Chapter 5: Sudut Hati Kia

1K 187 46
                                    

Sayup-sayup terdengar langkah dari anakan tangga, membuat Arin mendongak melempar senyum pada kakak laki-lakinya yang memakai t-shirt hitam polos dan celana jins. Penampilan sederhana yang selalu Arin kagumi jutaan kali.

Mas Kia baginya adalah perwujudan laki-laki impiannya di masa depan. Jadi jangan salah jika Arin acapkali menunjukan romantisme berbeda pada sosok Kia dan Aksa. Satu kalimat yang ribuan kali selalu di ungkapkannya kepada Kia adalah, "I'm jealous to your future wife." yang pada akhirnya selalu Kia anggap lelucon.

Kia duduk di sebelah adik perempuannya yang sedang menuntaskan sarapan pagi. Mengelus puncak rambutnya dengan sayang.

"Hari ini Mas yang anter ke Sekolah ya."

Mata Arin berbinar. "Asik! Tapi tumben nih? Gak sibuk?"

"Kasian Bang Aksa habis bergadang kelarin deadline artikelnya. Mas ada kelas siang, kok."

"Pulangnya gimana? Dijemput lagi?"

"Kalau keburu." Jawab Kia pelan.

Sambil menyiuk nasi goreng dan telor mata sapi pada piringnya. Kia teringat sesuatu.

"Adek kenapa pulangnya agak maleman kemarin? Untung Papih sama Ibu gak ada di rumah." Kia menyinggung orangtuanya yang sedang bepergian ke luar kota untuk acara keluarga.

"Bang Aksa ngobrol dulu sama temennya. Mana temennya itu kakanya temen aku. Pepatah dunia sempit itu bener banget ya, Mas." Arin menyerocos dengan mulut penuh nasi goreng.

"Temennya? Siapa emang?"

"Cewek. Namanya Melody kalau gak salah. Dia kakanya temen sekelas aku."

Kia mengernyit, mengenal nama itu.

"Kok bisa?"

Arin mengangkat bahu. "Gak sengaja ketemu pas jemput. Tapi sumpah mereka berisik banget. Aku baru tahu dua orang yang sifatnya sama gak boleh disatuin."

"Hah?"

"Iya itu ketemu mbak Melody aku kaya ketemu Bang Aksa versi cewek, Mas."

Kia tidak menjawab lagi. Ia hanya teringat sesuatu, mengambil ponsel di saku celananya dan melihat riwayat percakapannya dengan Ody kemarin.

Percakapan yang berhenti pada jam 18:20. Seharusnya perempuan itu masih bisa membalas chat-nya, pikir Kia. Ia memasukan lagi ponselnya pada saku celana. Mungkin Ody memiliki percakapan lain yang lebih menyenangkan daripada berbalas chat dengannya.

Ada sesuatu yang mendesam hati Kia secara tiba-tiba namun ia sendiri tidak tahu apa namanya. Tetapi, satu hal yang ia sadari pasti adalah sudut kosong dihatinya mulai memberi celah, entah menunggu siapa untuk bertamu.

Setelah mengantar Arin ke Sekolah, ia kembali ke Rumah dan menemukan saudara laki-lakinya sedang berkutat di dapur. Satu pemandangan yang bertahun-tahun tidak asing bagi Kia karena mereka berbagi rumah yang sama.

Aksa, yang sedang memasak mie goreng menyadari kehadiran Kia.

"Mau mie goreng, Ki?" ia menawari Kia, meski tahu jawabannya pasti tidak mengingat Kia adalah manusia super sehat yang tidak akan sarapan mie instan di pagi hari.

"Sorry ya gua bangun kesiangan jadi lo yang harus anter Adek."

Kia mengangkat bahu.

"It's okay. Seharusnya memang begitu aja, mungkin gak akan kecuri start."

Aksa menoleh. "Hm?"

"Gak apa-apa."

Kia duduk di salah satu kursi meja makan sambil memandang punggung Aksa. "Gue kemaren whatsapp Ody."

Somewhere Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang