Sebelumnya, aku iseng mau tanya aja.. kemarin ada temen kesayangan aku delia.. wkwkwk.. tanya aku mau nerbitin APARTMENT 127 apa enggak..
Aku jadi kepikiran terus.. yawla.. emang impian si pen punya buku terbitan sendiri.. ahahaha.. tpi g pernah kepikiran buat apartmentnya diterbitin..
Jadi aku mo tanya, kira-kira kalau aku nerbitin Apartment 127 ada yang mau beli enggak?
*Cuma tanya doang😁
Okey, mari kita lanjut kisahnya trio sedeng vs yoo
.
.
.Tak ada sinar matahari yang dapat masuk menyilaukan mata. Ruangan ini berada di bawah tanah tepat di bawah gudang. Ruangan bernama 'peti mati' dengan udara pengap dan bau busuk.
Yoojung merangkak mencari suara parau yang tadi memanggilnya.
"Ayah?"
Terdengar batuk ringan. Mata Yoojung kini mulai beradaptasi dengan kegelapan. Meraba sekitar dan akhirnya tangannya menyentuh tombol lampu. Ia menyalakan lampu dan seketika sebuah pemandangan menyesakkan terpampang di depan matanya.
"Ayah!" Pekiknya melihat Kangjoon terduduk terikat di atas kursi. Noda darah mengori pakaian dan wajahnya. Sepertinya kepalanya dipukul beberapa kali oleh benda keras. Yoojung terisak memeluk Kangjoon.
Sementara itu Ten duduk di kursi tepat di samping Kangjoon. Terikat dengan wajah lebam. Pemuda itu memperhatikan dalam diam.
"Ayaah.. hiks.. hiks.."
Kangjoon berusaha tersenyum untuk menenangkan putrinya meski dirinya sendiri sangat khawatir pada Yoojung. "Jangan menangis. Ayah baik-baik saja."
"Bagaimana bisa ayah baik-baik saja jika banyak luka di sekujur tubuh ayah.. hiks.."
"Apakah kau baik-baik saja?" Kangjoon ingin sekali memeluk Yoojung untuk menenangkannya. Namun ia tak dapat bergerak sedikitpun lantaran terikat.
Yoojung menelan salivanya berat. Jika ditanya apakah ia baik-baik saja, tentu ia tidak baik-baik saja. Semalam ia baru saja diperkosa. Namun tak mungkin ia mengatakannya pada ayah karena takut ayahnya semakin khawatir. "Aku baik-baik saja ayah."
Meski ragu, Kangjoon memilih diam. Ia tak yakin gadis baik-baik saja. Jelas-jelas semalam ia mendengar teriakan anaknya meski terdengar samar. Sesuatu pasti telah terjadi.
"Akan kulepaskan ikatan ayah." Ujarnya berjalan ke belakang kursi Kangjoon dan berusaha sekiat tenaga membuka ikatan yang sangat kencang itu.
Ikatan itu sangatlah kuat hingga membuat Yoojung mengutukinya. Namun akhirnya ia berhasil membukanya. Selepas ikatan itu terbuka, Yoojung langsung berhambur memeluk Kangjoon lagi. Kali ini Kangjoon dapat memeluk putrinya.
"Sudah jangan menangis. Ayah baik-baik saja." Hibur Kangjoon mengusap rambut Yoojung. Yoojung mengangguk menurut meski masih sesenggukan. Irisnya beralih melirik pemuda di samping ayahnya yang sedari tadi hanya terdiam.
Kangjoon berdeham menyingkirkan dahak di tenggorokannya. "Bantulah melepaskan ikatannya, Yoo." Pinta ayahnya. Yoojung mengernyitkan dahi bingung. Ingin menolak lantaran ia masih mencurigai Ten.
"Jangan khawatir, ia bukan salah satu dari mereka." Ayahnya menambahi mengerti arti kerutan di kening Yoojung. Gadis itu mengangguk pelan dan mencoba membuka ikatan Ten yang juga sama kuatnya.
Selepas ikatan Ten terlepas, Ten mengucapkan terimakasih. Yoojung berjalan kembali ke sisi ayahnya. "Ayah dia siapa? Sebelumnya ia terus mengikutiku. Ayah kenal dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Terkadang meski aku merasa takut dan mengatakan jangan, tubuhku akan melakukan yang sebaliknya." Ada sebuah apartemen kosong tepat di depan pandangan Yoojung. Setiap malam ia akan melihat sinar putih di dalam apartemen tersebut. Aparte...