29

843 32 1
                                    

Hari ini keadaan Sabya mulai membaik, hari ini pula jadwal kemoterapi yang akan di lakukan. Seperti biasa Ilham dan Ani tidak pernah absen untuk menemani Sabya kemoterapi. Aisyah menyiapkan keperluan untuk kemoterapi Sabya. Ilham duduk di sofa memperhatikan Sabya yang lagi duduk di kursi roda dan Ani berjongkok di samping Sabya sambil bicara hangat, sekali kali mereka tertawa.

"jangan di pandangi terus, ingat dosa." Ucap Azka menggoda Ilham.

Ilham menoleh ke sumber suara,mendapati Azka yang sudah berada di depannya.

"sejak kapan lo di sini? Sinis Ilham.

"sejak lebaran monyet," jawab Azka asal.

Ilham kembali mengarahkan pandangannya ke arah Sabya dan Ani, ia mendapati  orang tua Azka,dan Aisyah berada di sana.

"kenapa,lo takut bunda gue membujuk Sabya supaya mau menjadi calon mantunya?" kekeh Azka.

Ilham mendengus mendengrkan ejekan Azka. Tidak lama kemuadian,Pintu terbuka mendapati Dokter Gio masuk ke ruangan dengan seorang suster yang ingin membawa Sabya untuk kemoterapi.

"sudah waktunya kemoterapi, ibu ibu." Ucap dokter Gio sambil bergurau. Sabya,Ani,Aisyah dan kedua orang tunyanya Azka menoleh mendapati dokter Gio berdiri tersenyum. Mereka semua mengangguk tersemyum bertanda Sabya boleh di bawa ke ruangan tempat dimana kemoterapi berlangsung. Ilham dan Azka melihat kursi roda Sabya di dorong keluar, mereka juga ikut bangkit dari kursi dan ikut mengantarkan Sabya sampai ke ruangan. Mereka sampai di depan ruangan, sebelum Sabya masuk seperti biasa orang orang yanng mengantarkan Sabya selalu memberi semangat untuk Sabya.

"Saby," panggil seseorang. Sabya dan semua orang menoleh ke arah sumber suara mendapai Aqill dan Bram berjalan terburu buru kearah mereka. Sesampai di sana Bram langsung menyalami Ningrum dan Adi, sedangkan Aqilla langsung berhamburan memeluk Sabya.

"maafkan aku, Saby. Maafkan aku." Ucap Aqilla masih dengan posisi memeluk Sabya dengan terisak. Sabya masih diam membisu, ia belum bisa percaya kalau Aqill benar bear berada di hadapannya sekarang ini. Semua orang yang menyaksikan, juga merasa haru. Aisyah tersenyum hangat kepada Bram, Bram melihat Aisyah dengan mata yang sudah berkaca kaca mengenggam tangannya lembut dan mengangguk. Sabya melepaskan pelukan Aqilla dan menatap lekat saudaranya itu. Sabya meraba wajah Aqilla untuk memastikan apa benar saudaranya Aqilla yang berada di hadapannya ini. Seketika tangisan Sabya pecah, ia begitu sangat merindukan Aqilla. Sangat.

"Aqilla, maafkan aku."

"usstt, kamu tidak boleh meminta maaf, seharusnya aku yang meminta maaf kepada kamu Sabya." Aqilla tidak dapat lagi meneruskan perkataannya, ia kembali brhamburan ke pelukan Sabya. Suasana di buat menjadi haru oleh dua cucu anak anadam itu, orang orang yang berada di sana juga meneteskan airmata. Setelah suasana sudah melai membaik, dan Aqilla sudah di kasih waktu berdua untuk melepas rindu dengan Sabya, tibalah saatnya Sabya memasuki ruangan untuk melakukan kemoterapi.

Semua orang menunggu Sabya keluar dari ruangan. Dua jam, tiga jam,waktu terus berlalu belum ada tanda tanda Sabya keluar dari ruangan, tiba tiba pintu terbuka keluar suster mendorong bangkar dengan cepat, sedangkan Sabya tidur di atasa bangkar itu dengan mata tertutup, membuat semua orang yang duduk di kursi tunggu berdiri dengan panik.

"Adapa apa sus?" Ilham yang terlebih dahulu menghampiri suster yang barusan keluar.

"maaf pak, keadaan ibu Sabya kritis. Kami harus membawa ibu Sabya ke ruangan operasi." Ucap suster sambil melanjutkan langkahnya sedikit berlari. Setelah mendengarkan itu keluarlah dokter Gio dengan wajah yang kelihatan panik.

"ada apa dok?" ucap Bram menghampiri.

"maaf pak, saya tidak bisa menjelaskan apapun, saat ini kami terpaksa melakukan operasi." Ucap Dokter Gio terburu buru sambil menuju ke ruangan Operasi. Semua orang mendengarkan kabar Sabya langsung Panik. Lima jam sudah berlalu, tetapi kamar operasi belum juga terbuka. sejak tadi Aqilla menangis di pangkuan Ani, dan Aisyah menangis di pangkuan Bram, sedangkan Adi dan Ningrum sudah pamit dari sejam yang lalu karena masih ada keperluan lain yang harus di urus. Azka dan ilham menenangkan diri di mesjid, sambil menunaikan sholat wajib. Ilaham berzikir dan selalu memanjatkan doa dalam hati atas kesembuhan Sabya, sedangkan dari tadi Azka memperhatikan Ilham yang selalu diam. Azka menepuk pundak Ilham membuat sahabtnya itu menolah.

"sudah tiga jam kita di sini, dan sudah tiga jam juga lo tidak bicara satu katapun kepada gue. Semua yang sudah terjadi sudah ketentuan Ham. Lo jangan merasa bersalah, ataupun menyalahkan apa yang telah terjadi."

"gue, tidak becus menjaga dia. Lo tidak akan pernah merasakan apa yang gue rasakan sekarang, setelah orang yang berarti di dalam hidup lo meninggalkan lo dari kecil, dan sekarang orag yang telah membuat lo berubah ke hal yang baik juga akan di ambil. Dunia ini memang benar benar tidak adil Ka." lirih Ilham.

Azka yang mendengarkan ucapan Ilham seketika marah dan mencengkram kerah baju Ilham.

"sadar Ham, dengan lo berbicara seperti ini lo telah menyalahkan takdir Allah. Apa lo tidak yakin dengan semua rencana-Nya? Percuma lo hijrah selama ini, kalau lo masih menganggap Allah tidak adil atas kehidupan lo." Ucap Azka menyadarkan Ilham. Ilaham hanya diam mendapatkan perlakuan Azka, ia tertunduk sambil beristighfar. Lagi lagi Azka melihat Ilham menangis dan begitu rapuh.

Jam delapan malam pintu ruang operasi terbuka, dokter Gio keluar sambil melepaskan masker yang menutupi mulutnya. Aisyah, Bram,Ani dan Aqilla segera menghampiri dokter Gio.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?" ucap Bram dengan meta memerah.

Dokter Gio menghembuskan nafas berat,"maaf pak, reaksi yang di berikan oleh Sabya kali ini benar benar di luar dugaan. Tubuh Sabya tidak merespon dengan baik, akibatnya kami terpaks menindak lanjuti Sabya dengan semaksimal mungkin." Dokter Gio terdiam sejenak dan melanjutkan bicara,

" tetapi maaf pak,kami sudah sebisa mungkin mengusahkan kesembuhan Sabya,dan keadaan Sabya saat ini koma. Saya tidak bisa memasktikan kapan Sabya sadar, kemungkianan Sabya utuk Sadar hanya tipis. Bapak dan keluarga berdoalah, supaya Allah berencana lain dan Sabya akan segera sadar dari koma." Kalau begitu Saya permisi dulu pak, ucap dokter Gio meninggalkan Bram.

Mendengarkan perkataan dokter, semuanya menangis histeris. Aisyha yang tiba tiba pingsan dan langsung di sambut Bram, sedangkan Aqilla dan Ani menangis sambil berpelukan. Ilham dan Azka yang baru datang juga terlihat Syok.

"Azmi, kamu kuat. Aku yakin kamu bisa melewati itu semua." Ucap Ilham dalam hati sambil pergi utuk menenangkan fikirannya.

Azka termenung sejenak,sambil membiarkan Ilham pergi dari tempat itu.

Karena Satu Alasan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang