COSMIC RAILWAY
Biancadeo
.
.
SEVEN
.
Itu adalah kalimat terakhir yang diucap Kyungsoo sebelum kemudian pria pucat itu dengan senyum merelakan dirinya dibawa oleh pesuruh ayahnya. Tidak ada kalimat balasan dari Kai, ia hanya membalas dengan senyum kicut bahkan sampai punggung Kyungsoo menghilang dari pandangan. Begitu pintu tertutup, tubuh Kai kembali merosot ke lantai, ia menangis keras, meringkuk diatas marmer yang dingin dengan kertas bercoret tulisan tangan Kyungsoo di dada. Ada begitu banyak hal yang ingin diungkap, namun Kai terlalu bodoh untuk mengucap.
Aku mencintaimu.
Aku mencintaimu.
Aku mencintaimu.
Aku mencintaimu.
Tapi aku terlalu takut.
---
Duduk diantara hangat suasana bukan menjadi apa yang diharapkan Kai, pria itu hanya tidak ingin sendiri. Hidup dalam sepi bukan lagi hal asing untuknya tentu saja, hanya setelah bertemu Kyungsoo, segalanya berubah. Kai takut sendirian, ia merasa kosong, hampa dan hambar.
Kini Kai telah berpindah tempat tinggal, mengganti nomor ponsel dan segala yang dapat terlacak. Ia bahkan tidak menyimpan nomer Kyungsoo, tidak tahu bagaimana cara menghubungi pria itu dan tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menunggu kabar darinya.
Ini tempat tinggal yang bagus, hangat dan damai. Menggunakan warna pucat sebagai dasar, beberapa lukisan mahal tertempel di dinding dan patung antik berjajar di sudut ruang. Kai menyukai bagaimana Kyungsoo selalu mampu merancang sesuatu sederhana menjadi indah dipandang mata. Sungguh, rumah ini tidak sebagus miliknya, apalagi milik Kyungsoo, namun Kai menyukai bagaimana hangat suasana yang dominan didalam, penuh dengan selera Kyungsoo, penuh dengan tipe Kyungsoo. Dalam diam sungging halus tercetak dari sudut bibir, ia membayangkan bagaimana Kyungsoo mencurahkan seluruh ide untuk setiap ruang dalam rumah, membuat setiap detailnya dengan rinci, meminimalisir kesalahan dengan memerintah setiap pekerja untuk hati-hati terhadap karyanya.
Kai teringat Kyungsoo, itu menyedihkan bila kali terakhir melihat rupa anak itu. Seperti kehilangan sebagian harap hidup, terasa kosong dan mati. Kai ingat ucap terakhir Kyungsoo bahwa pria itu mengatakan cinta dengan sepenuh hati, bahwa Kyungsoo memohon untuknya, bahwa Kyungsoo menangis untuknya. Seakan itu cukup membuktikan apa arti lebih dari cinta. Seharusnya itu cukup, seharusnya itu lunas, namun Kai terlalu egois untuk dirinya sendiri. Ia terlalu takut untuk jatuh, terlalu takut untuk tersakiti, terlalu takut untuk ditinggalkan.
Sudah dua hari berlalu sejak kali pertama datang kerumah ini bersama dengan suruhan Kyungsoo, mereka memberi alat pelacak, ponsel baru dengan kontak kosong dan meninggalkan beberapa orang setiap jam nya untuk berjaga diluar. Kai merasa ini berlebihan, ia berulang meminta untuk tidak melakukan penjagaan ketat namun selalu berakhir dengan tolakan halus. Pria-pria itu memperlakukan Kai dengan baik meskipun ia berulang kali hanya menuntut jawaban untuk pertanyaan, dimana Kyungsoo? apa yang akan terjadi dengan Kyungsoo? Apa aku bisa bertemu Kyungsoo? Mengapa kau tidak membiarkan aku menghubungi Kyungsoo? dan masih banyak Kyungsoo-Kyungsoo lainnya.
Selama dua hari Kai terus mengucap pinta pada tuhan, untuk keselamatan Kyungsoo, untuk kebahagiaan Kyungsoo, untuk kesehatan Kyungsoo, bahkan tidak ada ucapnya untuk diri sendiri. Terkadang ia merasa bodoh, merasa dungu dan tolol, berdoa untuk orang lain terus-menerus, namun apa daya ketika cinta telah menjadi penguasa hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
COSMIC RAILWAY (END)
FanficRomansa cinta ada diantara fiksi manusia dan fakta tuhan. Ini tentang Kai yang bertemu dengan fakta indahnya di Railway. Ini tentang Kyungsoo yang menemukan cerita fiksinya di Cosmic. Ini tentang dia, satu-satunya pinta pada Tuhan.