17 ○ Bahasa Indonesia :: Kerja Kelompok Pertama 1

600 123 16
                                    

sorry for typo

20/02/18


Dari pertama kali Mama membelikanku buku KKPK yang tenar dan membuatku mulai mengumpulkannya, aku mulai menyukai dunia membaca-tulis menulis-dan bahasa. Apalagi guru bahasaku saat SMP dulu mengajar dengan mengasyikkan. Tapi sejak masuk SMA, belajar bahasa benar-benar...

Pokoknya seperti tidak belajar. Setiap pertemuan hanya digunakan untuk mengerjakan latihan soal, guru duduk di singgasana dengan gawai ditangan sementara anak murid disuruh berpeluh-peluh mengerjakan soal dan belajar mandiri dengan buku yang dibuat dari comotan artikel blog di internet, penjelasan bertele-tele, dan membingungkan. Lalu jam pelajaran berlalu begitu saja tanpa ada interaksi guru dan murid sebagaimana yang mestinya terjadi. Bel tanda selesai pelajaran berbunyi, guru dapat gaji, murid tidak mengerti. Lalu ulangan terjadi, nilai kecil murid disalahkan lagi.

Itu sih pandanganku. Bagaimanapun beda sekolah beda cara mengajar, beda menerapkan kurikulum. Aku sampai bingung kurikulum yang sudah expired itu yang mana, kurikulum yang wajib diterapkan yang mana.

Oke. Jadi, keanehan mengenai pelajaran bahasa yang kurasakan sejak menjadi anak SMA bertambah pagi ini. Bu Linta dengan pakaian yang selalu ia kenakan setiap mengajar-pasmina biru yang melilit kepalanya asal, kemeja putih, dan rok biru dengan gesper hitam yang kadang keluar, menggantung serta mengayun-ayun-masuk ke dalam kelas agak telat, setelah sebelumnya Upik berkata bahwa sang guru tidak akan masuk karena mobilnya tidak terlihat di parkiran. Beliau membuat 'kerusuhan' singkat dengan ketua kelas karena tidak memanggilnya sebelum duduk dengan damai dan memulai kelas.

"Hari ini kita bahas tugasnya, ya. Bukunya dikumpulkan ke barisan paling depan. Lalu ketua kelas?"

Fian selaku ketua kelas mengangkat tangan.

"Tolong dituker bukunya antar baris."

Setengah jam membahas tugas-dimana murid sebenarnya yang membahas sementara Bu Linta hanya duduk diam mendengarkan dan menunjuk murid-Bu Linta mengumumkan tugas yang selanjutnya.

"Karena kita membahas teks prosedur, kalian perkelompok buat contoh teks prosedur makanan dan minuman. Ibu akan membagi dua jenis, yaitu makanan daerah dan makanan internasional," jelasnya. "Eh, ini sudah duduk perkelompok belum? Ayo, duduk perkelompok dulu."

Aku menoleh pada Alvin dan Kinza, tak usah repot-repot berpindah tempat karena kami sudah berkelompok bersama.

"Bener, kan, kata gue? Nanti kita disuruh bikin teks prosedur makanan dama minuman, habis itu bikin video dari teks itu dan hasilnya di bawa ke sekolah buat disajikan," ujar Kinza pelan. Dia memang sudah menjelaskan soal kata-katanya di grup tadi pagi, hasil mendengar curahan hati temannya dari kelas lain.

"Makan besar, dong?" Alvin menyahut.

"Tapi ribet anjir, nggak bohong."

"Kalau tugasnya dikasih sekarang, dikumpulinnya besok pagi, dong?" tanyaku.

Gila, sih. Pasalnya masing-masing mata pelajaran besok itu ada tugasnya-ekonomi, fisika, dan biologi.

"Makanya gue bilang di grup hari ini kerkom."

Sementara itu Bu Linta menjelaskan hal yang sama dengan apa yang sudah dijelaskan oleh Kinza di depan. Beddanya hanya lebih detail serta tambahan bagaimana situasi pembelajaran besok.

"...pokoknya besok sebelum pelajaran bahasa Indonesia, ibu mau semua meja sudah di susun perkelompok seperti meja makan-pakai taplak meja, ya, jangan lupa. Terus kita hidangkan makanan dari masing-masing kelompok. Jangan lupa mejanya dihias sedemikian mungkin, karena ada nilai tambahan. Nanti ada beberapa juri buat penilaian. Ingat, porsi yang di buat sesuai anggota kelompok ditambah satu porsi lagi untuk juri," jelas Bu Linta. "Oh! Sama jangan lupa buat daftar harga dari satu masakan kalian, ya."

K I N Z A ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang