ayam dengan saos sambal yang banyak. Apa kau bisa membuatnya?"
Margo mengangguk, penuh antusias. "Tentu, akan kubuatkan!"
"Terima kasih." Daniel tersenyum lagi, Margo manis sekali.
"Kalau begitu, pulanglah saat jam makan siang, aku akan menunggumu."
Daniel mengangguk, "Ya ... aku akan pulang."
***
Ting tong ....
Margo berjalan agak cepat ketika mendengar bel apartment-nya berbunyi. Orang itu tidak mungkin Daniel, karena selain sekarang belum jam makan siang, Daniel tidak perlu menekan bel untuk masuk ke dalam. Lelaki itu tahu kata sandinya.
"Siapa?" Margo bertanya pada pelayannya yang sudah berdiri di depan intercom.
"Seorang pria muda, Nyonya." Pelayan itu memberi Margo jawaban yang membuatnya mengernyit.
"Pria?" Margo berjalan mendekat, kemudian matanya membulat ketika melihat seorang pria dengan wajah yang sangat familier tengah berdiri di sana, dengan sebuket bunga dan senyuman menawan.
Pria itu pernah merebut hati Margo, lalu menghempaskannya kejam dengan cara yang tak termaafkan.
Ya, dia ... Kenndrick.
***
ini pendek, aku tahu wwkkwkwkwk.
fokusku lg terbagi2, tp aku msh usahain update.
maafkn kalo krg maksimal =')
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. CERITA LEBIH BANYAK NYESEK DIBANDING BAHAGIANYA. ⚡WALLANCE BOOK TWO⚡ *** Ini kisah Margolie Charlotte yang terjebak di dalam kesalahan cinta satu malamnya. Ia me...