26

709 29 0
                                    

Azka termenunng di kamar, ia tak habis pikir dengan dirinya sendiri karena bisa melewati situasi tadi malam,dimana ia telah meminta anak perempuan orang untuk di jadikannya sebagai pendamping hidupnya kelak. Azkapun sudah menceritakan kejadian tadi malam kepada sang bunda dan papa,mereka sangat senang. Bahkan Arumi sempat pura pura marah kepada sang anak karena tidak memberitahukan kepada mereka niat Azka tadi malam, dan Adipu mempertanyakan perihal Sabya kepada Azka. Azka menceritakan semuanya kejadian yang telah ia alami, bahkan termasuk kejadian dimana dirinya terlalu lama menunggu Sabya di butik, tapi yang di tunggu ternyata kelur kota. Arumi dan Adi menertawakan tingkah sang anak. Arumi dan Adi memutuskan untuk menemani sang anak kembali meminang Aqilla secara resmi pada minggu depan,dan sekalian mereka silaturahmi dengan sahabat yang telah lama tidak bertemu.

Dering telepon menyadarkan Azka dari lamunannya, ia menggeser tombol hijau bertanda mengangkat panggilan tersebut. Suara di seberang sana membuat Azka mengangguk dan mengucapkan salam lalu memutuskan sambungan. Azka bangkit dan berjalan menuju keluar sambil menyambar tas kantor yang berada di sofa.

Beberapa menit Azka sampai di kantor. Seperti biasa ia mendapat tatapan kagum dari para karyawan yang sebenarnya membuat Azka risih, tapi mau gimana lagi Azka juga tidak bisa melarang setiap orang untuk mengagumi dirinya, bukankah itu hak masing masing mereka? Entahlah, Azka tidak peduli. Di lantai dua Azka langusung di hampiri oleh sang skretaris, bahwasanya rapat dengan Agung Sedayu Grup sudah mau di mulai. Azka mengangguk dan menuju ruang meeting.

Meeting berjalan dengan baik. Azka kembali ke ruangannya untuk melanjutkan pekerjaan. Tidak lama Azaka berkutat dengan lembaran kertas, tiba tiba deringan telepon membuat Azka berhenti sejenak.

"suruh saja masuk", ucap Azka sambil menutup telepon. Tidak lama setelah itu masuklah seorang pemuda membuat kening Azka berkerut.

"Iham, ngapain kesini? Bukankah kamu tidak bisa ke sini karena ada keperluan lain?" tanya Azka,pasalnya pas Azka meeting dengan Agung Sedayu Grup tadi tidak Ilham yang menghadiri rapat itu, tetapi sekretaris Ilham. Azkapun tidak mempermasalahkan hal itu.

Ilaham tidak menjawab pertanyaan Azka, ia menghembuskan nafas berat. Ilham langsung menghempaskan badannya ke sofa. Azka hanya diam, pandangannya tidak lepas dari gerak gerik Ilham. Melihat ilham hanya diam, ia menunggu Ilham untuk bicara, sembari menunggu Ilham angkat biacara, terlintas di fikaran Azka untuk menceritakan bahwasanya ia telah meminang Aqilla dan ada peluang untuk Ilham bisa mendekati Sabya. Ilham mendengarkan nama Sabya kembali mengkembuskan nafas berat. Pasalnya begitu banyak kemungkinan kemungkinan yang ia fikirkan setelah mengetahui sakit yang di derita Sabya.

"dia sakit," lirih Ilham. Azka terdiam sesejenak, mencerna perkataan Ilham.

"Sabya sakit," ulang Ilham.

"maksud lo?", ucap Azka menghampiri Ilham.

" dia sakit, sakit Karsinoma nasofaring stadium lanjut." Ilham menceritakan semua yang informasi yang di perolehnya dari Arga. Ilham juga meminta kepada Azka untuk tidak memberitahukan soal ini kepada orang lain termasuk Aqilla.

Azka termenung mendengarkan pernyataan yanng baru ia dengar, ia mengingat terakhir bertemu dengan Sabya tampak gadis itu baik baik saja,meskipun Azka akui wajah Sabya sedikit pucat. Azka juga tidak menyangka Sabya bisa menyembunyikan sakitnya dari banyak orang. Keheningan tercipta di antara mereka, baik Ilham maupun Azka sama sama larut dengan pikiran masing masing.

" Apa lo udah menemui dia, setelah apa yang lo dengar tentang keadaanya?" Ucap Azka memecah keheingan. Ilham menggeleng lemah menjawab pertanyaan Azka. Azka menghembuskan nafas kasar, lagi lagi ia di buat bingung oleh sikap temannya ini. Ilham mengaku tertarik kepada Sabya layaknya ketertarikan laki laki dengan perempuan, tapi Ilham enggan untuk menampakkan dirinya di hadapan Sabya.

Karena Satu Alasan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang