Daniel berlari ke segala toilet yang ada di hotel ini, tapi dia tidak bisa menemukan Margo. Ia menyentuh tombol ponselnya dengan putus asa, berusaha menelepon wanita itu tapi tetap saja Margo tak bisa dihubungi.
Sudah satu jam lebih sejak wanita itu pergi ke toilet, dan sampai sekarang Margo tak kembali. Bodohnya lagi, tadi Daniel tidak menemaninya pergi, bahkan ia sempat terlena karena Amy. Padahal Daniel tahu, baru kali ini dia membawa Margo ke pesta.
Well, dia bajingan berdosa. Daniel tahu banyak sekali orang di luar sana yang ingin menghancurkan perusahaannya dan dirinya. Ia tahu banyak orang jahat. Tapi kenapa ... kenapa dia membiarkan Margo sendirian?
Daniel menghela napas frustrasi lalu mencengkram rambutnya keras saat suara yang terdengar justru milik operator. Ponsel Margo mati dan shit! Kenapa Daniel secemas ini?
"Niel ... apa kau menemukannya?" Erick berlarian ke luar, menyusul Daniel yang sedaritadi tak kembali ke dalam pesta. "Marie mencarimu, katanya kau tidak kelihatan. Tapi aku sudah bilang kalau kau sedang mencari Margo dan dia maklum."
Marie, putri bungsu perusahaan YG Group yang menolak kontrak Daniel minggu lalu adalah gadis muda berusia 18 tahun. Daniel tak kenal dekat, tapi seingatnya gadis itu adalah tipikal orang yang menyenangkan.
Daniel menggeleng. Dia kesal, marah, khawatir, juga putus asa.
"Dia tidak mengangkat teleponku. Ponselnya mati. Dia tidak ada di mana-mana." Daniel bergumam. Entah bagaimana kakinya malah melemas. "Aku harus mencari ke mana lagi? Aku tidak bisa menemukannya ...."
Erick terkejut melihat Daniel yang tampak berbeda dari biasanya. Erick paham, Daniel cemas karena bagaimanapun juga Margo mengandung anaknya. Tapi, untuk kali pertama setelah bertahun-tahun lamanya, Erick kembali melihat percikan penuh kekhawatiran di sana.
Dan dia tahu, sahabatnya itu tidak lagi menganggap Margo sebagai kesalahan. Erick mendapati kalau Daniel ternyata menyimpan perasaan yang lebih di dalam dirinya. Bahkan ketika dia sendiri tak sadar.
Ya, Amy adalah satu-satunya halangan kedua insan itu untuk bersatu. Daniel yang kebingungan dengan perasaannya dengan mudah bisa terlena karena pengaruh Amy. Sedangkan Margo, wanita itu terlalu baik. Dia bahkan tidak pernah meminta kepastian pada Daniel.
Dia mengerti Daniel dan tidak menuntut apa-apa.
"Tenang Niel. Mungkin saja dia bertemu dengan temannya atau--"
"Dia tidak punya banyak teman!" seru Daniel memotong. Ia menyandarkan tubuhnya ada dinding, sampai laki-laki itu mendengar suara dentingan ponsel.
Sebuah pesan. Daniel menekannya secara perlahan, lalu dengan perlahan-lahan napas Daniel berubah teratur. Dia lega.
From : Margo
Niel, aku pulang ya? Kau tetap di sana saja. Aku lelah.
Bersenang-senanglah :)"Siapa?" Erick melirik ke arah ponsel Daniel ketika mendapati air muka laki-laki itu berubah drastis. Lalu tanpa sadar, ia juga ikut menghela napas. Lega karena ternyata Margo baik-baik saja.
"Kau tidak mau menelponnya untuk memastikan?" tanya Erick seraya menaikkan sebelah alisnya.
Daniel menggelengkan kepala, "Aku tidak mau menganggu istirahatnya. Mari kita selesaikan urusan di sini karena aku ingin segera pulang."
Erick mengangguk. Meski dalam dirinya, dia semakin yakin kalau Daniel sudah jatuh cinta pada Margo.
Karena untuk kali pertama, Daniel ingin pulang cepat. Sebuah hal yang langka karena biasanya laki-laki itu lebih senang menghabiskan malam di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. CERITA LEBIH BANYAK NYESEK DIBANDING BAHAGIANYA. ⚡WALLANCE BOOK TWO⚡ *** Ini kisah Margolie Charlotte yang terjebak di dalam kesalahan cinta satu malamnya. Ia me...