Chapter 5

15.4K 1.8K 179
                                    

[ Aku selalu di sisimu. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa kau sendirian. ]

▪◽▪

          Akhir pekan. Sudah berjalan satu minggu semenjak kematian mama. Yoojung tak ingin terus terlarut dalam kesedihannya. Lagipula tak akan ada yang berubah meski ia terus menangis. Ayah tak akan datang untuk menghiburnya, tak ada teman satupun yang juga akan datang menghiburnya. Namun, toh, Yoojung juga tak ingin seseorang datang menemuinya.

Pasca sepeninggal mama, ayah dengan cepatnya mengemasi seluruh barang mama di rumah. Awalnya Yoojung ingin marah akan hal tersebut lantaran ayah berencana membuang semua barang tersebut. Namun ia memutuskan untuk diam dan mengatakan pada ayah bahwa ia akan menyimpan seluruh barang milik mama. Dengan begitu, karena seluruh barang mama kini ada di tangannya, Yoojung tak memiliki urusan lagi untuk kembali pulang ke rumah.

Seperti tali yang menghubungkannya dengan ayah mulai menipis. Namun kewajiban ayah sebagai ayah Yoojung setidaknya masih terus berjalan. Mungkin hingga Yoojung tumbuh dewasa dan bisa mengurus diri sendiri.

Tanpa mama, mungkin Yoojung akan semakin jarang berhubungan dengan ayah. Tidak masalah. Ia juga tak ingin berhubungan dengan ayah. Kau tahu kan, ketika seorang ayah yang telah menjadi asing dalam kehidupanmu, kau bahkan tak peduli dengan apa yang sedang ayahmu lakukan.

Yoojung merapikan barang-barang mama dalam kardus. Membawanya dan meletakkannya di sebuah ruangan kecil dalam apartemennya. Disana, menumpuk beberapa barang tak terpakai namun menyimpan kenangan bagi Yoojung. Barang-barang yang tak ingin ia tunjukkan pada siapapun dan hanya ingin ia simpan untuk dirinya sendiri.

Begitu ia keluar dari ruangan kecil tersebut dan menutup pintu kembali, bel apartemennya berbunyi. Yoojung bergerak menuju interphone. Ia mendapati teman satu kelasnya, atau siapa lagi kalau bukan pemuda bernama Mark yang selalu saja mendekatinya. Mark melambai pada interphone dan tersenyum lebar.

Sedikit mendesah karena tak ingin menerima tamu satupun, Yoojung terpaksa membuka pintu. Mempersilakan Mark masuk dan menerima uluran sebuah plastik putih dari pemuda tersebut.

"Tteobokki!" ujar Mark sebelum melenggang masuk dan mengamati sekitar. Pemuda itu menjatuhkan pantatnya pada sofa disusul Yoojung yang duduk di hadapannya.

"Bagaimana kau tahu tempat tinggalku?"

Mark menolehkan kepalanya dan memandang Yoojung dengan senyum tipis. Ia tahu Yoojung tak senang akan kedatangannya. Gadis dihadapannya selalu menunjukkan wajah yang sama setiap bertemu dengannya. Raut wajahnya akan berubah melunak jika ia membahas tentang hobi membaca buku thriller mereka.

"Well, mudah saja mencari tahu alamat seorang teman. Aku bertanya pada wali kelas." Mark kembali tersenyum. Mata mereka bertemu dan saling pandang untuk beberapa detik sebelum akhirnya Yoojung mengalihkan pandagannya dan bangkit dari duduknya. "Aku tak memiliki banyak waktu untuk mengobrol denganmu. Persingkat saja tentang tujuanmu datang kesini."

Mark terkekeh sembari menatap punggung Yoojung yang bergerak menuju meja makan yang terletak tak jauh dari ruang tengah. Gadis itu mengambil segelas air minum dan meminumnya habis. Kemudian menggeret kursi dan duduk di meja makan sambil menatap Mark yang juga tengah menatapnya.

"Kau sibuk?"

Yoojung mengangguk. "Ya. Aku harus pergi sebentar lagi."

"Ini akhir pekan. Apakah kau berencana untuk jalan-jalan keluar? Jika iya, biar aku menemanimu."

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang