Kia terpaksa harus berteduh di depan ruko sebrang kampusnya ketika hujan mendadak datang bersama pasukannya tanpa aba-aba. Masih harus berjalan empat ratus meter ke gedungnya, dan ia tidak suka tentang ide hujan-hujanan karena banyak paper penting dalam ranselnya, ia terjebak setelah memfotokopi beberapa draft, sedangkan kelasnya akan dimulai sebentar lagi.
Tepat ketika sedang memikirkan bagaimana caranya menerobos hujan tanpa perlu kebasahan, muncul seseorang dengan payung dengan warna mencolok dan bermotif polkadot berdiri di dekatnya hendak pergi. Seorang perempuan.
“Permisi,” ia menyapa.
“Ya?”
“Mau ke gedung C?” Kia bertanya.
Ia mendadak kebingungan melihat perempuan itu sejurus kemudian melakuan pemindaian pada dirinya dengan begitu terang-terangan yang menurutnya tidak sopan. Tetapi ia tidak menegur karena perlu bantuan.
“Mau nebeng?” kata perempuan itu dengan jelas. Kia bahkan merasa malu sendiri jadinya.
“Iya, boleh?” Ia bertanya meyakinkan.
“Gue di gedung A, mampir dulu gak apa-apa? Nanti lo bawa aja payungnya.” Perempuan itu mengusulkan.
“Eh gak apa-apa?”
Perempuan itu membuka payungnya dengan sikap berlebihan seolah sedang akting dalam sebuah sinetron. “Santai aja, yuk!”
Kia harus mengeyahkan pikirannya jauh-jauh dan memilih mengekori perempuan itu. Mereka tiba di gedung A dengan aman.
“Nanti saya balikinnya gimana?” Kia kembali bertanya.
Perempuan itu tampak berpikir keras.
“Kesini aja, kalau gak hujan.”
“Eh? Namanya?”
“Ody, Ikom 2015.” Perempuan itu menyahut.
Kia akhirnya mengangguk meng-iyakan dan baru menyadari bahwa gedung ini merupakan fakultas tempat dimana Aksa berkuliah. Dan mengetahui fakta bahwa perempuan itu satu jurusan dengan saudaranya, Kia tidak perlu terbebani dengan hutang mengembalikan payung karena bisa dititipkan.
“Oke. Terimakasih. Ody?”
Perempuan bernama Ody itu mengangkat jempolnya sekilas sebelum melipir pergi dengan langkah ringan. Kia melihat punggung perempuan itu yang semakin mengecil, ransel yang juga berwarna pastel mencolok bergerak seirama dengan langkah perempuan itu kembali membuat Kia geleng-geleng.
Kenapa Kia merasa tidak asing dengan penampilan itu? Pada langkah pertama menuju gedung fakultasnya, ia baru menyadari, perempuan itu seperti gambaran Aksa, dalam wujud berbeda. Cukup dapat di definisi dengan satu kata. Hyperaktif.
***
Kia turun untuk sarapan dan melihat Aksa sudah duduk di kursi lebih dulu seperti biasa, menyimak gadget untuk melihat progress terbaru artikelnya yang semakin sering berseliweran di portal berita.
“Nggak kuliah?” tanya Kia sambil mencomot tempe goreng yang baru ditiriskan.
“Kuliah siang.”
Kia mengangguk lalu teringat sesuatu.
“Boleh titip payung gak?”
“Titip buat siapa?”
“Kemarin gue pinjem payung anak Ikom, angkatan lo. Cewek.”
“Siapa namanya?”
“Dia sih bilangnya Ody.”
![](https://img.wattpad.com/cover/139289962-288-k73821.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Only We Know
Fanfic[COMPLETED] Rencana semesta menjadikan Aksa dan Kia bersaudara. Berbagi suka dan duka selama belasan tahun menjadikan mereka saling mengerti dan mengenal satu sama lain sebagaimana mereka mengenal diri mereka sendiri. Segalanya berjalan sempurna, s...