Part 14

2.2K 123 12
                                    

Zahra duduk di samping Firda yang tengah asik memakan bakso. Bahkan gadis itu tidak menyadari jika sedari tadi Zahra memperhatikannya.

"Jangan banyak makan nanti gemuk susah diet" ledek Zahra.

"Itu doa loh Ra", dengus Firda dan kembali menikmati makan siangnya.

Zahra hanaya menggelengkan kepala pelan. "Tadi pagi kamu makan juga lumayan banyak. Tapi masih bisa nampung makanan lagi? Aku aja masih berasa kenyang loh".

Firda menatap sahabatnya sekilas. Ia mengambil es teh dihadapannya lalu meminumnya. Lalu gadis itu melemparkan senyum termanisnya. Hanya beberapa detik karena setelahnya ia merubah ekspresi wajahnya menjadi sedih.

"Energi aku habis jadi harus diisi ulang. Biar kuat dengerin curhatan kamu juga".

Zahra memukul pelan lengan Firda. Lagi pula tidak ada salahnya kan jika ia curhat kepada sahabatnya sendiri. Itu bukan alasan yang logis. Memang sahabatnya aja yang makannya banyak.

Ia pun teringat saat tadi jam pelajaran biologi. Dimana sahabatnya itu tidak bisa diam hingga membuatnya tidak bisa berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru.

Firda terus-menerus bertanya kapan pelajaran itu selesai. Untung saja Zahra memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Jika tidak, mungkin saja sahabatnya itu sudah ia buang ke rawa-rawa. Astaghfirullah Zahra jadi emosi sendiri.

"Fir apa yang susah sih dari biologi itu?", tanya Zahra heran.

Karena menurutnya biologi adalah pelajaran yang mudah. Dibandingkan dengan matematika ataupun fisika. Kedua pelajaran itu yang paling banyak membuat para siswa mengeluh.

Firda menatap gadis cantik disampingnya dengan tatapan tidak percaya. Apa tadi yang dibilang sahabatnya? Mudah? Ia saja hampir frustasi karena satupun materi tidak ada yang bisa masuk di otaknya.

"Dengerin aku ya Ra. Biologi bagiku itu angker. Merinding kalo udah lihat sampulnya", ucap Firda.

Zahra mendengus geli. "Kamu kira biologi itu makhluk halus?"

Dan dibalas anggukan semangat oleh Firda. Hingga membuat Zahra mau tidak mau tertawa pelan karena tingkah gadis itu.

"Oh iya Ra. Nanti pulang sekolah temenin aku ke toko buku ya?".

Zahra mengangguk meng-iyakan. "Mau ngapain kesana?".

Firda memutar bola matanya malas, "Mau beli cilok".

"Lah ngapain beli cilok di toko buku. Kalau di toko buku itu jualnya cuma buku. Nah yang jualan cilok tuh mang Ujang depan SD" jelas Zahra.

"Nah itu kamu tahu. Dimana-mana kalau ke toko buku ya beli buku. Pake nanya segala kamu mah", kesal Firda.

"Eh? Iya juga ya. Ngapain tadi aku nanya?"

"Mana aku tahu".

Zahra kembali diam saat Firda melanjutkan aktivitas makannya yang sempat terhenti karena asik berbicara dengan dengannya. Ia merasa bosan karena Firda cukup lama menghabiskan makanan.

Ia menghela nafas. Daripada tidak ada kegiatan ia memilih bermain ponsel saja. Senyumnya mengembang kala ia melihat ada notifikasi pesan dari kakaknya.

Mbak Syafa Tomboy:
Assalamu'alaikum adek mbak yang manja. Mbak lagi gabut nih. Nunggu jam kuliah masih lama.

Me:
Wa'alaikumsalam mbaknya Zahra yang paling nyebelin. Zahra gak manja ya. Dan Zahra masih disekolah loh

Mbak Syafa Tomboy:
Yahh mbak lupa dek. Astagfirullah kayanya mbak terlalu kangen kamu deh sampai lupa waktu 🥰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cukup MengenalmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang