4. UNTUK KEDUA KALINYA

1.1K 43 9
                                    

"dia..."

Jemari besar nya tanpa ragu menunjuk tepat kearahku. Yuli terkejut apalagi aku. Aku menganga tidak percaya dan bingung dengan situasi ini. Yuli mencoba memberi pernyataan meyakinkan dan dia keliatan sangat yakin. Aku langsung memutar tubuhku, pikiran ku kacau. Guru yang sedang mengajar di depan ku rasanya tidak terdengar sama sekali, yang terdengar hanya detak jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Pipiku panas. Aneh. Kenapa aku merasa sangat senang?

***

Pulang sekolah ini, yuli tidak pulang bersama ku karena ada eskul. Dia masih sempat tidak percaya bahwa Rafli ternyata menyukaiku. Aku meyakinkan dia bahwa aku tidak punya perasaan terhadap Rafli. Dia percaya yuli juga bilang lebih bagus kalau aku menyukainya juga.

Kenapa semuanya terlihat cerah hari ini, langit tersenyum dengan lebar. Seperti sisi lain hatiku yang senang, sisi lain sedang bingung dan kacau. Aku berdiri diatas bumi yang dipenuhi kasih sayang, aku tau maksud yuli. Apa aku begitu buruk karena tidak tertarik dengan namanya cinta. Aku tau bumi juga pasti ingin aku menemukan cintaku. Bumi senang kalau banyak manusia yang mencintai nya. Dan bumi akan lebih senang lagi jika ada laki laki yang mencintai ku dengan tulus.

Senja warnanya makin cantik saja, langit dengan awan cantik memanjakan mata. Kenapa rasanya aku ingin berteriak kepada semesta aku seperti mau bilang, semesta! Hari ini kenapa rasanya menyenangkan?!!

"kenapa belum pulang?"

Suara laki laki yang entah kenapa aku ingin mendengar nya sedari tadi. Aku menoleh melihat pria tinggi dengan rambut hitam yang sudah berantakan karena bermain basket. Keringat mengalir disetiap ujung wajahnya, dan angin menyejukan menghampiri membuat dia menutup mata dengan nyamannya. Wah, kenapa dia keliatan sangat tampan rasanya kemarin dia biasa biasa saja. Lihat saja matanya saat dijatuhi cahaya senja, makin indah saja.
Lamunanku buyar saat aku sadar dia terus memanggil namaku.

"be...belom nih" kataku gelagapan.

Kenapa jadi gelagapan gini sih. Rasanya aku ingin menghilang dari bumi sekarang juga, malu sekali rasanya.

"ayok pulang bareng" ajak nya lembut.
"kita?" tanya ku. Jujur saja aku masih bingung dengan situasi sekarang. Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan.

"yah siapa lagi, ibu lu nitip biar gua yang nganterin lu pulang" jelasnya.

Aku mengangguk setelah dia mengatakan itu, aku sangat bingung. Bingung harus mengatakan apa, aku merasa gugup. Ini pertama kali nya untukku. Merasakan perhatian dari orang lain selain orang tuaku. Apalagi dia laki laki. Apa sih Intan! Jangan pede dulu deh. Siapa tau dia cuma bercanda, yah mungkin dia cuma bercanda denganku. Dasar Intan, gampang sekali kamu percaya.

Perjalanan pulang yang sunyi berakhir. Dia melakukannya lagi, dia mengusap kepalaku lembut sambil tersenyum. Pokok nya aku tidak boleh terlena. Ini semua hanya perhatian biasa Intan!.

"cepet masuk, tidur yang nyenyak dan jangan lupa mimpiin gua yah"

Benar benar tidak bisa dipercaya, apa ini sungguh pria dingin yang aku temui waktu itu, pria yang memasang mata dengan tajam nya kearahku. Seperti ingin menerkam. Perlakuannya sekarang seperti nya memang bukan pria itu. Tatapan matanya sangat hangat, sampai aku tidak rela membuangnya. Aku benar benar penurut.

Buktinya aku langsung berlari masuk, mengunci pintu rapat rapat dan membiarkan diriku bernafas lega. Sungguh sesak rasanya menahan semua perlakuan yang dia berikan tadi. Keringat dingin menyelimuti tubuhku. Apa yang dicatat semesta hari ini, dia ingin menulis apa sebenarnya. Apa dia akan mulai menulis kisah cintaku. Kenapa baru sekarang? Salah. Harus nya aku tidak menyalahkan semesta.

R and I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang