SALJU yang memenuhi jalan membuat Sehun dan Sooji tidak lagi menghabiskan waktu istirahat mereka di belakang Bonanza. Kini, mau tidak mau mereka harus menikmati segelas coklat panas dan kimbap di ruang pegawai ("huhuhu yang tidak bisa berduaan lagi." Itu suara Somi. Sooji harus menghadiahkan cubitan di pipi gadis itu agar dia diam). Sehun lebih suka duduk menyendiri, sibuk dengan makanannya dan sesekali akan bersuara ketika ada yang mengajaknya menjalin konversasi kecil—seringnya Sooji, sudah pasti, dan jika ada yang lain itu adalah Minseok atau Somi.
Malam ini, kursi-kursi di Bonanza hampir penuh. Suara tawa, obrolan santai, dan denting alat makan saling tumpang tindih. Suara itu baru menyurut begitu Youngjae mendendangkan lagu bernuansa Natal di atas panggung kecil yang dimiliki Bonanza. Semua mendengarkan dengan senyum tipis yang perlahan merambat pada wajah; ada banyak sekali kenangan yang menyembul ke permukaan hanya karena sebuah lagu dan kenangan malam Natal kebanyakan diisi dengan kebahagiaan yang menghangatkan.
Lalu, tiba-tiba lonceng di atas pintu berbunyi dan anak laki-laki berkemeja flannel hitam-putih masuk, "SEHUN!"
Adalah Jongin dan teriakannya yang berhasil menarik berpasang-pasang mata. Ia melambaikan tangannya penuh semangat dengan cengiran lebar yang menyentuh telinga pada Sehun yang memutar bola matanya; dalam kejengkelan ia bertanya-tanya mengapa Jongin selalu tahu cara untuk mencuri atensi orang-orang dengan mempermalukan dirinya sendiri.
"Aku selalu ingin makan di sini sejak tahu kau bekerja di sini," katanya saat Sehun datang ke mejanya dengan buku menu.
"Kau mau pesan apa?" Sehun benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekesalan dalam suaranya.
Jongin membolak-balikan lembaran pada buku menu, "apa saja yang mahal, dikit, dan tidak enak pun tidak masalah." Jawaban Jongin membuat Sehun ingin menendang bokong sahabatnya itu sampai ia terlempar ke luar.
"Seperti kau punya uang saja."
"Hehehe," Jongin terkekeh sebelum melanjutkan, "apa tidak ada diskon?"
"Tidak!"
"Oh, baiklah ...."
Pada akhirnya Jongin memesan tteok mandu-guk dan segelas teh hangat, yang diantarkan sepuluh menit kemudian. Ia sudah pasti akan bersikap menyebalkan jika saja yang mengantarkan pesanannya adalah Sehun dan bukan perempuan dengan mata tajam dan wajah tidak bersahabat. Jongin makan dengan kepala yang bergerak-gerak mengikuti alunan musik dan satu kali melambaikan tangan pada Sooji begitu menyadari bahwa gadis itu berada di balik meja kasir. Sup kue berasnya enak sekali, walau tidak seenak buatan ibunnya karena gratis.
...
10:30, Jungwoo mengabaikan dakumen-dokumen yang harus ia baca. Ia mengasingkan lembaran-lembaran kertas itu ke ujung meja dan memusatkan seluruh fokusnya pada ponselnya. Ia sedang berharap ada satu pesan masuk dari Sehun yang mengiyakan ajakannya untuk menghabiskan malam Natal bersama.
Natal akan tiba sebentar lagi. Ia ingin Sehun ada di rumah ini, menghangatkan malam musim dingin bersama dirinya, Juhyeon, dan Jihoon-ingin putranya meramaikan malam Natal seperti yang dulu-dulu. Dari segala hal yang ada di dunia, ia hanya menginginkan itu saja, tapi apa permintaannya terlalu muluk?
Sekali lagi untuk malam ini, Jungwoo menekan nomor Sehun, lalu menempelkan ponselnya pada telinga. Sekali lagi untuk malam ini, membiarkan nada "tuuut" panjang mengisi indra pendengarannya. Dan sekali lagi untuk malam ini, membiarkan Sehun tidak menjawab panggilannya.
"Ah, mungkin Sehun sudah tidur." Jungwoo mengembuskan napasnya keras. Memaksa sebentuk senyum untuk muncul di wajah senjanya.
Seperti yang dikatakan Juhyeon beberapa waktu lalu, bahwa hubungannya dengan Sehun seperti sebuah tali yang telah terputus; ketika mencoba untuk menyambungkannya kembali, kau tidak akan mendapatkan hasil yang sama. Tali itu akan menjadi lebih pendek dan siapapun dapat melihat bekas sambungannya. Namun, saat tali itu telah berhasil disambungkan kembali, siapapun akan mengakui bahwa tali itu kuat. Oleh karena itu, Jungwoo akan terus berusaha untuk menyambungkan tali yang terputus antara ia dan Sehun, untuk kemudian menunjukkan pada dunia bahwasannya ikatan ayah-anak mereka sangatlah kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
you don't have forever
Фанфикdiscontinued, sorry. [trigger warning: self harm and suicide thought] Sooji merupakan sosok nyata dari hangat dan cerewet, sedangkan Sehun adalah jelmaan kontinen bersalju yang banyak diam. Sooji mensyukuri hidup ketika Sehun tidak pernah menghentik...