end

2K 33 1
                                    

Assalamualaikum,

Teruntuk kamu yang tidak pernah aku sangka kehadriannya, maaf bukan selama ini aku melupakannmu, hanya saja aku terlalu takut untuk berharap banyak. Aku sudah mengetahui semuanya dari Ani. Kenapan tidak jauh jauh hari mengatakan ini semua? Ah, sudahlah aku juga tidak ingin memperdebatkan apa yang telah terjadi. Aku juga telah membaca tulisanmu di halam terakhir buku biru muda ini, saat mengetahui kamu adalah mas Iam nya Azmi waktu kecil, hati ini berdesir hangat. Aku juga tidak tau apa yang telah aku rasakan. Sejak pertemuan kita pertama kali di kampus saat kamu menghadiri acara wisuda, saat itu pula tanpa aku sadari dada ini bergetar, tapi selalu aku tepis karena di saat itu aku selalu memikirkan bagaimana cara menemukan pangeran penyelamatku waktu itu. Kali ini aku salah, ternyata bukan mas Azka







Assalamualaikum,

Teruntuk kamu yang tidak pernah aku sangka kehadriannya, maaf bukan selama ini aku melupakannmu, hanya saja aku terlalu takut untuk berharap banyak. Aku sudah mengetahui semuanya dari Ani. Kenapan tidak jauh jauh hari mengatakan ini semua? Ah, sudalahlah aku juga tidak ingin memperdebatkan apa yang telah terjadi. Aku juga telah membaca tulisanmu di halam terakhir buku biru muda ini, saat mengetahui kamu adalah mas Iam nya Azmi waktu kecil hati ini berdesir hangat. Aku juga tidak tau apa yang telah aku rasakan. Sejak pertemuan kita pertama kali di kampus saat kamu menghadiri acara wisuda, saat itu pula tanpa aku sadari dada ini bergetar, tapi selalu aku tepis karena di saat itu aku selalu memikirkan bagaimana cara menemukan pangeran penyelamatku waktu itu. Kali ini aku salah, ternyata bukan mas Azka pangeran penyelamatku, tapi dirimu. Lucu memang aku mengatakan semua ini, seperti anak SMA saja. Hehehe

Maaf saat kamu membaca surat ini, mungkin aku telah tiada. Disini aku mengucapkan terimakasih atas apa yang telah kamu lakukan selama ini, dengan sabarnya kamu melindungiku bahkan dengan ikhlasnya kamu menepis semua yang kamu rasakan, asalkan aku bahagia bersama mas Azka. Kamu salah, aku salah mengartikan rasa kagumku terhadap mas Azka. Kalau boleh jujur aku sudah menaruh hati kepadamu jauh sebelum aku mengetahui kalau dirimu adalah mas Iam nya Azmi. Semua itu percuma, Allah berkehendak lain. Allah tidak mengizinkan kita untuk bersama di dunia ini. Aku pamit, terlalu banyak yang ingin aku sampaikan. Kurasa hanya ini yang perlu kuberi tahu. Aku tau semua masalalumu, dengan kepergianku ini kamu jangan pernah menyalahkan Allah. Ini sudah takdir yang harus kamu lalui. Kamu harus kuat, mungkin hanya sebatas ini pertemuan kita di dunia ini. Aku harap kita akan bertemu kembali di akhirat nanti. Berjanjilah kamu tidak akan pernah merutuki apayang telah menimpa mu saat ini, karena perpisahan adalah awal dari segalanya. Bukankah badai akan menyisihkan pohon yang kuat? Maka berjanjilah untuk tidak sedih berlarut larut.

Wassalam, Azmi.

Ilham menghembuskan nafas kasar, sudah satu bulan kepergian Sabya. Setiap Ilham membaca tulisan dari buku peninggalan Sabya, ia selalu meneteskan Airmata. Ilaham menatap lekat tulisan itu, Ilham tersenyum gentir melihat gambar love berwarnah merah dan titik titik kecil di sekitar gambar itu. Ilham meyakini warna itu dari darah yang keluar melalui hidung Sabya. Ilham menghapus airmata dengan kasar, ia tidak peduli dengan tatapan orang sekitar. Ilham melihat pergelangan tangannya, orang yang di tunggu sedari tadi belum juga mucul, padahal kereta yanng akan membawa Ilham ke surabaya sudah mau datang.

"Ilaham," tiba tiba suara terdengar dari belakang membuat Ilham menoleh dan kangsung berdiri dari tempat duduk. Orang itu menghampiri Ilahm dengan senyuman hangat, sedangkan Ilham mebalasa dengan sunyum yang di paksakan.

" lama banget sih kalian?" tanya ilaham sinis. Yangn di tanya hanya terkekeh.

"ya maaf, kamu taukan bu dokter sibuk." Ucap Azka nenimpali sambil melirik Aqilla. Aqilla ahanya tersenyum dan mengangkat dua jari bertanda huruf v. Ya, yang datang itu adalah Azka dan Aqilla yang berniat mengantar kepergian Ilham ke surabaya.

" Arga sama Hani mana?" tanya Ilham sambil celingak celinguk mencari keberadaan mereka.

" huffft,sudahlah jangan mencari mereka. Mereka butuh waktu berdua." Ucap Azka tertawa. Ilham mendengar itu hanya menganggukan kepla.

"yasudah, gue pergi dulu ya,kalian jangan pada kangen."

"ck, siapa yang kangen sama lo juga." Cibir Azka.

Ilham menganngkat sedikit ujung bibirnya. Melilhat ilham memebrikan senyuman itu Azka yakin Ilham belum benar benar bisa melupakan Sabya.

"jangan bilang alasan lo mengurus cabang perusahaan lo yang di surabaya untuk pelarian Ham." Kali ini Azka memasang wajah serius.

Ilham yang mendengarkan itu membanting nafasnya. "gue ingin lepas dari semua kenangan tentang dia. Gue juga butuh waktu dan suasana baru untuk melupakan semuanya, dan gue juga tidak boleh seperti ini terus. Dia benar, semua yang terjadi semua ini adalah skenario yang telah di tentukan oleh Allah." Ucap Ilham lirih. Azka yang mendengar itu mengangguk bertanda setuju, sedangkan Aqilla diam membisu. Kalau boleh jujur sampai saat ini Aqilla belum benar benar bisa melupakan Sabya dari pikirannya. Aqilla yang selalu mengatakan kepada semua orang bahwa ia sudah menginkhalskan kepergian Sabya, ternyata bohong. Hapir setiap malam ia menangis mengingat kesalahannya yang telah di perbuat terhadap Saya dan juga merindukan sahabtnya itu. Aqilla tidak ingin memperlihatkan kesedihannya kepada kedua orangtuanya. Aqilla tau, sang mama begitu terpukul atas kepergian Sabya, karena itu ia harus menyembunyikan kesedihannya agar sang mama juga tidak bersedih kembali.

"yasudah, keretanya sudah datang. Titip salam kepada Ani dan Arga, kalau kalian kangen datang aja ke surabaya dan jangan lupa beritahu gue kalau ada kabar bahagia antara kalian berdua." Ucap Ilham mencoba bergurau.

Azka terkekeh mendengar sindiran yang di berikan oleh Ilham, dan melihat ke arag Aqilla yang sudah tersipu malu. Ilaham pamit dan berjalan kearah kereta yang sudah banyak orang menaiki. Ilham menoleh lagi kebelakang mendapati Aqilla dan Azka melambaikan tangan kearahnya. Ilham melihat itu hanya tersenyum kecut. Setelah Ilham sudah berada menmukan tempat duduknya tepat di sebelah jendela, perlahan kereta mulai berjalan meningglkan satsiun.

"Selamat tinggal kenangan, bukannya aku terlalu kejam untuk melupakanmu, tapi sampai kapan aku harus berjalan denganmu yang terlalu menyakitkan ini? Disini aku mencoba mengartikan kata ikhlas atas perpisahan yang telah terjadi. Bukan bermaksud lancang, bukankah kata ikhlas tidak selalu di defenisikan sebagai melupakan? Menurutku kata ikhals hanya benar benar bisa berdamai dengan diri sendiri. Selamat tinggal Azmi." Lirih Ilham dalam hati.





















Alhamdulillah akhirnya tamat juga, nggak nyangka aja bakal bisa khtam cerita ini,meskipun hanya cerita abal abalan 😂

Terimakasih atas semua yang sudah berminat untuk mampir di lapak ini. Jangan lupa tinggalkan jejak yang mendukung ya gaes. Untuk sekuel tentang mas Iam jangan khawatir, inshallah akan ada kok, tapi setelah kisah Asyafa ya. Tenang aja, di dalam cerita ASyfa bakal ketemu sama mas Iam juga, tapi hanya beberapa part saja. Terimakasi semua, salam sayang dari author 😍😍

Karena Satu Alasan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang