Part 10

2.5K 158 9
                                    

Alfa pov

Aku menyandarkan tubuhku di kursi kerjaku. Setelah mengantarkan Zahra pulang dan singgah disana sebentar, aku memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Ruanganku entah mengapa menjadi sangat nyaman seperti ini padahal aku setiap hari ada disini. Mungkin karena aku sedikit lelah.

Ruangan yang sudah aku tempati lebih dari dua tahun ini tidak hanya sebatas ruang dengan isi keperluan kerjaku saja. Diujung kananku ada satu set sofa untuk keluarga atau temanku jika berkunjung. Disebelah kiri ada satu lemari kecil berisi ratusan buku yang hampir seluruhnya sudah aku baca.

Jika kalian menganggap buku tersebut tentang hal-hal yang berbau kedokteran, kalian benar. Tetapi itu hanya sebagain besarnya saja. Buku yang lain adalah buku biasa yang berisi tentang segala hal mengenai islam agamaku. Adapula cerita perjuangan nabi yang sangat menginspirasi diriku.

"Zahra", ucapku lirih ketika kembali teringat gadis itu.

Gadis muda yang sebentar lagi akan menjadi istriku. Gadis yang sudah mencuri hatiku saat pertama kali aku menatapnya. Aku akui Zahra begitu cantik dan menggemaskan.

Gadis itu bahkan juga mencuri kasih sayang orang tuaku dengan mudah. Aku yakin bukan hanya diriku yang menyadari jika Zahra itu sangat menarik. Tingkahnya yang lugu dan blak-blakan menjadi daya tarik tersendiri.

Aku bersyukur menjadi orang pertama yang melamarnya. Aku yakin ini bukan hanya sebuah kebetulan. Perjanjian almarhum kakekku dan kakeknya menjadi jalan bertemunya aku dengannya. Ini adalah takdir. Dan aku sangat amat bersyukur akan takdir ini.

Dan aku yakin jika aku mulai mencintai Zahra.

"Ya Allah lancarkan pernikahanku nanti. Semoga Zahra memang jodoh yang Engkau kirimkan untukku. Ya Allah aku menyayanginya".

Tok!! Tok!!

Suara ketukan pintu dan tak lama decitan pintu terdengar karena ada orang yang membukanya. Mengalihkan pikiranku yang sedari tadi memikirkan Zahra.

Seorang wanita cantik berjas putih tersenyum kepadaku. Akupun membalas senyumannya. Dia adalah rekan kerjaku disini.

"Assalamu'alaikum" salamnya.

"Wa'alaikumsalam" balasku.

"Ada apa dokter Cika?" tanyaku sopan.

Dokter Cika adalah dokter spesialis kulit yang sudah 2 tahun bekerja di Rumah Sakit Melati yang sama denganku ini. Terjarak dua bulan setelah aku bekerja disini, dokter Cika mengajukan lamaran dan diterima pihak rumah sakit.

Ia duduk di hadapanku setelah aku mempersilahkannya duduk.

"Saya tidak mengganggu kan?", tanyanya.

Aku tersenyum. "Sama sekali tidak. Saya sedang tidak ada pasien. Ada perlu dengan saya?"

"Oh ini tadi Eva nyariin dokter. Makanya saya kesini. Katanya kok udah dua hari ini gak jenguk. Dia lagi ngambek tuh sama dokter" ucap dokter Cika sambil terkikik.

Akupun ikut terkekeh mendengar ucapan dokter Cika. Eva adalah pasien yang menderita penyakit leukimia. Usianya sekitar 5 tahunan seperti Meka. Pasti jika Eva bertemu Meka mereka berdua bisa berteman dan bermain bersama. Awal pertama bertemu Eva dirumah sakit entah mengapa aku sangat tertarik pada anak kecil ini. Dia adalah anak kecil yang begitu kuat dan hebat melawan penyakitnya yang sudah hampir dua tahun menggerogoti tubuhnya.

"Baiklah saya akan menemuinya. Saya juga ingin tahu bagaimana perkembangannya. Apa dokter Cika mau ikut?" tawarku.

"Tentu saja".

Cukup MengenalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang