Chapter 3: Pertemuan Kedua

1.1K 210 29
                                    

Di kampus, ada sebuah kafe bernama Your Daily Needs yang namanya diukir besar-besar dengan tambahan tulisan kecil dibawahnya food is cheap, it doesn't make your wallet leak. Dan disanalah tempat favorit Ody menghabiskan uang bekal untuk makan siang atau sekedar membunuh waktu bersama teman-temannya setelah kelas bubar.

Tentu saja, motto dari kalimat di kafe itu seirama dengan definisi yang bersinomim dengan kata murah meriah, tidak membuat kantong mahasiswa menipis. Letaknya ada diantara gedung FEB dan FISIP.

Dulu kafe ini merupakan kantin sederhana tetapi banyak pedagang yang memilih mundur dan membuka stand di kantin utama yang lebih ramai. Jadi sejak saat itu, anggota BEM FEB memutuskan untuk meminta izin pada dekan menggunakan ruang kantin tersebut untuk menjadi ajang kreasi berwirausaha yang kemudian tetap eksis bertahun-tahun diurus BEM generasi berikutnya.

Ody selalu suka pada pemikiran luas orang-orang ekonomi yang memiliki ide luas pada hal-hal kecil yang mungkin jarang dipikirkan oleh mahasiswa jurusan lain. Dan ia salah satu mahasiswa penikmat hasil ide tersebut karena rajin nongkrong disini.

Selesai kelas, Ody langsung melipir ke Kafe tersebut sendirian karena teman-temannya memiliki rencana lain. Ia harus segera menyelesaikan satu tugas untuk mata kuliah yang sempat tertinggal karena sakit minggu lalu.

Segelas teh kamomil yang uapnya masih mengepul menjadi satu-satunya pemandangan paling manusiawi diantara kertas dan buku cetak yang berserakan di meja meminta di rapikan.

"AHHH!"

Ia tiba-tiba berseru keras, membuat kegaduhan yang mengundang perhatian. Termasuk perhatian salah satu pengunjung kafe yang baru datang membawa draft jurnal berhasa inggris dengan berbagai judul.

Ia melirik arah suara itu muncul. Senyumnya tertarik ketika melihat siapa gadis yang berseru keras tadi. Gadis payung. Gumamnya. Ia tidak menyangka bisa bertemu gadis itu disini sejak satu minggu yang lalu mengharapkan pertemuan lain.

Kia, membawa dirinya yang dipenuhi draft-draft jurnal menghampiri Ody. Berdiri di depan gadis itu yang nampak kebingungan, terlihat sedang mencari sesuatu pada kotak pensil bergambar salah satu princess disney.

Ody lalu melihat bayangan seseorang, dan mendongak melihat siapa oknum yang berdiri menjulang di hadapannya sedang melempar senyum. Kaya kenal. Ia menebak dalam hati.

"Hai, boleh duduk disini?" Kia bertanya, yang disetujui Ody dengan anggukan kecil sebelum kembali sibuk mengaduk isi ranselnya.

Kia masih melihat aktifitas gadis itu, lalu terdorong untuk bertanya.

"Cari apa?"

Ody menyerah.

"Penghapus tinta. Punya gue hilang kayanya. Kesel deh."

Kia tersenyum tipis, gemas melihat ekspresi wajah Ody yang sepertinya benar-benar kerepotan mencari benda itu.

Lantas, Kia bernitisiatif merogoh ranselnya, mengeluarkan satu cairan koreksi dengan cangkang warna merah merek produk jepang dan menyerahkannya ke Ody.

"Ini, punya saya aja."

"Makasih ya." Ody menyambar benda itu dan menorehkannya pada tulisan tangan yang salah. Lalu meniup-niupnya dengan dalih agar segera kering.

Kia kembali melihat pemandangan di depannya dengan takjub. Bagaimana bisa seorang mahasiswa semester enam tak ubahnya gadis SMA yang menggemaskan.

Kia mulai memindai diam-diam. Ransel berwarna pastel yang sama. Rambut yang diikat buntut kuda seadanya. Kotak pensil bergambar princess disney yang pernah ia lihat di salah satu benda milik Arin.
Gadis itu benar-benar seperti anomali ditengah lautan mahasiswi kampus yang terlihat jauh lebih dewasa.

Somewhere Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang