8. KENAPA HARUS AKU?

644 31 6
                                    


Entah kenapa hal baik sering terjadi padaku akhir akhir ini. Setiap hari rasanya sangat menyenangkan. Tapi hari ini, pertanyaan ini membuat ku tidak bisa berpikir sama sekali.

"kapan kita jalannya?"

Maksudnya apa? Apa yang Rafli maksud itu... Kencan?!

"kapan? Maksudnya?" tanyaku

"pesan gue tadi lu gak baca apa?"

"baca sih, tapi masih gak ngerti maksudnya apa?"

"hmmm nanti aja deh bel masuk udah bunyi"

Dia langsung merubah ekspresi nya setenang mungkin. Dan aku masih kebingungan. Ponselku tiba tiba bergetar. Aku melihat pesan masuk dari Rendi.

"hari ini bisa temenin gue gak? Gak lama sih. Gue gak ada temen buat kesana, lu mau ikutkan?"

"hari ini aku bisa, sepulang sekolah aku tunggu gerbang ajah, oke?"

 

***

Bel tanda pulang sekolah berbunyi, aku segera merapikan barang-barang ku, dan pamit kepada yuli juga Rafli karena tidak bisa pulang bersama. Aku berlari keluar kelas menuju gerbang sekolah, aku keluar agak telat karena guru sejarah ku bercerita terlalu lama. Aku bisa melihat badan tingginya sedang bersandar di gerbang sekolah. Dia mengenakan sweater hitam yang sedikit kebesaran. Apa tidak panas saat musim kemarau dia malah menggunakan pakaian hangat. Mumpung dia belum melihat ku aku akan mengejutkannya. Aku menghitung mundur dari tiga. Sebelum angka satu Rendi berbalik kearahku dan membuat diriku terkejut.

"mau ngagetin gua lu yah"

"nggak kok, tadi aku mau mastiin beneran Rendi bukan"

"kok lama sih?"

"itu.. Guru sejarah menyita waktu pulang kami sebentar buat berdongeng."

Rendi tertawa mendengar pernyataan ku barusan, dia langsung mengusap kepala ku gemas. Dan perlakuannya berhasil membuat ku membatu. Kami pergi dengan berjalan kaki. Rendi bilang tempat nya tidak terlalu jauh. Katanya tempat ini juga sering dikunjungi ayahnya, sudah lama Rendi tidak mengunjungi nya dan dia butuh teman kesana agar perjalanan kesana tidak terlalu membosankan. Tidak jauh dari tempat kami berjalan Rendi menunjuk sebuah toko jam antik. Toko itu terlihat tua, cat bewarna merah maroon yang sudah agak pudar tertutup debu. Saat mendorong pintu suara bel cukup keras berbunyi, bel kerincing antik yang sering digunakan dirumah jaman dulu.

Seorang pria tua sedang mengelap salah satu arloji antik itu langsung menoleh kearah kami. Dia langsung memasang senyum cerah diwajahnya saat melihat Rendi.

"Ya ampun Rendi, kemana saja kamu nak. Sudah lama sekali sejak ayahmu terakhir kali datang kesini bersama mu" ucap pria itu. Dia melirik ku sekali, Rendi yang sadar akan hal itu langsung memperkenalkan ku.

"dia Intan pak, Intan kenalin ini pak william teman ayahku"

"halo~" ucap ku.

"wah Intan kamu cantik sekali, apa kamu kekasih nya Rendi?"

"bukan! Aku temannya Rendi"
Dengan secepat kilat aku menjawab pertanyaan nya. Pertanyaan itu cukup membuat jantung ku berdebar. Aku melirik kearah Rendi. Aku baru melihat sikap nya yang satu ini. Dia tidak menatap wajah ku, tatapannya lurus kebawah sambil tersenyum malu. Aku sungguh tidak menyangka laki-laki bisa melakukan hal seperti itu.

R and I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang