Sixth : Suffer To Be Honest { Jaehyun Concentrate }

698 99 11
                                    

Akan ada beberapa Dirty Words mengenai pubertas.

———

Memutuskan pilihan untuk menjadi beda dari mayoritas kebanyakan memang bukan hal yang mudah, mengingat lingkungan juga tata krama yang berlaku masih saja seperti zaman dulu. Menganggap tabu apapun yang mereka lihat aneh.

Tapi, Jaehyun tak pernah memintanya, maaf. Jaehyun bahkan tak pernah menginginkan pandangan mengerikan orang lain ( bahkan keluarganya sendiri ) yang selalu saja seakan ingin menelannya bulat-bulat. Dengan alasan; merusak hakikat manusia.

Kalau disuruh memilih sih, Jaehyun lebih baik pergi saja dari semua norma tak tertulis ini. Mereka semua hanya bisa menghina, tanpa tau rasa sakit tersembunyi yang Jaehyun alami diam-diam saat ada nyinyiran yang menohok hatinya.

Terlebih jika keluarganya sendiri yang melakukannya—menghina orientasi cintanya yang tak lurus. Jaehyun merasa sudah menjadi benar-benar hilang jika keluarganya tak kunjung menerima hal tersebut. Mengatakan kalau Jaehyun adalah maniak seks yang terlalu terbawa pergaulan bebas.

Oh, tolong! Homoseksual tidak melulu berhubungan dengan seks. Bahkan, Jaehyun saja tak pernah melakukan seks, apalagi dengan laki-laki. Jaehyun memang tertarik pada kaum sejenisnya, tapi ia masih mampu berpikir waras untuk tidak melakukan hal-hal melampaui batas layaknya hal seperti itu.

Ia sudah terlalu banyak memiliki dosa, ia sadar.

Mengetahui bahwa ia berbeda mulai disadari Jaehyun saat ia beranjak SMA tingkat dua. Saat itu teman-teman sebayanya ( termasuk Mingyu ) sudah mulai mengalami apa yang orang lain bicarakan mengenai pubertas. Banyak sekali hal-hal yang mereka bicarakan.

Lebih lanjutnya, Jaehyun tak ingat. Karena yang dia ingat adalah, teman-temannya termasuk gerombolan siswa nekat yang berani nonton film tak bermoral dikelas saat jamkos.

Tapi, anehnya disaat mereka semua merasa terlena dan mulai berfantasi yang tidak-tidak, Jaehyun malah sebaliknya. Ia bahkan tak berniat sama sekali menontonnya atau bahkan mendengar suara-suara menggelikan itu. Kasarnya, Jaehyun tak merasa terangsang.

Disitulah dia mulai menyadari satu hal, kalau ternyata selama ini yang ia perhatikan dari orang lain bukanlah paras cantik atau mungkin tubuh seksi milik wanita-wanita. Tapi, justru kegemasannya pada laki-laki yang memiliki ukuran tubuh dibawah rata-rata. Jaehyun mulai menyadari kalau dia ini memang gay. Sungguh, bayangkan saja! Kau kelas dua SMA dan tinggal dilingkungan yang benar-benar ter-filter mengenai hal seperti ini, lalu dihadapkan kenyataan bahwa tanpa meminta dan tanpa menginginkannya kau menyadari kalau dirimu itu adalah seorang gay!

Hal yang dianggap orang lain menjijikkan. Hal yang dianggap orang lain tabu. Hal yang dianggap orang lain kutukan. Hal yang dianggap orang lain aneh. Hal yang dianggap orang lain penyakit menular. Hal yang sama sekali tak kau minta pada Tuhan.

Lalu, dengan perlahan semua dunia seakan selalu memusuhimu. Selalu mengatakan "Mati saja kau sana, gay terkutuk!" setiap detiknya padamu.

Jaehyun kalap. Dia masih remaja, tolong! Labil! Bagaimana mungkin seluruh dunia seakan ingin mengajaknya berperang padahal ia sendiri belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi gay, astaga?!

Tapi, akhirnya Jaehyun pasrah. Pasrah dimusuhi. Pasrah dicacimaki. Pasrah dibuang. Pasrah dibilang kutukan. Pasrah diolok sampah.

Yah, dia hanya bisa pasrah.

Lagipula, apa lagi yang bisa ia lakukan? Jawabannya nihil. Benar-benar tak ada hasilnya. Meskipun Jaehyun berjuang sedemikian rupa orang-orang yang berada dipihaknya tetap saja kalah jumlah, sedangkan yang kita cari disini adalah banyaknya kuantitas untuk menunjukkan dengan adil siapa pemenangnya.

Ibarat sebuah debat, tim pro terhadap masalah lgbt seperti ini akan dipastikan langsung kalah telak terhadap tim kontra. Kenapa? Karena belum mulai mendeklarasikan pendapat saja, tim kontra sudah lebih banyak mendapatkan dukungan. Lebih mayoritas. Dan, dimana-dimana sialnya tim mayoritas selalu menang. Hah! Dunia yang adil!

Dan, akhirnya..

Lagi-lagi orang seperti Jaehyun yang disalahkan. Padahal, mereka hanya orang-orang yang mau tak mau harus terjerat dalam lingkup minoritas tersebut. Tanpa adanya tawaran atau semacamnya, hey itu paksaan!

Maaf saja, jika disuruh memilih juga Jaehyun lebih ingin hidup normal. Disayang keluarga, punya banyak teman, berganti-ganti pacar dan hal lain sebagainya yang pastinya ia iri dari remaja sebayanya.

Tapi, apa daya?

Jaehyun hanya dipaksa untuk terjerat dalam lingkup minoritas ini. Ia tak pernah memintanya.

Tapi, jika ditanya apakah dia menyesal? Jawaban Jaehyun adalah tidak. Tentu saja tidak.

Tuhan mungkin memang tidak pernah menakdirkannya untuk menjadi seperti ini, Jaehyun juga tak menyalahkan Tuhan.

Tapi, ini semua hidupnya.

Tuhan baik membiarkan Jaehyun bebas. Yah, tidak juga sih. Mengingat pasti ganjaran besar yang diterima Jaehyun dineraka tidak sedikit.

Tapi, ini hidupnya. Selagi ia masih bisa bahagia menikmati hidupnya. Kenapa pula harus repot-repot mendengarkan orang lain?

———

Holaho~

Makin gak jelas ya :((

Hehehe, namanya juga amatiran ^^

Vomment, Guys ^^

Published : April, 11th 2018

We Are • GyuPink X JaeYeon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang