Berawal dari Tita yang tiba-tiba keluar dari semua grup chat. Nomornya yang tidak bisa dihubungi, dan selalu menghindar jika hendak ditemui.
Kia menemukan sesuatu yang mengganjal sejak ia dan Ody pulang dari kencan Taman Hiburan. Ia memang patah hati, sebab Ody memberinya jawaban yang tidak diharapkan. Ody menolaknya. Tepat di bawah bianglala dengan lukisan senja yang terlalu indah untuk menjadi latar terluka.
Kia hampir selalu tidak fokus sejak sore itu. Kuliah dan tugasnya tetap berjalan meski ia tidak yakin ilmunya masuk untuk di proses pada otaknya yang terlalu penuh memikirkan hal-hal lain. Mood-nya semakin runyam ketika tiba-tiba juga Tita menghilang tanpa alasan yang tidak ia mengerti sama sekali. Bahkan, saudaranya sendiri, Aksa, diam-diam seperti menjadi bagian dari benang kusut ini.
Kia baru sadar ketika ia mencoba menghubungi Nabila, sahabat baik Tita untuk memastikan kabar perempuan itu. Yang di balas Nabila hanya dengan;
Tanyain aja sama sodara lo tuh si Aksa.
Membuat Kia akhirnya tidak memiliki pilihan selain mencari jawabannya sendiri. Maka, ia memutuskan untuk mencoba menggali apa yang salah disana.
Kia mencoba melewatkan sarapan di minggu pagi berhujan dengan biasa, tidak dengan Aksa yang terlalu kentara memasang wajah muram sejak pagi-pagi buta.
Menyeduh dua gelas kopi, Kia menghampiri Aksa yang duduk di bangku halaman belakang sambil memangku laptop di latar belakangi suara hujan dan Everglow milik Coldplay.
"Kalau lo berpikir cuma lo yang perasaannya paling acak-acakan, lo salah. Gue yang harusnya ada diposisi itu."
Melihat uap kopi mengepul di meja, Aksa menyadari ada satu orang lain yang hadir disana.
"Jangan menye-menye ah, mentang-mentang lagi hujan terus harus gloomy sunday banget?"
Kia tersenyum mendengar kalimat Aksa.
"Gue serius. Pada akhirnya gue yang kalah, sekeras apapun gue berusaha buat dapetin dia."
"Lo ada apasih, Ki?"
"Gue ditolak Ody."
Aksa menoleh, cukup terkejut mendengar pernyataan dari Kia.
"Gue udah jujur. Sekarang tinggal lo yang cerita. Ada apa sama Tita?"
Aksa menghembuskan nafas dengan keras. Berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya sedang terjadi.
"Gue bikin salah sama Tita, kesalahan fatal yang akhirnya ngorbanin pertemanan kita."
"Tita bilang soal perasannya sama lo?"
Aksa mengangguk dengan berat. "Gue.... Gak ngerti kenapa harus... "
Kia memotong. "Kenapa baca perasaan sahabat lo sendiri aja kayanya butuh waktu selama itu?"
Aksa tidak menjawab.
"Gue udah tahu soal Tita suka sama lo. Sori karena gue gak pernah cerita, gue yakin Tita juga gak suka kalau gue terlalu terlibat. Tapi seenggaknya saat ini kita udah gak perlu pura-pura lagi. Gak perlu pakai topeng lagi. Gue juga mungkin udah cukup sampai disini."
Kia beranjak dari kursinya. Satu tangannya memegang mug, dan tangan lainnya yang kosong ia biarkan untuk diterpa titik-titik hujan.
"Banyak yang bilang, yang paling terbaik dari mencintai seseorang adalah bukan memilikinya. Tapi liat orang itu bahagia."
Ia berbalik, menatap saudaranya itu sekali lagi. "Gue sayang banget sama Ody, Sa. Dan gue juga sayang sama Tita sebagai temen. Tapi apapun jawaban yang akhirnya melibatkan kita. Gue gak akan ngeluh soal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Only We Know
Fanfic[COMPLETED] Rencana semesta menjadikan Aksa dan Kia bersaudara. Berbagi suka dan duka selama belasan tahun menjadikan mereka saling mengerti dan mengenal satu sama lain sebagaimana mereka mengenal diri mereka sendiri. Segalanya berjalan sempurna, s...