FIVE

1.2K 148 31
                                    

COSMIC RAILWAY

Biancadeo

.

.

FIVE

.

Untuk kali pertama Kyungsoo mencoba untuk memejamkan mata, melirik pria disamping yang masih menatap lurus kedepan. Kai kembali bergetar dengan keputusan Kyungsoo, namun begitu pria coklat itu dihadapkan dengan manik biru milik si pria pucat semua ketakutannya menguap. Kai meyakini dalam hati bahwa ia dan Kyungsoo akan baik-baik saja, karena memang seharusnya seperti itu. Selama bersama dengan Kyungsoo segalanya akan menjadi baik.

Maka mereka terjun kebawah, dengan kedua pergelangan terikat dan manik yang saling menjaga tatapan masing-masing.

---

Tidak pernah terlintas dalam pikiran Kai untuk tenggelam bersama Kyungsoo. Begitu tubuhnya mengenai permukaan riuh air, tenggelam bersama alurnya dengan pernafasan yang mulai kosong, ia mulai berangan lagi tentang topik kematian. Sesuatu yang selalu menjadi bayang dimasa lalu setiap kali banyak orang yang menaruh sentuh buas pada tubuh itu. Kematian bukan lagi sesuatu yang terlihat menyakitkan untuk Kai, ia selalu ingin mati saat belia dan bahkan sampai saat ini. Tidak ada penyesalan ketika ia mati, tidak ada air mata atau bahkan keluh kesah. Ia hanya akan hilang tanpa menyisakan jejak, menyedihkan memang, namun itu adanya. Ia hidup dengan sepi, tanpa kawan, tanpa seorang, mungkin akan terasa lebih dikehidupan kedua, mungkin tuhan bisa membuat tulisan lain tentang kisahnya pada kehidupan yang lain.

Pria itu mulai kehilangan nafas, tersendak untuk berusaha bertahan ketika tidak ada lagi rongga udara didalam paru-paru. Kai berusaha untuk tenang, mengikuti kemana arus air membawa tubuhnya yang mulai santai, manik itu memandang jauh keatas kegelapan air, memindai bias cahaya bulan yang bahkan masih jelas walau kusam air menjadi penghalang. Tanpa sadar ia tersenyum. Itu tulus dan terlihat sedih, mungkin tuhan menggariskan hidupnya hanya seperti ini, menjadi orang buangan, sampah masyarakat, candu bagi yang punya kebutuhan dan dilempar jauh ketika telah terpenuhi. Tidak ada yang berharga dalam hidup, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari seperti apa rasa kematian. Maka ia mulai menutup mata, mencoba merebah letih kala tuhan telah memberi banyak beban. Ia mulai mengucap pinta, agar dihargai pada kehidupan selanjutnya, mendapat lebih banyak cinta, hidup dalam kelembutan kasih dan sayang, bahagia bersama orang yang sempurna, dan yang terakhir adalah, agar kembali dipertemukan dengan si pria sombong Do Kyungsoo, mungkin sebagai teman dekat, seorang sahabat atau sepasang kekasih.

Ah, benar. Kyungsoo.

Seakan sadar akan sesuatu, Kai mulai perlahan menajamkan kelopak. Segera ia merasa pergerakan intens dari pergelangan, pria itu masih mencoba untuk sadar, menahan setiap hembus nafas yang tersisa dalam paru saat sebuah tangan mengenggam miliknya kuat. Ia ingat Kyungsoo ada bersamanya, jatuh dengan kedua tangan terikat. Apa yang terakhir diingat Kai adalah mata biru kelam Kyungsoo yang sama sekali tidak melepas tatap padanya. Samar namun pasti, irisnya menemukan Kyungsoo. Pria itu dengan segala usahanya mencoba meraih Kai, menggerakkan pergelangannya seakan menyadarkan bahwa mereka masih terikat. Dalam hitungan waktu Kai berhasil mendapat kembali kesadarannya dengan utuh, ia melihat Kyungsoo dari jarak terrdekat sekarang. Pria itu melingkarkan lengannya disekitar pinggang Kai, menekan kedua dada dan berusaha untuk menarik keduanya ke atas.

Kai sadar akan sesuatu, ia menginginkan pria ini. Kai ingin memilikinya untuk diri sendiri, menikmati hari yang panjang bersama, secangkir kopi panas dipagi hari dan berakhir dengan makan malam romantis saat petang mulai, berpengang tangan saling mengeratkan di tepi pantai atau sekedar membangun obrolan ringan sebelum tidur. Terlalu rakus untuk memiliki semuanya, namun kali ini ia tidak peduli. Sekali lagi ia mengucap pintanya untuk hidup lebih lama, meminta waktu tuhan untuk bisa terus memandangi wajah ini, mendapat sentuh lembut ini dan mendengar suara rendah milik orang ini. Maka dengan itu, Kai mulai ikut mempererat pegangan pada Kyungsoo, mengayunkan kaki sekuat mungkin untuk sampai keatas. Nafasnya mulai habis namun sekuat tenaga ia mencoba menahan, maniknya tidak lepas dari Kyungsoo, seakan pria itu adalah poros, titik dan pusat.

COSMIC RAILWAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang