Prolog

783 99 78
                                    


Bukan tentang siapa yang melukai atau dilukai. Bukan tentang luka siapa yang tidak akan pernah sembuh. Ini tentang kata 'kita' yang pernah ada dan merasa paling bahagia pada masanya. Saling menertawakan kekonyolan masing-masing, bercerita dan mendengarkan segala sesuatu yang terjadi kala itu.

Bahagia dengan caranya masing-masing, masih ingat, kah? Jika masih, resapi apa yang ingin kembali kamu rasakan, jangan hanya yang senangnya saja. Sedihpun sama, tanpanya kamu tidak akan mendapat pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih kuat seperti sekarang. Hayati setiap apa yang terjadi, kala kamu sedang tertawa membalas chat darinya, hingga kantuk menjalar, dan kamu tertidur.

Tersenyum ketika terbangun dari tidur melihat ucapan selamat tidur. Uring-uringan ketika tidak ada satupun chat darimu yang ia balas, segala pikiran negatif mulai bersarang. Saat dia membalasnya, kamu pura-pura tidak tahu ada chat yang masuk, dan mengulur-ulur waktu, agar balance. Tapi nyatanya? Kamu tidak tahan ingin segera membalasnya. Kamu tahu? Aku pernah merasakannya.

Di sini, di atas meja kerjaku, aku ingin kembali mengingatnya. Bersama siapa? Bersama dia yang terlihat gagah dengan membawa senapan dilengan kirinya. Bersama dia yang selalu memakai topi baret serta perlengkapan perangnya ketika datang apel ke rumah. Bersama dia yang lahir di tanah Pontianak Kalimantan Barat, dengan nama Yusuf Marendra Topano.

"Ke tempat kelahiranmu, yuk? Aku mau jeruk," kataku, suatu hari di depan teras rumah.

"Mau jeruk, di sini juga banyak," katanya.

"Tapi, kan, jadi aneh. Kalau di sana, Jeruk Pontianak, kalau sudah sampai sini, namanya tetap Jeruk Pontianak, padahal sudah sampai Jakarta." Kudengar dia tertawa.

Ditemani dengan segelas air teh hangat tanpa gula, ingatan ku kembali terputar. Sebenarnya tanpa ditemani teh-pun, memori itu memang selalu di sana, ditempatnya. Tersusun dengan rapi didalam arsip bersama teman-teman yang lain. Bersama kisah yang juga pernah terjadi bersamaan kala itu. Kulihat masih ada beberapa jam kedepan, untuk bercerita. Anggap saja ini adalah dongeng sebelum tidur yang terdengar seperti romantis dengan embel-embel picisan. Walau begitu, mari sama-sama saling menghargai. Dan inilah kisahku...

.

.

.

Jadilah manusia yang seutuhnya, dengan meninggalkan jejak komentar, atau mungkin vote. Aku tidak memaksa, terserah kalian. Salam sayangggggg mwhhhh:*

Hanya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang