a/n : everything you feel is okay.
.xiii.
PONSEL Sooji kembali berdering tepat ketika ia baru saja meletakannya di atas nakas kecil di samping ranjangnya--setelah sebelumnya memutuskan sambungan telepon dari Chanyeol dengan satu ucapan selamat malam yang diiringi kuapan panjang. Ia mengernyitkan alis, menemukan bahwa nomor yang tertera di layarnya bukanlah nomor yang ia kenali. Namun, tetap mengangkatnya pada dering kelima.
"Halo?" alis Sooji semakin menukik dan bulu di tengkuknya meremang saat satu-satunya yang ia dapatkan hanyalah suara napas yang memburu. Ada satu nama yang muncul di kepalanya, tiba-tiba; Sooji harap itu bukanlah dia.
Ia mengulang, kali ini dengan banyak keraguan yang membuat suaranya terbata, "ha-halo?"'
"... tolong aku."
"Sehun?!" Sooji berjengit dan jantungnya langsung berdegup terlalu cepat. Ia mengenali lirihan dari seberang sana--suara itu milik seseorang yang namanya muncul di kepalanya tadi. Kemudian, kakinya secara otomat membawanya bergerak mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah. Ia menerka-nerka apa yang telah terjadi pada Sehun dan di saat yang bersamaan otaknya telah membentuk sketsa yang menyeramkan, "kau baik-baik saja?"
"Tolong aku, kumohon."
Balasan Sehun datang dengan cepat. Itu semakin membuat jantungnya bertalu kencang. Bunyinya sampai ke telinga. Sketsa di dalam kepala Sooji semakin jelas, seolah-olah itu nyata; ada Sehun dengan air mata yang menganak di kedua pipinya yang memerah karena emosi. Pada tangannya tergenggam pisau yang ujungnya mengilat, tajam sekali-kapan pun dapat digoreskan jika ia mau dan ketika itu terjadi darah akan menggenang di bawah kaki lelaki itu.
Sooji menarik napas, lantas mengembuskannya, "kau harus bernapas dengan benar, oke? Kau harus bernapas."
Sooji ingat saat ia mengikuti konseling untuk pertama kali, psikolognya memberitahu bahwa untuk penanganan sementara ketika kecemasan dan kepanikannya muncul, ia dapat melakukan relaksasi, seperti menarik napas panjang, tahan selama tujuh detik, dan lalu mengembuskannya. Sembari menarik napas, ia dapat menyugesti dalam diri dengan mengatakan "semakin lama, semakin tenang." Cara itu cukup ampuh untuk dirinya dan ia harap untuk Sehun juga.
Di ujung sana, Sehun menemukan bahwa bernapas adalah sesuatu yang begitu sulit untuk saat ini. Seluruh oksigen telah berubah menjadi bara api yang membakar paru-parunya, "tidak bisa. Ini sulit, sangat sakit." Tepat setelah mengatakan itu, Sehun duduk merosot di lantai, bersandar pada meja wastafel. Ia masih menggenggam cutter dan memainkan tuasnya dengan ibu jari; tarik, dorong, tarik, dorong.
"Tentu kau bisa. Kita bisa melakukannya bersama-sama," suara Sooji terdengar menjanjikan, menyenangkan, seperti jika kau mengikutiku semua akan baik-baik saja, dan Sehun ingin itu, "pertama, tarik napasmu dan tahan." Sehun mengikuti Sooji menarik napas, ada jeda tujuh sekon sebelum gadis berambut coklat di seberang sana mengatakan untuk mengembuskannya. Mereka melakukannya berulang-ulang hingga Sehun dapat bernapas dengan baik.
"Kau sudah merasa lebih baik?" Sehun tidak menjawab dan Sooji kembali melanjutkan, "Sehun-ah, everything you feel is okay. Itu hanya akan berlangsung sementara. Ketika monster di dalam kepalamu kembali berbicara, kau bisa mengusirnya dengan menarik napas, tidak perlu melukai diri lagi. Aku tahu itu sulit, tidak perlu buru-buru, pelan-pelan saja."
Sehun tidak menyahut, tapi Sooji tahu ia mendengarkannya. Kata-kata adalah kekuatan paling kuat yang dimiliki manusia. Kata-kata memiliki energi dan kemampuan yang dapat kita pilih bagaimana cara kita menggunakannya; untuk membangun atau menghancurkan, untuk menyembuhkan atau merusak, untuk menghibur atau menyakiti dan melukai. Namun, terkadang kata-kata saja tidak cukup, oleh karena itu Sooji tetap membiarkan sambungan mereka tidak terputus--bahkan ketika sambungan mereka hanya diisi dengan dengkuran halus yang saling bersahutan, Sooji membiarkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
you don't have forever
Fanfictiondiscontinued, sorry. [trigger warning: self harm and suicide thought] Sooji merupakan sosok nyata dari hangat dan cerewet, sedangkan Sehun adalah jelmaan kontinen bersalju yang banyak diam. Sooji mensyukuri hidup ketika Sehun tidak pernah menghentik...