Part 18

3.2K 136 5
                                    

Kailynn dan Cato menginjakkan kaki mereka tepat didepan Bell Tower. Mereka diberi tumpangan oleh Adeline dengan cuma-cuma. Bukankah itu membuktikan bahwa Adeline benar-benar baik? Sebelum berangkat, mayat Soah juga sudah dipindahkan ke rumah jenazah. Barang-barang di kamar Soah pun dibersihkan dan dibereskan. 

Cato menghirup udara dengan perlahan lalu mengeluarkannya "Sudah lama aku tidak kesini. Sudah sepuluh ribu tahun lamanya."

Kailynn memiringkan kepalanya melihat Cato kemudian mengalihkan pandangannya pada Bell Tower. Bell Tower itu terlihat tinggi. Tingginya hampir sama dengan Library of Paradaise. Tetapi yang membedakan adalah, Bell Tower tidak pernah direnovasi sedangkan perpustakaan itu iya. Bell Tower tetap berdiri dengan kuat di sebelah barat Kapitel menjadikannya terlihat indah ketika matahari terbenam dibelakangnya.

Cato melangkahkan kakinya kedepan dan merentangkan tangan kanannya kedepan "Aku perlu menuntunmu mulai dari sini. Banyak tentara pangeran itu yang menjaga. Jadi kita harus menyelinap." 

Awalnya Kailynn sedikit ragu untuk menerima tangan Cato. Kalau masalah menyelinap, Kailynn juga handal dalam hal itu. Namun, ia tetap menerima tangan Cato yang besar. Mereka berlari kebelakang Bell Tower sebelum salah satu tentara William melihat mereka. Cato dan Kailynn menyandarkan punggungnya ke dinding Bell Tower.

"Hampir saja." ujar Cato lega.

Kailynn mengangkat sebelah alisnya "Hampir saja?" Kailynn melirik ke arah tentara yang mengepung mereka. 

"Oh ya ampun." tepat setelah Cato mengkatakan itu ia mengangkat kedua tangannya ke udara. Begitu pula Kailynn. Beberapa tentara yang membawa tali panjang menghampiri mereka dan segera mengikat kedua pasang tangan mereka. Lalu mereka dibawa ke dalam Bell Tower. Kailynn melihat William yang berdiri di tengah-tengah ruangan menunggu mereka.

William menyeringai "Seperti dugaanku kau kesini, Kai." ujarnya seraya menempatkan tangan kanannya di dagu Kailynn.

Kailynn menjauhkan kepalanya dari William. Ia tidak suka disentuh oleh William karena setelah disentuh yang ia rasakan adalah sakit dan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Kailynn melirik tangan Cato yang sedang mencoba untuk membakar tali yang mengikatnya. Kemudian Kailynn merasa ia harus mengulur waktu untuk Cato. 

"William, dimana Eye yang kau ambil?" tanya Kailynn memecahkan keheningan.

"Pertanyaan bodoh. Mana mungkin aku menjawabnya?" 

"Jawaban yang bodoh. Kenapa kau malah bertanya balik?" ujar Kailynn dengan tawaan yang ragu.

William mengehelakan nafas yang panjang lalu menyilangkan kedua tangannya didepan dada "Berbicaranya cukup sampai disini," William berbalik "Aku akan membawa kalian berdua ke istana."

Kailynn bertanya "Apa yang akan kau lakukan kepada kami setelah sampai di istana?"

William terdiam. Lalu  ia membuka mulutnya "Aku tidak tahu. Yang memutuskan kau harus diapakan adalah ayahku. Aku hanya diperintahkan oleh ayahku."

"Orang yang mencari Eye karena diperintah tidak akan pernah bisa mendapatkannya." Kailynn memberikan William tatapan yang tajam.

"Sebaiknya kau menutup mulutmu itu, Kailynn. Lagipula kau akan dibawa ke istana dan disana kau tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk kabur."

"Tidak secepat itu." ujar Cato cepat dan segera meluncurkan tinjunya yang terdapat api ke arah William. William menghindar. Cato melompat kebelakang Kailynn dan membakar talinya. Kedua tangan Kailynn sudah bebas dan sekarang ia bisa meluncurkan Zahlnya kepada semua orang disini.

"Aku akan mengurusi para tentara. Kau, kau tahu apa yang harus dilakukan bukan? Sebutlah namaku jika kau kesulitan maka aku akan menolongmu." ujar Cato.

The WatchersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang