Baru berjalan beberapa langkah dari tempat mereka jatuh, Adeline dengan nafas yang berat menghampiri mereka. Cato segera melindungi Kailynn dan siap-siap menyerang Adeline. Dengan raut wajah heran Adeline mendekati dan hendak menyentuh pundak Kailynn. Tetapi Cato menjauhkan tubuh Kailynn dari Adeline.
Adeline berkacak pinggang didepan Cato. Tubuhnya yang kecil terlihat sedikit lucu dengan gaya itu "Aku ini tidak bekerja sama dengan William."
"Tapi, kau adalah tunangannya. Aku tidak bisa percaya kepadamu begitu saja."
"Kenapa tidak? Walaupun kami bertunangan, aku tidak mau mengikuti kehendaknya begitu saja." ujar Adeline dengan tatapan mata yang kuat.
Kailynn hendak menghampiri Adeline tetapi Cato menahan gerakannya "Bagaimana jika kau berbohong? Apa buktinya, apa sesuatu yang mampu membuat kami percaya kau tidak menipu kami?"
Adeline tersenyum, matanya menyipit. Bola matanya yang hijau hampir tidak terlihat. "Aku percaya bahwa kalian bukanlah orang yang jahat. Jadi, apakah dengan itu kalian mau mempercayaiku?"
Cato menghela nafas panjang "Langsung saja, apa yang kau perlukan dengan kami?"
Melihat mata Cato, Adeline merona. Dari dulu ia memang tidak berani menatap mata seseorang berlama-lama. Ia merunduk "Aku tidak bisa mengatakannya jika kalian belum berkata iya bahwa kalian akan mempercayaiku."
"Aku mempercayaimu." seru Kailynn. "Mungkin, Cato juga mempercayaimu."
Adeline meringis "Mungkin?" kemudian Adeline melanjutkan "Sebenarnya aku ingin menawarkan kalian tempat perlindungan. Tempat bermalam. Maksudku, keduanya. William sedang menyebarkan berita tentang kekacauan yang kau buat di perpustakaan. Jadi, mungkin kalian membutuhkan sebuah tempat menginap karena," Adeline menarik nafasnya. Ia tidak biasa mengucapkan kalimat sepanjang itu. "Karena,"
"Semua tempat menginap pasti akan mengincar jiwa kami. Benar?" tanya Cato memotong perkataan Adeline.
Adeline mengangguk kecil "Iya. Kalau kalian mau, tolong pakai jubah ini." ujarnya sambil memberikan Cato dan Kailynn sebuah jubah yang menutupi kepala berwarna hijau gelap yang kotor. "Maaf kalau jubahnya kotor."
Kailynn meringis. Jubah ini memang terlihat kotor tetapi ia mempunyai wangi seperti baru dicuci. Ini sama sekali bukan jubah bekas. Ini jubah baru. Atau lebih tepatnya baru saja dicuci. Sebelum bisa menyentuh jubah yang terlihat kotor itu, pasti orang-orang akan membuangnya terlebih dahulu. Mereka tidak pernah bisa melihat seseorang atau benda dari penampilannya.
Kailynn memakai jubah itu dan hendak mengikat tali yang biasanya terletak di sekitar leher jubah. Namun, ia tidak bisa menemukan tali itu. Cato yang melihat Kailynn kesusahan menghampirinya dan menarik tali yang sama sekali Kailynn tidak bisa temukan lalu mengikatnya dengan erat. Cato mendesah "Kenapa kau tidak bisa menemukan tali seperti ini, sih?" ujarnya ketus.
Kailynn menyipitkan matanya dan menjauhi dirinya dari Cato. Padahal, Kailynn hampir saja mengiranya orang yang baik. Ternyata, Cato memang tidak bisa berbicara halus kepada wanita. Adeline menepuk tangannya "Sudah? Ayo ikuti aku."
"Kau tidak takut tersesat?" tanya Kailynn.
"Tidak. Apakah kau mengira tubuhku yang kecil ini akan tersesat?"
"Ehm.." Kailynn tidak bisa menjawab pertanyaan Adeline.
"Otakku ini besar walaupun tubuhku kecil." Adeline membawa mereka ke kota.
Cato memutar bola matanya dan mulai berjalan mengikuti Kailynn dari belakang. "Bukankah kau bilang kau ada keperluan di rumah sakit?"
Tanpa menghadap kebelakang Adeline menjawab "Yah, keperluanku sudah selesai. Kalau belum selesai aku tidak bisa berjalan seperti ini di kota." Adeline menyelip ke kerumunan dengan tubuh kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Watchers
FantasíaKailynn adalah seorang anak yatim piatu yang diadopsi oleh kepala sekolah militer, harus menjalani kehidupan dan masa depan yang ditentukan orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya ia sudah tidak bisa mengelak karena memang banyak hal yang menghalangin...