Chapter 13: Jemari yang bertautan

875 162 37
                                    

Ody mematut diri di depan cermin. Melihat penampilannya pagi ini. Perpaduan kaos polos berwarna navy, jins dan sneakers serta rambut yang mulai panjang ia biarkan tergerai.

Ini hari minggu, Kia mengajaknya pergi keluar. Meski tidak tahu akan pergi kemana lebih tepatnya.

Ody tahu jika Kia adalah manusia disiplin dan penuh rencana. Jadi mau tidak mau ia harus mengimbangi itu. Dan benar saja, ketika laki-laki itu bilang akan datang menjemput pukul sembilan pagi, Ody memastikan keakuratan Kia dengan melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Kak supir lo dateng tuh!"

Ody bisa mendengar suara Jio di ruang tengah. Ia bergegas keluar kamar, setelah memastikan penampilannya sekali lagi.

"Kencan mulu lo. Udah diajak pacaran belum?" Jio berkata padanya, ketika Ody muncul.

"TTM." Jawabnya asal.

"Hah? Masih zaman?"

"Tiap Temu Makan."

Jio melempar bungkus kosong snack ditangannya. "Receh banget lu!"

"Suka-sukalah. Kepo banget sih. Jalan sono, di rumah ngabisin makanan doang. Kosong endorse ya?" Ody menyindir adiknya yang seorang selebgram.

"Berisik ah udah sana. Mudahan cepet ditembak ya biar gak jomblo terus."

"Gak ah ntar ada yang minta Pajak Jadian."

Jio kembali melotot ke arah kakanya yang sudah melipir pergi.

Ody bisa melihat Kia yang melambaikan tangan kearahnya di luar pagar. Senada dengannya, Kia juga mengenakan t-shirt polos berwarna hitam, celana jins, dan sneakers. Dan Ody ingin mengakui untuk yang kesejuta kali, laki-laki yang hanya berjarak 3 meter di di depannya memang tidak manusiawi.

Ganteng banget outfit gitu doang. Ia membatin.

"Siap jalan hari ini?" Kia menyambut Ody dengan suara baritonnya.

"Kemana emangnya?"

Kia hanya tersenyum. Laki-laki itu membukakan pintu mobil sebagai jawaban. Ody, entah mengapa merasa aura Kia hari ini tampak berbeda.

Setelah menempuh satu jam perjalanan, Ody tampak antusias ketika memasuki kawasan taman hiburan. Ini adalah kali pertama Ody kembali ke taman hiburan sejak kuliah. Ia tidak pernah punya kesempatan karena setumpuk tugas yang memakan banyak waktu.

Saking senangnya, Ody tidak sadar sejak kali pertama ia menginjakan kaki di gerbang masuk. Ia tidak melepaskan genggaman tangan pada Kia.

Mereka membunuh waktu dengan berbagai macam wahana, mulai dari wahana menyenangkan sampai ekstrim. Hingga senja mulai menyongsong di ufuk barat. Melukiskan segaris warna jingga. Di langit dan sepotong hati milik salah satu dari mereka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Somewhere Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang