19

622 23 0
                                    

"pagi ma,pa." senyum Sabya terbit brsamaaan bunyi gesekan suara kursi yang di tarik.

"pagi sayang, gimana udah baikan?".

"alhamdulillah, aku udah baikan kok ma,mungkin cuma faktor kecapek an aja".

"tapi kamu masih pucat nak,kita ke dokter aja yuk", ucap Aisyah sambil menatap Sabya dengan tatapan khawatir.

Sabya yang mendengarkan kekhawatiran Aisyah tersenyum dan mengalihkan pandangan ke arah Bram yang sedari tadi menikmati percakapan ibu dan anak itu. Bram yang di tatap Sabya mengerti dan menganggukkan kepala sambil tersenyum hangat.

" ma, nggak usah di paksa begitu, mungkin emang faktor kecapek an aja. Saby sekarang kan juga menghadiri pernikahan Ani." Bram menatap Sabya hangat. " ingat nak, kalau ada apa apa nanti jangan lupa telvon mama atau papa, dan jika kejadian seperti kemaren terjadi lagi, mau nggak mau kamu harus kerumah sakit". Ucap Bram tegas, tanpa mengurangi kekhawatiran yang tampak jelas di wajah tampannya itu.

Sabya mendengarkan rentetan kalimat Bram, mengangguk sambil tersenyum. Ia tau, orang yang di depannya sekarang,yang saat ini dia panggil papa begitu menghawatirkan kondisinya saat ini. Sabya sangat bersyukur mendapatkan keluarganya ini.

"anak sama ayah sama aja, giliran sakit nggak mau di bawa kerumah sakit, nggak tau apa mamanya ini khawatir". Ucap Aisyah dengan nada berbisik,tetapi masih bisa di dengar oleh Bram dan Sabya. Sabya yang mendengarkan itu langsung menuju sang mama dan memeluk dari belakang.

"bukan begitu ma, Saby nggak papa kok mungkin karna faktor kecapek an aja,lagian kan Saby sekarang mau menghadiri pernikahan Ani. Saby janji habis dari rumah Ani,Saby akan istirahat total dirumah ."

Aisyah hanya menghembuskan nafas kasar,ia tau betul sifat Sabya. Percuma saja kalau di paksa.

Aisyah berbalik menghadap ke arah Sabya sambil melepaskan pelukan Sabya. "yasudah kamu jaga kesehatan,mama nggak bisa menemani kamu ke rumah Ani, itu, papa kamu manjanya kumat mama harus menemani papamu ke kantor." ucap Aisyah sambil melirik Bram. Yang di lirik hanya terkekeh.

Sabya tersenyum," iya nggak papa kok ma,Aqilla nanti juga nyusul sama teman teman Koas nya. Kan calon Ani dokter yang ada di rumah sakit tempat Aqilla Koas".

"Ck, anak itu semenjak Koas nggak pernah pulang,di telvon alasannya sibuk terus. Nggak tau apa mama kangen ". Omel Aisyah.

Bram dan Sabya hanya terkikik geli mendengarkan celotehan Aisyah hampir tiap pagi.

********

"assalamualaikum, wiiih anak pengantennya nerves banget". Kekeh Sabya sambil melangkahkan kaki masuk kekamar Ani.

Ani yang lagi duduk di pinggir tempat tidur langsung menoleh ke arah sumber suara, dan tersenyum hangat ke arah Sabya.

" aaaaa,Saby kok datangnya lama? Mana Aqilla juga belum tentu datang". Ucap Ani menarik tangan Sabya untuk duduk di sampingnya sambil memanyunkan bibir.

Sabya duduk di sebelah Ani, menaikan sebelah alisnya mendengarkan perkataan Ani,pasalnya tadi di jalan Sabya masih sempat ngobrol dengan Aqilla lewat telvon dan dia mau ke rumah Ani.

"maksudnya?"

"iya,tadi malam Aqilla nelvon aku,dia bilang, dia nggak bisa kesini karena, ada jadwal piketnya di rubah", jawab Ani dengan nada kesal.

Sabya yang mendengarkan itu tersenyum dengan tingkah saudaranya yang keterlaluan jahil.

"yasudah,kan ada aku. Nggak baik calon pengantin suka ambekan,nanti cantiknya hilang loh".

"iii Saby apaan sih, kok aku deg degan gitu ya".

"cie yang bentar lagi bakalan jadi nyonya pak dokter." goda Sabya.

"apaan sih Saby",ucap Ani dengan senyum malu malu.

"cie, yang wajahnya udah kayak kepiting rebus". Sabya tak henti hentinya menggoda Ani,yang di goda menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Tes, setetes cairan merah jatuh dari hidung Sabya yang mengenai tangannya. Sabya segera menghapus cairan itu sebelum Ani membuka serta menurunkan tangan dari wajahnya dan melihat cairan merah itu.

"ehem."

Ani dan Sabya menoleh ke arah sumber suara, melihat Aqilla berdiri di pintu kamar sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada.

"calon penganten bahagia banget kayaknya", ucap Aqilla sambil melangkahkan kaki menuju dua perempuan yang begitu ia sayangi itu.

"kamu ya, jahilnya kebangetan Qil aku yang kena amukan Ani tuh", ucap Sabya sambil terkekeh.

Ani melihat Aqilla datang cuma diam dan pura pura marah.

Aqilla terkekeh dan menggoda Ani yang tampaknya nggak suka dengan kejahilannya kali ini.

"ciee, calon manten ngambek nanti cantiknya hilang loh", ucap Aqilla sambil mencolek pipi Ani. Yang di colek hanya diam,sebenarnya ia sudah susah menahan senyum di bibirnya,tapi kali ini ia masih mempertahankan eksperisi marah. Menurutnya kali ini Aqilla keterlaluan.

Aqilla terkikik geli melihat wajah Ani yang menahan senyum dan masih mempertahankan marahnya.

"cie masih marah,yaudah deh aku pulang lagi ya." ucap Aqilla sambil melangkahkan kaki.

Sebelum Aqilla melangkah Ani langsung menarik tangan Aqilla.

"mau kemana nona Aqilla? Kamu udah boongin aku dan dengan mudahnya kamu pergi dari sini? Oh tidak bisa".

"tapi katanya kamu marah sama aku,yaudah ngapain aku di sini kalau tuan rumahnya marah dengan kehadiran aku kan", ucap Aqilla yang masih menggoda Ani.

"Saby,liatlah saudaramu ini,seharusnya aku dong yang marah. Nah kini malah dia yang ngancam balik aku." rengek Ani kepada Sabya. Sabya yang mendengarkan itu terkikik geli.

"sudah sudah,kalian ini kalau kangen bilang kangen aja nggak usah kayak gini terus. Sudahlah, itu calon prianya udah mau ijab kabul". Ucap Sabya menenagkan kedua sahabatnya itu.

Terdengar suara dari luar mengucapkan salam dan khutbah perkawinan,seketika Sabya,Aqilla diam. Jangan di tanya Ani,Ani yang lebih tegang di sini,pasalnya sebentar lagi ia akan melepas satatusnya menjadi istri orang. Ya,istri seseorang yang di luar sana mengucapkan janji suci kepada kedua orang tuanya dan di hadapan sang Pencipta.

Melihat Ani sangat tegang,Sabya yang duduk di sebelah kiri Ani menggenggam erat tangan Ani kemudian tersenyum menenangkan. Ani yang merasa di tenangkan Sabya tersenyum.

"Ankahtuka wa zawwajtuka Makhtubataka Ani razia malaika Binti Widodo alal Mahrin surah Ar Rahman dan seperangkat alat sholat."

"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzukuur wa Radhiitu bihi. Wallahu Waliyut Taufiq." ucap Arga dengan sekali tarikan nafas.

Bagaimna saksi sah? Ucpa penghulu yang langsung di jawab oleh para saksi "sah".

Ani mendengarkan proses hijab kabul tersenyum sambil meneteskan air mata,ia mengucap syukur dalam hati. Tepat di hari ini, ia sudah resmi menjadi seorang istri dari seorang Arga Ardiwiata. Mulai dari sekarang sampai seterusnya ia harus menuruti perintah suaminya.

Aqill dan Saby memeluk erat sahabat yang ada di tengah tengah mereka. Mereka tersenyum bahagia karena sahabatnya yang satu ini sudah resmi berganti status.

Karena Satu Alasan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang