4. Kekhawatiran

152 30 64
                                    

"Urusan kita belum selesai bren**ek" teriak Minhyun lagi yang tertuju kepada Jihoon.

Langkah kaki Jihoon terus saja melangkah keluar dari sana tanpa menghiraukan teriakan dari Minhyun. Setelah merasa cukup menghajar Minhyun, merekapun pergi dari sana.

"Kita akan ke RS sekarang" kata Jihoon.

"Andwae. Kita ke rumah saja. Taemi tidak akan mau berada disana" jawab Daniel yang entah kapan sudah bersama mereka di dalam mobil Jihoon.

[RUMAH TAEMI/DANIEL]

Daniel mengangkat adiknya yang kemudian langsung menuju kamar. Para sahabat dan namja yang menolong Taemi tadipun ikut masuk ke dalam rumah.

"Aakkhh, oppa. Tidak bisakah pelan2 sedikit." keluh Taemi.

"Ini sudah cukup pelan." jawab Daniel yang sedang meletakkan adiknya di atas tempat tidur.

"Belakangan ini kau selalu saja bikin masalah. Kau tidak memikirkan oppamu ini ya? Apa kau ingin oppa mati karena selalu saja mengkhawatirkanmu?" kata Daniel yang mulai mengomeli adiknya.

"Oppa, nanti saja mengomeliku. Tidak bisakah oppa memanggil dokter dulu untuk mengobatiku?"

"Tenang saja Taemi-ya. Aku sudah menghubungi oppaku agar datang kesini." jawab Jinna.

"Aah syukurlah kalau begitu" kata Taemi.

"Sebenarnya apa yang kau katakan sampai2 dia tega memukulmu seperti ini hah?" tanya Daniel dengan nada yang kesal tapi juga khawatir.

"Haha, aku hanya mengatakan yang seharusnya saja oppa. Setidaknya dia tidak jadi menyentuhkukan. Aku lebih baik menerima luka begini dari pada di sentuh oleh lelaki bren**ek itu kan oppa." jawab Taemi.

"Huuff. Dasar, kau selalu saja begitu"Daniel duduk disamping adiknya dan memeluknya.

"Mian. Oppa memang kakak yang buruk. Seharusnya oppa menjagamu dengan benar, pasti ini tidak akan terjadi." sesal Daniel.

"Oppa ini bukan karena oppa yang tidak bisa menjagaku. Ini malah sebaliknya karena oppa bisa menjagaku aku bisa jadi seperti sekarang. Gomawo oppa sudah mengkhawatirkan dan menjagaku selama ini." jawab Taemi.

"Btw, oppa nggak malu di lihatin tmnku?" sindir Taemi.

Daniel melihat sekeliling ruangan kamar adiknya. Semua orang memerhatikan mereka dan ada juga yang tertawa kecil melihat tingkah kedua adik beradik ini.

"Aahh, siapa yang peduli." jawab Daniel langsung meninggalkan kamar adiknya dengan muka yang sudah memerah.
"Haha. Oppamu imut sekali Taemi-ya. Haha" kata Jaesa.

"Haha, aku juga setuju dengan apa yang dikatakan Jaesa. Imut sekali." sambung Sayoung dan di balas dengan ketawa kecil oleh Taemi.

10 menit berlalu. Dokterpun datang yang tak lain adalah oppa dari Jinna. Nama mereka sangat2 mirip. Namanya adalah Junna. Junna langsung masuk mengobati Taemi yang di bantu oleh Jihoon.

***

Hari2pun berlalu. Minhyun tidak pernah menampakan diri lagi setelah kejadian hari itu dan semuanya kembali normal seperti sediakala.

[KANTIN KAMPUS]

"Seungwoo hari ini kita ada tugas" kata Jihoon.

"Ne, arrayo."

"Nanti tugasnya kita kerjakan di perpustakaan kota saja ya."

"Terserah, yang penting tugasnya bisa cepat selesai. Padahal hari ini aku ada janji sama Jaesa." jawab Seungwoo

Destiny (운명)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang