SOOJI mengawali hari seninnya dengan satu sobekan kertas yang ditempelkan di lokernya. Itu bukan sesuatu yang bagus karena isinya adalah kata-kata kasar yang menyakiti hati: "쩝새끼" (shib-seh-ggi). Di tulis dengan tinta merah dan dibuat semengerikan mungkin; seolah-olah ditulis dengan darah. Ia sudah sering mendapatkan hal seperti ini, bahkan lebih buruk lagi, tapi tetap saja rasanya menyebalkan dan menyakitkan.
Ia menghela napas dan mencabut kertas itu dengan kasar untuk kemudian ia buang ke tong sampah. Namun, hampir saja ia terjatuh ke dalam tong sampah karena seseorang dengan sengaja mendorong punggungnya. Ia menggeram dibalik gigi sembari menoleh dan menemukan bahwa itu adalah tiga anak laki-laki yang tidak ia ketahui namanya.
"Mendapatkan surat cinta?" tanyanya mengejek. Lalu, pergi begitu saja dengan menyisakan tawa yang menggema di koridor; Sooji menatap mereka hingga hilang di belokan dengan matanya yang menjadi tajam karena diasah amarah. Lantas meniup poninya, sebelum pergi menuju kelas.
Hari ini berjalan dengan tidak terlalu baik. Hyeri tidak masuk karena sakit. Katanya, musim dingin kali ini membuat hidungnya tidak berhenti mimisan. Sedangkan Soojung, gadis itu sibuk membuat koridor membeku menonton aksinya mengejar Jongin yang ketahuan melakukan vandalisme di tembok belakang sekolah. Seperti biasa, lelaki itu tidak takut, ia justru berlari seraya berteriak dan terbahak di waktu yang sama, "ayo kejar aku! Tangkap aku kalau kau bisa! HAHAHA!"
Tidak ada satupun teman membuatnya menghabiskan jam istirahat dengan memakan bekalnya di dalam kelas. Itu hanya berlangsung sebentar karena Jinri menarik kotak bekalnya dan menjatuhkannya. Sooji tidak berbuat apa-apa, kecuali membersihkan makanannya yang berserakan di lantai. Membalas pun rasanya percuma karena Jinri akan membuatnya lebih menderita.
Sooji memasuki Bonanza dengan lesu. Ia berharap ada secangkir teh kamomil yang dapat membuat dirinya lebih rileks, akan tetapi yang ia temukan lebih dari itu dan itu benar-benar berhasil menaikan sudut bibirnya. Di sana, di dalam Bonanza telah ada Sehun yang sedang sibuk mengelap meja-meja.
Ia nyaris berlari untuk menghampiri Sehun yang menghindarinya. Katanya ia harus bertanggung jawab dengan pekerjaannya dan tidak ingin diganggu ketika sedang bekerja. Sooji menuruti untuk tidak merecoki Sehun dengan berbagai macam pertanyaan yang bercokol di kepalanya. Lagi pula, ia masih memiliki waktu lainnya untuk bertanya.
Sooji mendapatkan waktunya untuk bertanya di jam istirahat, di samping pintu belakang Bonanza. Seperti hari-hari sebelumnya, mereka akan duduk bersisian dengan spasi yang diisi dengan kantong makanan dan gelas-gelas plastik karton minuman hangat.
"Kau baik-baik saja?" Sooji memulai setelah melihat Sehun selesai menelan kunyahan roti isinya.
Sehun melirik Sooji; perempuan itu masih sama, masih penasaran dan peduli (atau (mungkin) sok peduli?) padanya, "seperti yang kau liihat."
Seperti yang kau lihat, katanya dan Sooji melihat perban membungkus pergelangan tangan Sehun, "aku melihat perban ada pada tanganmu, apa kau sungguh baik-baik saja? Maksudku hmm mungkin perasaanmu?"
"Aku baik-baik saja, jika itu dapat membuatmu diam."
Sooji tidak suka jawaban itu, tapi ia tidak dapat memaksa, "lalu kemana kau sela--"
"Aku sakit dan tidak memiliki pulsa untuk memberi kabar kepada siapapun," Sehun menjawab bahkan sbelum Sooji menyelesaikan pertanyaannya, "cepatlah habiskan makananmu. Kau juga harus bekerja," tambahnya.
Dan seperti itulah diam kembali berbicara di antara mereka.
...
Keesokannya Sehun datang ke sekolah dengan Jongin yang merangkulnya sembari bersedu sedan penuh kepura-puraan. Beberapa orang (yang didominasi oleh anak perempuan) menyapanya begitu ia melintasi koridor, menanyakan mengapa ia tidak terlihat selama beberapa hari—yang hanya dibalas dengan sikap tidak acuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
you don't have forever
Fanfictiondiscontinued, sorry. [trigger warning: self harm and suicide thought] Sooji merupakan sosok nyata dari hangat dan cerewet, sedangkan Sehun adalah jelmaan kontinen bersalju yang banyak diam. Sooji mensyukuri hidup ketika Sehun tidak pernah menghentik...