Double update!
***
Gila. Itu kata yang terus terngiang di benak Margo semenjak William memintanya untuk belajar mencintai laki-laki itu. What the hell?! Mereka bahkan baru saling mengenal kemarin, dan bagaimana bisa dengan mudahnya William mengatakan hal yang tidak masuk akal itu? Apa laki-laki itu sungguh gila?
Tadi Margo bahkan tidak menjawab permintaan William karena terlalu shock. Bayangkan posisi Margo! Teman dari laki-laki yang ia cintai mengajaknya berkencan di saat mereka baru saja saling mengenal? Gila? Jelas!
Sekarang dia mengerti kenapa William bisa bersahabat dengan Daniel. Mereka berdua sama-sama gila, namun dalam hal yang berbeda. Jika Daniel gila wanita dan minum, Margo rasa ... William gila dalam hal kejiwaan.
Tapi bagaimana pun juga, William telah menemaninya kemarin, sampai-sampai laki-laki itu rela terjebak di mobil hanya karena tak tega menganggu Margo. Sebenarnya sejak tadi, ada sebagian di dalam diri Margo yang merasa tidak enak karena sudah bersikap kasar dengan William dan meninggalkannya begitu saja. Terlepas dari perkataan gilanya, seharusnya tadi Margo tidak pergi begitu saja.
Seharusnya ... dia menolak, bukan? Supaya tidak ada kesalahpahaman ke depannya.
Tapi kenapa lidahnya terasa kelu tadi? Apa karena dia terlalu shock?
Margo menarik napas berat. Dia sungguh tak paham dengan dirinya sendiri.
"Kita sudah sampai, Miss."
Margo tersentak ketika suara bapak-bapak yang terdengar berat itu terdengar. Dia terlalu sibuk dengan pikirannya, sehingga tak menyadari kalau ia telah sampai di tujuan.
"Terima kasih." Margo mengeluarkan uang dari dompetnya dan keluar dari taksi.
Wanita berambut blonde itu berdiri di depan gedung tinggi mewah, tempat di mana ia tinggal sebulanan lebih ini. Dia mendongakkan kepala lalu menaikkan tangannya ke atas, menutupi sinar matahari agar tak terkena langsung ke arah wajah.
Tiba-tiba dia kembali teringat ke masa lalu, di mana dia sudah cukup bahagia dengan kehidupannya bertiga bersama Lynne dan Judith. Ah, Margo belum mengunjungi Judith lagi semenjak terakhir kali dia melihat gadis itu di pesta pernikahan Lynne. Tapi yang Margo tahu, perkembangannya bagus, dia punya niat yang besar untuk sembuh dan Margo berniat untuk mengunjunginya dalam waktu dekat ini.
Margo berjalan masuk ke dalam apartment, menekan lift lalu menunggu untuk sesaat. Hanya beberapa detik, dia telah sampai di lantai tempat ia tinggal. Lalu, dengan langkah lambat dia berjalan keluar.
Sesungguhnya, Margo agak takut. Karena semalam Daniel meneleponnya terus-menerus dan Margo tidak tahu. Dia bahkan tidak memberi kabar dan tidak pulang ke rumah. Margo sungguh merasa bersalah.
Margo membuka pintu setelah menekan kata sandi apartment-nya. Sepi. Hal itu yang pertama kali ia dapati setelah memasuki apartment. Biasanya para pelayan tengah sibuk membersihkan ruangan, memasak, atau mengerjakan pekerjaan lain. Ya, Margo telah terbiasa dengan mereka karena itu sekarang dia merasa sepi ketika tak ada orang di sini.
Ke mana mereka semua?
"Kau dari mana?"
Suara itu membuat Margo terkesiap. Benar-benar kaget karena sedaritadi dia tidak melihat tanda-tanda kehidupan. Lampu mati, tidak ada suara, juga ... hanya ada sandal Daniel di depan.
Daniel terlihat mabuk di sana. Kedua matanya terbuka, tapi juga nyaris terpejam. Kemejanya bau alkohol, dan ... dia juga tampak kusut, seolah tak tidur semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. CERITA LEBIH BANYAK NYESEK DIBANDING BAHAGIANYA. ⚡WALLANCE BOOK TWO⚡ *** Ini kisah Margolie Charlotte yang terjebak di dalam kesalahan cinta satu malamnya. Ia me...