13. BELUM BISA.

381 10 1
                                    

R and I

"habis ini kamu ada acara?"

Kamu? Apa aku tidak salah dengar?? Rendi mengubah cara bicaranya padaku.

"ka kamu???"

"ah itu heh aneh yah, lagian cara bicara lu baik banget. Kalo ngomong ama lu rasanya gua kasar banget gitu"

"o..ouh egh gakpapa kali,aku emang udah biasa kaya gini"

"tan kamu mau kan biar cara bicara ku ini jadi terbiasa didepan kamu"

Mataku membelalak, jantung ku seperti siap meledak. Aku memegang dadaku yang sudah sesak rasanya. Debaran kuat ini tidak bisa dikendalikan. Rendi mau mengubah cara bicara nya hanya untukku?.

Kenapa rasanya seperti memenangkan lotre saja, rasa senang yang tidak karuan ini menghantam hatiku.

"i..ituu yaudah itu terserah kamu"

Aku mengigit bibir bawahku saking senangnya, aku harus menyembunyikan senyum bahagia ku ini dari hadapan Rendi.

"jadi gimana? Kamu ada acara hari ini?"

Benar-benar memancarkan aura berbeda saat dia mengubah cara bicara nya. Dia jadi keliatan makin manis.

"oh itu,kayaknya sh gak ada"

"serius nih?, soalnya aku mau ngajak kamu pergi. Kamu mau kan?"

Siapa saja disini cepat cubit aku, aku pasti bermimpi. Mimpi indah yang membuat ku tidak ingin bangun dari tidurku.

"pe..pergi? ke...kemana??"

"rahasia!"

Bagaimana jantungku tidak copot coba kalau dia mengatakan itu dengan senyum manis nya. Mulut menganga yang tidak bisa kucegah, pipi merah merona seperti apel. Aku benar-benar tidak mengerti rasa yang baru-baru terjadi, rasa yang sulit kujelaskan ditulisan ini. Apa ini rasa nya...tidak mungkin kan, masa sih, ini hal baru yang sulit kumengerti.

Banyak perubahan pada hatiku sejak bertemu dengan Rafli dan juga Rendi. Mereka sering membuat ku merasakan hal yang sulit dimengerti.

Sore sepulang rapat hari ini sesuai janji aku akhirnya pergi bersama Rendi. Naik motor vespa kesayangannya membelah kota jakarta.

Hati polos ku sudah sering diberi guncangan, aku mengira itu bukan hal yang aneh. Tapi aku mulai menyadari bahwa itu bukan getaran yang diciptakan semua orang. Getaran itu muncul karena orang tertentu.

Aneh?. Tentu. Ini pertama kalinya bagiku, rasanya sangat risih ketika getaran itu mulai muncul. Dan rasa gugup mulai melanda, mulut seakan tak bisa diajak bicara.

Aku menulis semua yang aku bisa tulis di buku harian tentang hatiku. Dan hanya beberapa kalimat muncul, tak bisa menjelaskan apa yang terjadi pada diri sendiri.

Kami berhenti disebuah tempat makan pinggiran. Rendi melepas helm yang aku pakai, dia menjaga ku dengan sangat baik. Kami duduk disalah satu meja makan untuk dua orang.

"kita makan dulu, kamu pasti laper kan?!"

"tapi ren...gak usah repot-repot"

"kalo kamu yang bikin repot mah gakpapa"

Rendi memesankan makanan yang menu nya sama, nasi uduk ditambah ayam goreng dengan irisan lalap juga sambal yang melengkapi. Ditambah es teh yang menemani.

Entah kenapa rasanya ingin bersyukur karena sudah dipertemukan orang seperti Rendi.

Rendi makan dengan lahap, aku kenal dengan nya saat dia sedang patah hati. Melihat dia makan dengan senang seperti ini aku jadi lega.

R and I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang