21 - Heartache

122 30 43
                                    


Akhirnya setelah satu bulan gak update ^^

WARNING! 

Jangan benci sama Shin Hye Jung-ku di part ini ya ^^


***

Angin musim gugur berhembus kencang dan temperatur menunjuk angka 11 derajat, mengakibatkan seorang wanita yang sedang berjalan diantara para pejalan kaki sedikit merapatkan mantelnya. Sebuah ponsel melekat di telinga kirinya menandakan ia sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.

"Hati-hati dijalan." serunya lalu tersenyum kecut. "Eung..." Sambungan telepon terputus dan  ia  melanjutkan langkahnya. Berulang kali wanita itu menghembuskan nafas dengan kasar mencoba menghilangkan kegugupan yang menggebu.

Untuk pertama kalinya, Hye Jung dilanda rasa gugup yang berkepanjangan untuk menemui sahabat karibnya. Entah karena pernyataan Yoongi yang membuatnya syok luar biasa atau ancaman yang dilontarkan Jessica. Namun Hye Jung sudah mengambil keputusan untuk mengakhiri semua ini secepatnya. Meski akibatnya ia akan kehilangan sahabat yang paling ia kasihi, tapi ini yang terbaik agar tak banyak pihak yang terluka, pikir Hye Jung.

Langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu apartemen nomor 2081 –apartemen Yoongi. Hye Jung menelan saliva nya ragu dan perlahan menggerakkan jari telunjuknya untuk menekan bel, tapi tak kunjung dibukakan. Hye Jung kembali menggerakkan jarinya untuk menekan angka password lalu masuk tanpa seizin pemiliknya.

Tidak ada tanda-tanda kehadiran Yoongi, namun tak berselang lama, terdengar suara password pintu yang ditekan dan menampakkan sosok pria yang kondisinya sangat kusut dengan dasi yang sudah simpang siur serta bercak darah di kemeja putihnya.

Hye Jung memandangi pria pucat yang masih berdiri kaku menatapnya di depan pintu apartemen itu dengan pandangan sayu. "Kau sudah pulang." Hye Jung tersenyum palsu berusaha menutupi kegugupannya.

"Masuklah, bukankah ini apartemenmu?" Hye Jung segera memutus kontak mata dengan Yoongi. Jarinya saling bertautan erat menandakan ia tengah dilanda gelisah dan gugup, dalam hati terus berharap untuk bisa mengatakan alasan kedatangannya semudah membalikkan telapak tangan. Akan tetapi mulutnya seolah terkunci rapat. Senyum palsu yang ia tunjukan pada Yoongi berubah pilu.

Hye Jung duduk di sofa hitam panjang, dan Yoongi di sofa sebelahnya. Kembali Hye Jung menghela nafas lalu menghembus nya kasar. Mulutnya sedikit terbuka untuk memecah keheningan yang sempat terjadi.

"Yoongi-ya."

***

Di ruangan yang bernuansa serba putih, sepasang suami istri tengah duduk menghadap seorang pria paruh baya berjas putih kebanggaan para dokter berlambang rumah sakit Myongsan. Raut muka keduanya tampak pasrah untuk mendengar penuturan dokter yang dikenal dengan nama 'Dokter Ko' yang ikut terlibat dan berperan penting dalam penanganan putri satu-satunya mereka.

"Kondisinya semakin memburuk, sumsumtulang nya sudah tidak mampu lagi menghasilkan sel darah normal." Terdengarsuara desahan dokter Ko. "Sungguh disayangkan, sindrom Mielodisplasia yang diderita Jessica berkembang menjadi leukemia akut."Dokter Ko menunduk penuh sesal.

Wanita yang tak lain ibu Jessica menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil menggelengkan kepala, air mata dengan cepat keluar dari pelipisnya, sulit menerima kenyataan yang diucapkan dokter Ko.

"Tidak mungkin! Yeobo (*sayang) yang dikatakan dokter itu tidak benar kan?" lirih wanita itu ditengah tangisan. Suami yang berada tepat disampingnya mendekap istrinya dengan erat mencoba menenangkan.

"Apa solusinya agar putri kami sembuh dokter?" tanya tuan Jung –ayah Jessica.

"Pasien harus segera mendapat pendonor dan melakukan transplantasi sumsum tulang belakang untuk menghentikan perkembangan sel kanker." Lanjut dokter Ko.

Tuan Jung terpejam sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, raut keputus asaan jelas terpampang di wajah keduanya. Mendapatkan pendonor sumsum tulang belakang bukanlah sesuatu yang mudah, justru sangat sulit.

"Apa yang harus kita lakukan Yeobo?" Lirih nyonya Jung dalam pelukan suaminya.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Jessica." Ucap dokter Ko.

~~~

Suasana di ruang inap Jessica sangat sepi, hanya suara deru mesin penghangat ruangan yang terdengar pelan yang mengisi telinganya. Selang pernafasan masih tersambung di hidung Jessica, ia baru saja tersadar dari komanya.

Manik hitamnya meneliti ke seluruh ruangan, berharap sosok yang ia harapkan kehadirannya berada di ruangan ini, namun air matalah yang menjawab. Sosok yang ia harapkan tidak ada di sana.

"Kau mengingkari janjimu, dokter." lirihnya.

***


"Jangan pergi." cegah Yoongi sambil menahan tangan Hye Jung. "Hanya karena ungkapan itu, jangan membuat hubungan ini berakhir."

Sejenak Hye Jung terdiam, mencoba mencerna ucapan Yoongi. Sejak tadi ia berusaha kuat untuk menahan gugup, buncah serta air mata yang akan segera menetes. Ia hanya menatap mata kecil Yoongi yang kentara dengan perasaan gundah.

"Tolong hargai keputusanku. Ini demi kebaikan kita bersama." Ucapnya berusaha melepaskan genggaman, namun tenaganya tidak cukup untuk melepaskan genggaman yang semakin kuat itu. "Yoon. Mengertilah, aku tidak ingin melihatmu terluka karna aku!" suara Hye Jung terdengar bergetar seperti akan menangis.

"Ini perasaanku dan aku yang menanggungnya." Ucap Yoongi semakin menguatkan genggaman.

"Itu yang tidak aku inginkan, Yoon! Karena itu aku ingin mengakhiri semuanya. Jangan membuatku terus merasa bersalah terhadapmu." Nada suaranya merendah di kalimat terakhir. Dan air matanya pecah tak tertahan.

"Jangan membuatku terlihat seperti wanita jahat yang mementingkan perasaannya sendiri, Yoon." Perlahan Yoongi melepas genggamannya dan membawa Hye Jung yang makin terisak ke dalam pelukannya.

"Jangan pergi atau menjauh, biarkan aku bertanggung jawab atas perasaanku sendiri." Ucap Yoongi melepas pelukan dan memegang kedua bahu Hye Jung sehingga mereka saling berhadapan.

"Maafkan aku Yoon." Kata Hye Jung sambil menepis tangan Yoongi dari bahu nya lalu melangkah menjauh sampai punggungnya tak terlihat lagi di balik pintu.

Yoongi menarik nafas dan menghembusnya perlahan, mencoba menetralkan rasa sakit yang menumpuk di hati. Tanpa ia disadari, setetes air mata jatuh dari pelupuknya. Hatinya sakit, terlalu sakit untuk menerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa wanita yang paling ia cintai justru tak menilik sedikitpun perasaannya. 

"Aku akan menunggumu."

TBC


Mana yang lebih tersakiti? Hye Jung, Yoongi atau Jessica? 

BTW, Sindrom Mielodisplasia itu adalah penyakit praleukemia, pokoknya itu penyakit bahaya banget,  googling aja kalo mau tau lebih banyak.

dan juga, kayaknya aku update sesuai respon pembaca aja kali ya.. mana mau magang bentar lagi.. jadi susah bagi waktunya >,<

tapi makasih buat yang udah nungguin cerita ini, I'm so happy :D

Dhanajung - 26-3-2018

Four Love in Four SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang