Part 1

7.6K 283 6
                                    

Dua insan yang tak pernah bertemu, bertatap muka, bersapa, disatukan dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Saling berusaha menekan ego masing-masing. Yang terkadang sulit dikendalikan.

Banyak pertanyaan muncul dibenak mereka. Inikah takdir? Inikah kehidupan baru yang harus mereka jalani? Inikah tuntutan tugas yang harus mereka selesaikan?

Entahlah. Semua masih semu. Terlihat banyak teka teki yang belum terungkap. Berusaha menelusuri kehidupan mereka tiada henti.

Detik dimana kedua insan ini menjalin hubungan baru. Disaat itulah hati, pikiran, sifat, sikap, dan setiap tindakan dikendalikan. Tidak menekan satu sama lain. Dan saling memahami.

-Alfa

Saya berjanji hanya ada satu wanita di hidup saya. Hanya ada satu wanita yang boleh masuk ke dalam hati saya. Dan hanya ada satu wanita yang saya prioritaskan. Itu kamu. Azzahra Nadira Syafitri. Istri saya. Permaisuri dikerajaan kecil saya. Pemilik hati saya. Dan nafas saya.

-Zahra

Saat statusku sudah berganti menjadi seorang istri. Disitu aku berusaha memenuhi segala kewajibanku. Melayanimu dan mematuhi perintahmu. Akan selalu ada di sampingmu. Menemani dikala bahagia dan sedihmu. Aku istrimu. Akan mencintaimu, menghormatimu, menjaga namamu, dan menjaga harga dirimu. Muhammad Alfatur Rasyid kamulah imamku didunia dan akhirat.

🌸🌸🌸

Seorang gadis tengah membuka gerbang berwarna kuning dengan senyum yang merekah menambah kecantikan yang dimilikinya. Terpampang indah rumah bercat abu-abu yang kini ada didepannya.

Ia melepas sepatu dan ditaruhnya di rak sepatu yang berada disamping kursi depan rumah. Selepas itu ia berdiri dan berjalan menuju pintu rumah

"Assalamualaikum", ucapnya sambil mengetuk pintu.

Tak lama pintu terbuka. Munculah sosok wanita paruh baya yang sudah bertaruh nyawa melahirkannya.

"Wa'alaikumsalam" wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu menyambutnya. "Adek udah pulang nak?" tanyanya.

Dia Azzahra Nadira Syafitri. Gadis cantik, berkulit putih, dan memiliki senyum yang manis. Periang dan penyayang. Biasa dipanggil Zahra. Tapi keluarga punya panggilan kesayangan yaitu adek.

"Sudah umi" jawab Zahra. Gadis itu mencium punggung tangan uminya.

"Ayo masuk dulu. Abi udah nunggu adek di ruang keluarga" ajak Nafisa, uminya.

"Loh ada apa umi? Tumben abi pulang cepet?" heran Zahra.

"Nanti kamu juga tau dek", ucap Nafisa sambil mengelus puncak kepala Zahra yang tertutup kerudung.

Zahra menautkan alisnya. "Umi. Ga ada masalah kan? Zahra gak buat masalah kok umi. Zahra gak nakal juga".

Setiap lontaran kalimat dari mulut mungil Zahra membuat uminya terkekeh pelan. Ia sadar jika putrinya tengah kebingungan. Tapi ia tidak ada hak membicarakan hal yang sudah sewajibnya disampaikan suaminya.

"Adek ga usah khawatir".

"Tapi umi. Abi kenapa? Mau marahin Zahra? Iya Zahra kemaren iseng ngasih gula tiga sendok di kopi Abi. Tapi Zahra udah minta maaf umi", rengeknya.

"Kamu ini nakal banget sih dek. Udah gak usah banyak mikir macem-macem. Mending sekarang kita samperin abi. Kasian kan udah nunggu kamu daritadi" Nafisa menggandeng tangan putrinya masuk ke dalam rumah.

Cukup MengenalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang