ii

875 177 30
                                    

a/n: if today is a hard day, it's okay to say that out loud.

.ii.

GEROMBOLAN anak sekolah menengah pertama memasuki restoran cepat saji di mana Sehun bekerja paruh waktu. Ada delapan orang dan lima di antaranya mengenakan baju tim bisbol sekolah. Dua orang yang mengenakan baju bisbol bernomor empat dan sebelas berjalan menuju kasir, sedangkan sisanya mengambil tempat duduk di pojok restoran. Dua orang itu kini telah berdiri di depan Sehun dan tangan Sehun mengepal secara otomat di bawah meja karena satu di antaranya adalah orang yang tidak pernah ingin ia temui. Si nomor sebelas, yang Sehun tidak pernah ingin lihat.

"Empat burger keju, dua spicy chicken bites, dua big mac, delapan kentang goreng dan cola ukuran besar." Si nomor empat menyebutkan pesanan.

"Ada lagi?" Sehun berusaha membuat suaranya terdengar setenang mungkin.

"Itu saja."

Kemudian Sehun mengangguk sambil menekan-nekan layar di depannya. Ia menyebutkan nominal yang harus mereka bayar dan anak laki-laki yang tidak Sehun harapkan kehadirannya menyerahkan uangnya. Sehun menahan diri untuk tidak mendecih ataupun bersentuhan dengan tangan anak itu.

"Kak ...." tiba-tiba saja si nomor sebelas bersuara; Sehun tahu itu untuknya.
Ketimbang menjawab, Sehun justru meminta dua anak berbaju bisbol itu untuk bergeser ke kiri sembari menunggu pesanan mereka siap. Anak yang memanggilnya tadi sudah akan kembali berbicara jika saja seorang nenek dan cucunya tidak datang memesan yang menjadikan Sehun sibuk.

"Kau mengenalnya?" Sehun mendengar si nomor empat berbisik.

Si nomor sebelas menjawab dalam bisikan juga, "iya."

Lalu pesanan mereka datang dan mereka pergi menuju teman-teman mereka yang menunggu sambil bertukar kelakar dan menyebabkan keributan.

...

"Hai, semuaaa!" Sooji menyapa seluruh pegawai di kafe papanya sambil menyengir.

"Hai, Ji!"

"Ha-halo, Kak Sooji!" Sooji dan tiga pegawai lainnya terkekeh ketika Youngjae, pegawai paling muda di sana, menjawab dengan gugup yang menempel pada lidahnya.

Choi Youngje, namanya. Ia lebih muda dua tahun dari Sooji dan telah menjadi rahasia umum  jika anak laki-laki itu adalah penggemar nomor satu Sooji. Youngjae memiliki suara yang bagus dan ia bekerja di sini demi membantu orang tuanya membayar kursus vokalnya. Ia bermimpi untuk menjadi seorang penyanyi dan di musim semi tahun depan ia berencana untuk mengikuti audisi di sebuah agensi; Sooji berjanji untuk menjadi penggemar fanatik Youngje jika ia debut nanti.

Sooji menaruh tasnya ke dalam loker, kemudian pergi ke toilet untuk mengganti seragam sekolahnya dengan seragam pegawai; itu adalah kaos polo merah marun, rok putih, dan celemek yang pinggirnya dihiasi renda. Jika sedang tidak banyak tugas, Sooji akan selalu membantu di kafe papanya sehabis pulang sekolah.

Bonanza adalah nama yang papa Sooji berikan kepada kafenya. Dinding luarnya berwarna merah muda dan dihiasi dengan dua jendela besar yang mengapit pintu kaca dengan kosennya yang dicat biru muda. Sedangkan bagian dalamnya di dominasi oleh warna biru muda dan coklat. Lalu, meja-meja dan kursi-kursi yang terbuat dari kayu di susun menghadap sebuah panggung kecil di sudut ruangan yang di atasnya terdapat standing mic, dan beberapa alat musik, seperti gitar, keyboard, dan drum.

Panggung itu biasanya dipakai oleh appa Sooji jika sedang berkumpul dengan teman-teman sekolahnya. Sekali waktu, appa-nya pernah bercerita, ketika duduk di SMA dulu, ia dan teman-temannya itu membuat band dan sering mengikuti lomba di festival musik musim panas. Atau terkadang, panggung itu akan diisi oleh Youngjae yang tentu saja dipaksa (jika tidak ingin dikatakan diseret) oleh Sooji untuk menyanyikan satu atau dua lagu; Sooji selalu menjadi orang pertama yang bertepuk tangan paling riuh, serta membuat malu merambat di pipi Youngjae.

you don't have foreverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang