17. BINGUNG.

284 10 1
                                    


"Jadi...."

"Ada apa kamu kesini ren" lanjut ku penuh gugup.

Berhadapan dengan manusia yang hampir memenuhi hatiku.

Tentu saja.

Sangat gugup rasanya, padahal ruangan ini ber-AC tapi aku masih merasakan keringat yang terus meluncur diseluruh tubuhku.

"Gua gak mau bertele-tele, gua mau tebus kesalahan gua"

"Lu mau kan date hari ini ama gua?"

"Date???!!!"

Rendi mengajak ku kencan, maksudnya...jadi..apa benar kali ini. Apa ini sungguh-sungguh hanya untuk permintaan maaf. Tidak ada hal lain?

"Gimana?"

"IYAH!?"

Ya ampun aku berteriak lagi, aku termakan lamunanku.

Dan apa yang barusan aku pikirkan, aku tidak boleh mengharapkan apa pun bukan.

"Lu suka jalan-jalan sama gua kan tan?"

"Gua mau tebus kesalahan gua dengan ngelakuin apa yang lu suka"

Bisa tidak yah kalo aku bilang suka nya kamu.

Apa sih intan! Fokus. Dia adalah laki-laki yang telah mengecewakan mu. Ayo jadi lebih berani.

"Maaf Ren...aku"

"Aku...masih kecewa"

"Akan lebih baik kalo kita gak usah ketemu dulu"

Yossh ini baru berani. Walaupun dengan tangan yang terus gemetar. Aku berhasil mengatakan nya.

"Kalo gitu aku per-"

Saat hendak pergi ke kamar sialnya kaki tersangkut.

Dan....

Aku jatuh.

Dan lebih sialnya lagi aku jatuh tepat diatas Rendi, tangan besar itu dengan kuatnya menangkap tubuh ku dengan sigap.

Mata kami bertemu terlalu dekat. Suasana akan makin canggung seperti dugaan ku.

Aku pun mencoba untuk bangun dari dekapannya, na'as nya aku malah terpeleset.

Mata kami berdua membesar.

Seakan semua waktu ikut diam melihat kejadian ini.

Bagaimana tidak...

Aku bisa merasakan dengan jelas bibir menyentuh pipi Rendi

Kami berdua pun dengan sigap bangun membenahi diri.

Dengan kecanggungan yang menyerang seisi ruangan.

Wajah ku jadi sangat panas karena malu.

Aku pun tidak pikir lama dan berlari menuju kamar ku, aku tidak peduli dengan Rendi yang akan bagaimana.

Pokoknya aku harus menjauh.

***

Rendi diam ditempatnya dan entah kenapa detak jantung nya terus berdebar tidak karuan. Dia meremas kemeja nya kencang mencoba untuk menghentikan guncangan yang datang.

Rendi pun akhirnya memutuskan untuk segera pergi dan menenangkan diri.

Saat membuka pintu disitulah sudah terlihat titik dimana perang dunia akan dimulai.

Rafli sudah ada didepan pintu dan siap membukanya. Tapi seorang laki-laki keluar dari sana.

Rendi.

R and I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang