2-3

60K 2K 14
                                    

Autor Pov.

"APA? KALIAN AKAN MENIKAH?." Teriak Zalia usai mendengar kisah dari mulut Tessa. Tessa tidak menyangka jika reaksi Zalia akan se lebay itu.

"Zalia!." Peringat Tessa, ia menatap minta maaf pada beberapa pelanggan yang sedang melihat-lihat bunga toko mereka.

Zalia membungkam mulutnya dengan telapak tanganya, ia lupa saking donensif nya.

"Jadi?."

Sebelum menjawab, Tessa melayani dua orang pelanggan yang akhirnya membeli bunga mereka lalu ketika tiada lagi pelanggan Tessa menatap Zalia datar.

"Jadi Tessa apa?." Desak Zalia.

"Jadi ya kami akan menikah." Cetus Tessa.

"APA! KALIAN AKAN MENIKAH?." Teriak Zalia lagi dan lagi. Tessa bingung dengan sahabatnya itu, apa sahabatnya itu gila? berteriak dua kali dengan kata-kata yang sama.

"Sekali lagi kamu berteriak, aku akan memasukan sesuatu ke dalam mulutmu." Ancam Tessa, Zalia terkekeh.

"Menikah ya? ugghh, kenapa jadi mendadak gini sih? atau kamu.......Tessa! astaga!...Kamu HAMIL?." Cetus Zalia tanpa di pikir, di saring terlebih dahulu.

Tanpa mereka ketahui ada yang menguping pembicaraan mereka. Orang itu, Julient. Sudah lama ia berdiri di dekat pintu, bersembunyi dan tidak ada yang menyadarinya, ia mendengar semuanya dan hatinya menciut ketika mendengar Tessa akan menikah dan tambah menciut lagi ketika Zalia menduga Tessa hamil. Pria itu geram, ia tidak jadi menemui Tessa dan Zalia, dengan hati yang di buncah amarah Julient melangkah pergi tanpa mendengarkan kelanjutan percakapan kedua wanita itu.

"Tidak Zalia, tidak!. Ya Tuhan mulut dan pikiranmu kotor sekali." Gerutu Tessa, ia kesal minta ampun. Zalia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Terus kenapa?."

"Ya karena kami ingin." Cetus Tessa masih kesal.

"Tapi gak karena kamu hamil kan?." Tuding Zalia, Tessa melotot.

"Dominic pria yang sangat berhati-hati ketika menyentuhku lebih, Zalia." Tutur Tessa. Zalia terkekeh lagi.

"Maaf emmm ya sudah! semoga benar ia akan menikahimu." Ucap Zalia. Tessa yang awalnya kesal, tersenyum bahagia. Ia memeluk Zalia sayang.

"Thanks Za, aku bahagia sekali." Tutur Tessa. Zalia memeluk sahabatnya itu turut berbahagia juga.

"Aku juga bahagia Tess, akhirnya segala pengorbanan mu membuahkan hasil yang manis bahkan teramat manis."

Tessa mengangguk tersenyum lebih bahagia lagi, Zalia benar dan Tessa tidak dapat membendung kebahagian itu hingga rasanya penuh dan yeah.... Wonderful.

..............................................................................

Sementara di lain tempat, tepatnya di Apartement Julient, pria itu tengah merenung sambil sesekali mengumpat menyialkan nama Dominic. Rasanya ia ingin menghancurkan pria itu dan imbasnya terjadi pada barang-barang di sekitarnya yeah seakan itu Dominic lalu ia menghancurkanya. Julient mendengus menatap ruang tamu nya yang seperti kapal pecah, ia merasa bukan seperti dirinya dan ini semua karena Dominic! astaga ia menyalahkan Dominic. Ia mengedarkan pandanganya kebeberapa barang-barang keramik dan kaca yang pecah, bukan di sini jika ia ingin menumpahkan kekesalanya. Julient menyandarkan kepala di kepala sofa, memijat-mijat keningnya yang berkedut, ingatan Tessa hamil menghantuinya dan ia tidak terima itu! saking tak terimanya ia ingin menghancurkan Dominic.

Julient mendesah, ia merogoh ponselnya menelpon tukang bersih rumah setelah menelpon ia bersiap ke club tinju, club tinju adalah tempat yang tepat, ia bisa menumpahkan kekesalanya di sana.

LOVE BETWEEN US (PLAY STORE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang