"Kau tak perlu mengantarku sampai kemari, tapi ... terima kasih." Margo menunduk, merasa pipinya kembali memanas. Ah, jangan salah sangka, dia bukannya jatuh cinta dengan William. Hanya saja, setiap perlakuan manis laki-laki itu hari ini berhasil membuat Margo blushing.
Mereka sudah sampai di depan apartment Margo. Well, sebenarnya Margo sudah meminta William tak usah repot-repot mengantarnya tapi William begitu keras kepala. Bahkan dia mengantar Margo sampai ke atas.
"Aku hanya memastikan kau aman." William menyunggingkan seulas lengkungan tipis di bibirnya. Sebelum kemudian dia mengulurkan tangan, mengusap kepala Margo lambut, penuh kasih sayang. "Aku ... tidak memintamu menjawab pertanyaanku, karena sejujurnya itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan."
William menarik tangannya kembali, lalu terkekeh pelan, "Aku harap kau mau menemuiku lagi nanti."
Margo meneguk salivanya dengan susah payah, "Maksudmu ... menemuimu lagi?"
"Kencan." William menjawab tanpa ragu, membuat napas Margo tercekat. Dia merasa, semakin hari William semakin berani. Padahal dulu laki-laki itu pengecut. Kenapa ... bisa?
"K-kencan?" ulang Margo, shock. Dia bahkan tidak pernah berkencan dengan Daniel. Ah, diajak keluar dari apartment saja baru hari ini. Itu pun Margo langsung mengalami pengalaman buruk.
William mengangguk, "Aku--"
William tak sempat menyelesaikan perkataannya ketika suara pintu berderit karena terbuka itu terdengar. Kedua insan yang tengah berdiri di depan langsung menoleh, baru menyadari bahwa sedaritadi pintu itu terbuka meski hanya sedikit.
Di belakang pintu itu, ada seorang laki-laki dengan tangan yang menggepal marah, mata menyala, dan napas yang memburu tengah menatapi keduanya. Entah sejak kapan, dirinya sudah berdiri di sana.
"Kau pikir, siapa yang baru saja kau ajak kencan?" Daniel keluar, membuka pintu apartment dengan kasar. Menatap mata William penuh kemarahan, seolah tak lagi peduli kalau William adalah sahabatnya sendiri.
"D-daniel ...." Margo memanggil nama Daniel lembut. Wanita itu tak bisa menutupi keterkejutannya. Sungguh, apa Daniel mendengar semuanya?
William masih berdiri di tempatnya. Dia tampak kokoh, sama sekali tak terpengaruh meski baru kali ini tatapan intimidasi Daniel dilayangkan untuknya.
Well, bukankah William sudah bilang dia akan merebut Margo?
"Aku ... mengajak wanita yang mengandung anakmu untuk berkencan." William maju satu langkah, mendekati Daniel.
Jarak mereka semakin tipis. Keduanya saling memandang penuh kebencian. Jika mereka berada di dalam film, pasti kedua mata itu sudah mengeluarkan laser sekarang.
Mereka berdua tampak mengerikan, seolah akan bertengkar. Sedangkan Margo panik, dia bingung mau menjelaskan bagaimana keadaan ini.
"Jangan bertengkar ... kumohon ...," gumam Margo. Dia memohon dengan nada memelas, namun kedua laki-laki itu seakan tak peduli. Mereka punya dunia sendiri, tempat di mana peperangan akan terjadi.
"Kau ...." Daniel menggepalkan tangannya. Emosinya sudah di puncak. Dia tak suka mendengar William mengajak Margo kencan.
Sesungguhnya Daniel tak tahu, kalau Margo punya hubungan yang sedekat itu dengan William, hingga sahabatnya yang pendiam itu berani mengajak Margo berkencan.
Tidak, sampai tadi saat dia mau keluar dari apartment, Daniel mendapati Margo dan William tengah berjalan ke arahnya.
Ya, dia pulang lebih awal tapi tak menemukan Margo. Karena itu dia hendak keluar lagi. Tapi ... siapa sangka dia bisa menemukan dua orang itu?
![](https://img.wattpad.com/cover/138539810-288-k273940.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. CERITA LEBIH BANYAK NYESEK DIBANDING BAHAGIANYA. ⚡WALLANCE BOOK TWO⚡ *** Ini kisah Margolie Charlotte yang terjebak di dalam kesalahan cinta satu malamnya. Ia me...