11

748 32 0
                                    

"Pagi bun,pa."

Azka menuruni tangga menuju meja makan yang sudah di tempati oleh kedua orang tuanya.

"pagi sayang".

Sapa Ningrum  yang sedang mengoleskan slai kacang kesukaan anak semata wayangnya itu.

Azka duduk di kursi di sebelah ningrum dan mengambil roti yang di suguhkan oleh ningrum. Azka memakan rotinya dengan lahap dan melirik  Ardi yang sedang membaca koran sambil minum kopi. Azka yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya.

"tumben papa masih di rumah? Biasanya jam segini udah pergi," ucap Azka sambil melihat jam yang ada di tangannya.

Ardi yang mendengarkan kata kata anaknya itu menoleh dan meletakkan koran yang di tangnnya  di atas meja sambil mengisap kopi yang ada di depannya.

"Azka,papa sudah tua papa mau kamu yang meneruskan perusahaan ini lagi nak".

"kan selama kita di indonesia Azka udah bantuin papa". Kerutan tampak jelas di dahi Azka.

"buakan begitu Azka,papa mau kamu yang mengambil alih perusahaan. Papa ini sudah tua papa mau menghabiskan waktu berdua sama bunda mu di rumah."

Ardi melihat Ningrum dengan mengedipkan sebelah matanya membuat Ningrum menggelengkan kepala melihat tingkah suaminya itu.

"papa yakin? Apa aku bisa meneruskan semua ini pa?"

" papa yakin toh ada pak Rahmat kan yang membantu kamu,lagian sampai kapan kamu sperti ini? Diwabah kendali papa terus. Mulailah bertanggung jawab terhadap suatu,sambil kamu berlatih untuk menjadi calon suami yang baik untuk istri kamu nanti."

"uhuk uhuk uhuk," Azka yang mendengarkan perkataan Ardi batuk dan langsung meminum air yang ada di atas meja sampai habis.

"apaan sih pa,buat aku kaget aja".

"loh ngapain kaget? Emang benar kan bun?"

Ningrum yang awalnya hanya mengamati pembicaraan antara ayah dan anak itu pun mengangguk setuju.

"apa yang di katakan papa kamu itu benar nak,meskipun umur kamu baru 24tahun tapi  bunda rasa kamu udah siap buat nikah nak,bunda kesepian di rumah dengan sebesar ini sendirian. Kalau kamu nikah kan bunda ada temen yang bisa di ajak masak bareng dan juga dapat cucu". kekeh Ningrum.

Azka yang mendengarkan itu hanya  terpaku,jadi selama ini bundanya merasa kesepian? Azka tidak bisa membayangkan seberapa kesepian bundanya selagi dia dan papa pergi ke kantor. Meskipun kelurganya hanya tinggal baru  Satu bulan di indonesia tapi selama di khairo pasti bundanya itu juga kesepian. Azka menggenggam tangan Ningrum dengan lembut dan memandang lekat Ningrum dengan sendu.

"maafkan Azka bun,salama ini Azka nggak peka kalau bunda kesepian,tapi mencari istri itu tidak mudah bunda, memilih istri itu tidak seperti barang yang asal pilih aja.Azka juga mau nanti istri Azka seperti bunda yang bisa memasak dan menjadi ibu yang baik buat anak anak Azka kelak. Kalu udah waktunya,Azka pasti menikah kok bun".

Ningrum yang mendengarkan perkataan Azka hanya  tersenyum,ia bangga sudah bisa mendidik anak sematawayangnya ini dengan baik dan Ningrum sadar anaknya ini sudah dewasa.

"sudah sudah,pagi pagi kok melow gini sih.Azka waktunya kamu ke kantor papa akan mengumumkan pengangkatanmu hari ini".

Azka mengangguk dan mempersiapkan keperluan yang akan ia bawa ke kantor.

******

"cie kalian, yang udah di acc dan bentar lagi mau wisuda,doain skirpsi aku di acc juga ya"

"iya dong emangnya lo, lama. Makanya jangan ngurus pertunangan mulu selesaiin dulu tu skripsi, baru tunangan"

"ye sirik aje mbak yang satu ini,biarin aja bentar lagi aku juga di acc. Lagian tu ya, tunangan cepet, nikah cepet dan ada kekasih halal yang dampingin besok pas wisuda. Emangnya lo, palingan yang dampingin lo sama saby mama dan papa doang,weeee".

Sabya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah saudara dan sahabatnya ini,ada saja bahan untuk di perdebatkan. Ya ,Sabya,Ani,dan Aqilla sedang berada di cafe depan kampus,setelah menemui dosen pembimbing masing masing mereka mengistirahatkan badan serta fikiran  setelah sekian lama berkutat dengan skripsi masing masing,sayangnya hanya Ani yang belum di acc oleh dosen pembimbingnya.

"sudah sudah kalian ini,Ani fokusin aja sma skripsi kamu dulu kan cuma satukali bimbingan lagi kan?"

Seperti biasa sabyia lah yang menjadi penengah di antara mereka.

"iya saby doain aja ya,minggu depan skripsi aku di acc dan besoknya mas Arga datang ke rumah". Jawab Ani dengan tersipu.

"yeee gilaran Saby yang ngomong lembut,gilaran aku nyolot terus",dengus aqilla.

Ani yang mendengarkan itu terkekeh.

"eh jones, lo sama Saby itu berbeda,kalau saby dengan dewasanya kalau lo itu pecicilan. Tapi kalau gw nggak berantem dengan lo sehari aja dunia serasa berubah",kekeh Ani.

Pletak,tangan Aqilla mendarat ke atas kepala Ani membuat ani mengaduh kesakitan, yang memukul hanya tertawa keras.








Selamat bertemu kembali gaes,hehehe alhamdulillah aku publish lagi. Mohon bantuanya ya,mohon koreksi dan masukannya. 😁

Maaf typo bertebaran 🙏

Happy reading 😘😘

Karena Satu Alasan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang