19. Takdir

84 20 29
                                    

"Dia yang merencanakan semuanya. Kenapa kamu tidak pernah peka? Dia itu sakit sejak 3 tahun lalu, karena dari itu dia meninggalkanmu dan memilih menanggung kesakitannya sendiri. Sebenarnya dia melarangku untuk mengatakan ini kepadamu, tapi aku sudah tidak tahan melihat keadaannya sekarang. Karena tidak ingin kamu merasa tersakiti dia malah menanggung semua ini sendirian" kata Hyunsoo panjang lebar melepaskan semua yang tersimpan dalam hatinya.

Mendengar apa yang di katakan Hyunsoo, Jihoon terjatuh berlutut. Dia tidak percaya apa yang sedang ia dengar sekarang. Tenaganya seakan menghilang, untuk berdiri saja dia tidak kuat.

"Bodoh sekali diriku tidak mengetahui semua ini. AAGGGGHHHH!"teriak Jihoon tak berdaya.

"Sekarang terserah kepadamu, mau menemui dia sekarang atau tidak selamanya. Aku pergi!" kata Hyunsoo sambil memberikan alamat RS yang di tempati Taemi.

[DI TEMPAT LAIN]

"Jihoon lama sekali, apa perlu aku susul ya" kata Hyemi.

Hyemi keluar dari mobil dan berjalan masuk ke taman bermain dan mencari Jihoon. Dari kejauhan Hyemi melihat Jihoon yang sedang berlutut, seperti seseorang yang sedang kehilangan apa yang dia inginkan. Dengan sigap, Hyemi menghampiri Jihoon.

"Jihoon" panggil Taemi.

Jihoon tidak merespon.

"Jihoon-ah" panggil Hyemi lagi sambil memegang bahu Jihoon untuk membantunya berdiri.

"Taemi-ya… Taemi-ya…" kata Jihoon.

Hanya nama Taemi yang keluar dari mulut Jihoon. Pikirannya kosong dan tidak bisa berfikir dengan benar untuk keadaannya sekarang.

"Taemi? Kenapa dengan Taemi?" tanya Hyemi.

"Tidak, aku harus menemuinya sekarang. Taemi-ya mianhae, jinjja mianhae. Taemi-ya mianhae.  Aku tidak bisa menjagamu dan tidak bisa mengerti dirimu selama ini" kata Jihoon sambil berjalan meninggalkan Hyemi.

"Jihoon-ah" panggil Hyemi sambil menahan tangan Jihoon.

"Kajima…" pinta Hyemi.

"Lepaskan! Hyemi-ah, tolong lepaskan tanganku! Lepaskan!" Teriak Jihoon sambil menepis tangan Hyemi.

Saat Jihoon menepis tangan Hyemi, cincin pemberian Hyemi untuk Jihoon itupun lepas dari jarinya. Cincin itu jatuh dan suasana menjadi hening.

"Ah! Mianhae Hyemi-ya… Aku tidak bermaksud untuk melepaskannya" kata Jihoon dan berusaha mengambil cincin yang terjatuh itu.

Tapi Hyemi menahan tangannya.

"Jangan di ambil, seharusnya aku tidak menahanmu tadi. Kamu memang di takdirkan untuknya, tapi karena keserakahanku aku malah menentang takdir" kata Hyemi.

Hyemi tersenyum, walaupun dia tidak bisa membendung air matanya lagi. Hyemi memeluk Jihoon dan berkata…

"Pergilah. Temui dia. Aku tidak apa2, dia memang takdirmu. Aku tidak bisa menentang semua itu. Iya pergilah Jihoon-ah" kta Hyemi.

Hyemi melepaskan pelukannya.

"Tapi Hyemi-ah…" kata Jihoon.

"Jangan pikirkan aku, pergilah. Ayo pergi" kata Hyemi dan tersenyum sedih.

"Gomawo Hyemi-ah… Terima kasih telah mengerti diriku" kata Jihoon sambil beranjak dari sana.

"Ayolah. Pergi. Jangan pernah melihat kebelakang. Aku benar2 baik2 saja" kata Hyemi meyakinkan Jihoon.

Mendengar perkataan Hyemi, Jihoon langsung berlari menuju alamat yang di berikan Hyunsoo.

"Aahh, Jihoon-ah…" Hyemi mengambil cincin yang terjatuh dan melemparkan cincin itu berniat untuk membuangnya.

Destiny (운명)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang