Chapter 19 - Marie's Party [2]

21.1K 1.5K 42
                                    

jangan lupa meninggalkan jejak!

Double update ... tapi kemaleman gegara ketiduran ;')

***

"Bagusan yang kanan atau yang kiri?" Margo memandangi dress yang baru Daniel belikan untuknya dengan pandangan bingung. Keduanya cantik, dan Margo tak mengerti kenapa Daniel membelikannya dua gaun di saat Margo hanya butuh satu. Well, tapi setidaknya dia bersyukur karena Daniel paham ... dirinya tak punya pakaian mahal seperti ini sebelumnya.

Gaun pertama berwarna hitam. Dengan panjang yang menyentuh lutut, hiasan kristal yang tampak cantik, juga potongan dada yang agak rendah, gaun ini tampak seksi dan menawan. Tipe pakaian yang bisa membuat orang menjadi anggun dan elegan. Margo suka.

Lalu gaun kedua berwarna peach. Dengan ekor yang agak panjang menjuntai ke belakang, gaun ini lebih terlihat feminin dan manis. Tipikal pakaian yang membuat Margo seperti wanita baik-baik yang datang ke pesta. Well, dia suka juga. Keduanya bagus, karena itu dia tidak bisa memilih dan meminta pendapat Daniel.

"Apa bedanya? Keduanya cantik kalau kau yang pakai." Daniel memandangi Margo sejenak sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. Ya, dia masih harus mengurus beberapa berkas sebelum pergi. Untung saja dia punya teman yang bisa diandalkan, jadinya tak sulit mencarikan Margo gaun untuk pesta nanti malam.

Margo mendengus, tentu saja omongan Daniel hanyalah pujian kosong semata. Laki-laki itu terlihat sibuk, bahkan terlalu fokus pada pekerjaannya sedaritadi. Margo jadi heran, sebenarnya kenapa Daniel pulang cepat hari ini jika dia masih punya banyak hal untuk diselesaikan?

"Apa kau sibuk?" Margo meletakkan kedua gaunnya di atas ranjang dan berjalan mendekati Daniel. Dia melirik laptop Daniel dan mengernyit. Sesungguhnya dia tidak pernah mengerti tentang bisnis karena sejak kecil Margo suka menggambar, sebab itu dia memilih designer interior sebagai pekerjaan. Meski belakangan ini dia belum mengambil job lagi karena Daniel tidak mengizinkan.

Daniel menghentikan kegiatannya kemudian menatap mata Margo, dia menuntun wanita itu ke arah dadanya dan mengecup puncak kepala Margo lembut, "Apa aku mengabaikanmu?"

"Tidak ...." Margo menjawab. Dia malu, meski sudah berkali-kali melakukan hal yang seperti ini dengan Daniel, dia masih belum terbiasa. "Aku hanya takut menganggu pekerjaanmu, karena itu aku bertanya kau sibuk atau tidak."

Daniel tersenyum, hatinya menghangat. Dia merasa Margo begitu mengerti dirinya. Sosok wanita yang tidak pernah memaksakan kehendaknya hanya demi kepentingan diri sendiri.

"Kau tahu, kau berubah." Daniel menggeser posisinya, membiarkan tubuh kekar itu kembali mendekap badan Margo yang mungil. "Dulu ... meskipun aku mabuk, aku masih mengingat bagaimana galaknya dirimu. Kau seperti ingin mengigitku, setiap kali aku berbicara."

Daniel terkekeh, tanpa sadar dia mengulang kembali memori di mana dirinya dan Margo pertama kali bertemu, "Saat itu, aku tidak pernah tahu kalau kita berdua akan berakhir seperti ini. Kalau saja waktu itu Gabriel tidak membuatku frustrasi, mungkin semuanya akan berubah."

Margo terdiam di dalam pelukan Daniel. Di dalam benaknya, dia tiba-tiba berpikir.

Akankah hidupnya lebih indah, jika dia tidak pernah bertemu dengan Daniel?

"Pernahkah ... kau menyesal?" Daniel melanjutkan ucapannya, langsung menatap ke arah netra Margo. Dirinya mencari penjelasan. Dengan pandangan lekat, dia berusaha menemukan jawaban dari Margo. "Menyesal karena telah bertemu denganku?"

Margo kembali termenung, sebelum kemudian dia menggeleng, "Kau tidak tahu betapa bersyukurnya aku karena aku punya dia di dalam sini. Dia menguatkan aku ketika kau tidak ada. Dia menumbuhkan rasa cintaku padamu secara perlahan-lahan. Dan dia ... membuatku lupa, bahwa hatiku pernah patah sebelumnya." Margo mengelus perutnya lembut. Dia tidak tahu jenis kelamin anaknya, tepatnya belum tahu. Tapi dia tidak peduli, karena mau laki-laki ataupun perempuan, dia akan tetap menyayangi buah hatinya, sebagaimana Margo mencintai dirinya sendiri.

"Aku bukan Papa yang baik, bukan?" Daniel mengusap perut Margo lembut, dia kembali mengajak anaknya berkomunikasi. "Jika kau sudah lahir nanti, bisakah kau menjaga Mamamu? Jaga ... agar dia tidak bertemu dengan bajingan seperti Papa lagi ke depannya. Papa tidak mau dia tersakiti lagi."

Margo merasa dadanya sesak ketika Daniel bilang seperti itu kepada anaknya. Entah kenapa, dia justru merasa kalau dirinya dan Daniel akan berpisah. Dan tidak! Margo sungguh tak mau hal itu terjadi! Daniel Wallance, meskipun dia laki-laki bajingan yang hatinya tak jelas untuk siapa, tapi karena dirinya Margo berhasil berubah menjadi wanita yang lebih baik. Dia menjadi lebih feminin dan lebih lembut. Semua sifat buruknya menghilang, dan semua itu berkat ... laki-laki ini.

Bagaimana bisa, Margo melepaskannya?

"Kenapa kau berbicara seperti itu, hey?" Margo menangkup wajah Daniel dengan kedua tangannya. Dia sungguh ingin menangis saat mata biru itu menatapnya teduh. "Aku tidak suka kalimatmu. Terdengar seperti ... kita akan terpisah nanti."

Daniel diam, tidak menjawab.

Kemudian, Margo mendekatkan dirinya. Memeluk tubuh Daniel dengan erat, mengendusi wangi maskulin yang terasa menenangkan.

"Bukankah aku sudah berjanji ... tidak akan meninggalkanmu, apapun yang terjadi?" Margo bergumam.

Daniel mengangguk pelan.

Margo tersenyum lembut dan melepaskan pelukannya. Dia menenangkan Daniel.

"Jangan khawatir ... semuanya pasti akan baik-baik saja. Kau, aku, dan anak kita akan berakhir dengan happy ending, bukan?"

Daniel mengangguk lagi, agak lama. Dia ragu, sungguh.

"Semoga saja ... pada akhirnya nanti, kita memiliki akhir yang bahagia."

***

a/n:

Ini pendek kutahu. 

Dan soal ending, sedang kupikirkan Margo akhirnya sama siapa.

Ini memang cerita Daniel, karena karakter dia bakal mendominasi di sini. Tapi ... bukan berarti Daniel dan Margo pasti berakhir bahagia, bukan?

HAHAHA.

aku sayang Daniel, tapi kadang William juga bikin baper. Gaktau deh kalau Kenndrick, itu urusan nanti  /plakkk





Instagram : blcklipzz (double z) jangan lupa follow gaes!

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang