Malam telah larut hingga dini hari. Namun, Naya sepertinya masih siaga di depan meja belajarnya. Tangannya begitu bersemangat menggoreskan pena diatas buku cantik berwarna biru muda. Sesekali senyum mengukir bibir ranumnya dan kadang rona merah jambu pun hadir di pipinya.
Assalamu'alaikum Diary...
Dah lama nggak curhat nih, jadi kangen berat ma kamu.
Hmm... mau cerita apa, yach?
Ehm.. diary, luar biasa gak, kalo' ada seorang ikhwan yang di usianya yang masih 17, udah hidup mandiri tanpa orang tua 'n jadi marbot mesjid lagi?
Jangan bayangin wajah kerennya yang mirip Pierce Brosnan, atau Vic Zhou, ato' pun Nicolas Saputra yang bikin Naya tuh kagum ma dia. Bahkan, Amdhan, sang coverboy Smanlie aja masih jauh di atas dia.
Naya bukannya gak naggep, soal Hendy yang katanya masih akan nunggu jawaban Naya sampai kapan pun, ato' Erick dan Amdhan yang kabarnya ngincer Naya, ato' juga tentang Aziz n Zaid, yang suka di ledekin sama Naya. (Duh, akhwat2 tuh kok masih suka jodoh-jodohin orang sih? Apa gak nyadar kalo' dampaknya tuh sangat besar bagi hati? Iyalah Naya bisa cuek coz Naya mang gak punya rasa apa-apa. Nah, si ikhwannya gimana??)
Back to topic,
Udahan ah, Ry. Dari tadi ikhwan aja yang nongol (Ups, ini pertama kalinya Naya nulisin nama ikhwan di diary, kan?) Naya juga udah capek seharian kegiatan tahunan kali neh. Mau bobo' aahh...
Bye..
***
Malam-malam berikutnya, Naya jadi semakin hobby nulis diary, makin rajin aja ngelaporin smua yang terjadi ke diary birunya.
Assalamu'alaikum, diary ku sayang....
Tau gak, jam berapa sekarang, Ry? Jam 2 malam, atuh. Hmm... Naya lagi mikirin sesuatu nih. Coba tebak, Naya mikirin apa coba? PR pak Adji? Salah, atuh! Ehm... Naya lagi mikirin tentang sebuah perasaan aneh yang diem-diem hadir di pojok jiwa. Rasa itu gak bisa Naya definisiin. Abis, rasanya nano-nano sih.
Wah... Naya jadi malu nih. Hmm..., gimana kalo' Teh Azizah tau? Kata teh Zizah, cinta itu adalah Fitrah. Di sebuah buku yang Naya baca, ghazirah an Na'u ini lah perwujudannnya berupa cinta. Remaja malah sering banget berasumsi kalo' cinta itu mesti diekspresikan dalam aktifitas yang disebut pacaran. Itu kan gak bener, yah? Edan banget penganut aliran Sigmund Freud, seorang psikolog turunan Yahudi asal jerman yang bilang kalo libido Seksual manusia tuh mesti di salurin, kalo' gak yang bersangkutan bisa mati. Emang iya ya?? Hmmm... emang cinta sama dengan sex?
Ah, gak. Kalo menurut Naya, cinta itu mah, gak sama dengan sex. Kalo' iya, lalu, bagaimana dengan cinta ayah pada anaknya, guru kepada muridnya, dan Rasulullah pada Umatnya? Ah, tauk deh. Naya jadi pusing mikirinnya.
***
Naya semakin hari semakin sering ikut diskusi kepenulisan ataupun hanya sekedar memeriksakan hasil karyanya ke kelas Faiz. Dan Faiz pun membagi ilmu yang dimilikinya ke Naya.
Selama itu pula Faiz hanya bersikap biasa-biasa aja. Apalagi, Naya juga gak berdua-duaan dengannya. Dia selalu mengajak Tiara kalo' ingin menemui Faiz. Seperti sore ini,
"Assalamu'alaikum, akhi. Lagi sibuk nih?" Sapa Naya ketika sudah nyampe dikelasnya Faiz, kelas 2.3. Faiz yang sedang membaca, menghentikan bacaan.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, ah gak kok. Cuma lagi baca aja."
"Jadi, Naya gak ganggu kan?"
"Insya Allah tidak"
"Hmm... tentang artikel yang kemaren tuh, ini nih, bisa di koreksi lagi gak?"
"Oh, yang temanya 'Indahnya Menjadi Pendengar yang Baik' itu?"
"He em"
"Oh ya, insya Allah."
"Syukran ya akh"
"'Afwan"
Kejadian itu tak terjadi sekali dua kali, tapi sering kali. Hampir tiap hari Naya mengunjungi kelasnya Faiz. Macam-macam aja topiknya. Mulai dari bedah karya, buku-buku terbaru, atau apa saja, yang kadang tak terlalu penting. Mereka semakin sering berinteraksi. Bahkan, Naya yang aktif di OSIS mulai mau ninggalin rapat hanya untuk mengikuti diskusi kepenulisan Kirana. Atau, bela-belain nulis karya meskipun sedang ikut acara keputrian ITHRI.
***
Malam bertemankan siulan jangkrik. Waktu maghrib baru saja berlalu. Faiz tengah tercenung dalam kamarnya sendirian. Membuat PR Fisika dia malas-malasan, atau mempersiapkan Ulangan Umum semester 2 yang tinggal 2 bulan lagi pun dia ogah-ogahan. Dia sedang memikirkan sesuatu yang tiba-tiba aja udah ngerayap di pojok jiwa.
Aneh. Kok aku ngerasa lain dengan sikap-sikap Naya, akhwat cantik, public figure, yang punya jam terbang tinggi itu? Dia kok ya, sering kali ke kelasku hanya untuk minta dikoreksiin tulisannya? Tulisannya cukup bagus sih. Kalo' diasah, pasti dia bisa jadi penulis berbakat. Udah gitu, dia juga paling rajin ikut diskusi kepenulisan KIRANA. Paling aktif lagi ngasih komentar. Tapi, emang dasarnya dia tuh orator ulung sih.
Tapi,... aku mikirnya...jangan-jangan dia tuh... Ah, ngaur deh! Gak mungkin dia punya perasaan lain ke aku. Apalah aku ini. Aku hanya orang biasa. Wajah pas-pasan. Aku bukan orang kaya. Aku juga bukan ikhwan yang gemanya tersohor di SMANLIE. Aku juga hanya seorang marbot mesjid. Aku juga bukan orang yang tenar seperti ikhwan-ikhwan lainnya. Kenapa bisa pula aku berpikiran seperti itu? Dia kan juga bersikap begitu sama ikhwan-ikhwan yang lain?
Gak mungkin! Gak mungkin seorang akhwat bernama Naya itu 'punya perasaan' lain kepadaku. Gak maching, lagi!? Dia tuh cantik iya, anak orang kaya iya, aktif iya, dikenal smua orang juga iya. Dan, kabar-kabarnya, banyak cowok-cowok yang suka padanya, sampai-sampai, si ikhwan-ikhwan juga menceritakannya. Kalau dia mau, dia bisa saja memilih salah satu diantara mereka yang terbaik. Tapi, akhwat mana mau pacaran, ya?
Tapi,... kok aku ngerasa lain ke dia? kok aku merasa sangat senang kalo' dia datang ke kelas? Kok aku ngerasa senang kalo' dia tuh ngasih pendapat dalam diskusi. Pokoknya aku sukaaa... aja kalo' aku berada didekatnya (punguk ngerinduin bulan, kali yah?)
Aah.. susah sekali ternyata jaga hati. Atau,... mungkin karena akhir-akhir ini aku sering lalai ibadahnya, hingga aku gampang dirasuki virus. Hingga aku begitu mudah mikirin akhwat. Mungkin, aku terlalu 'cair' dengan akhwat-akhwat itu dan tak menjaga batas pergaulan hingga aku bisa terseret pikiran seperti itu.
Ahh.., aku harus lebih ketat lagi ngejaga hati. HARUS!! Gak ada toleransi untuk hal yang sangat sensitif seperti ini. Ahh... Allah, ampuni hamba-Mu yang lalai ini...
"Dorrr!!"
"Astaghfirullah! Aduh, kang Hafidz, ngagetin aja!!" Faiz terlonjak kaget.
"Kamu sih, dari tadi aku ngucepin salam, gak dijawab-jawab. Ayuh, lagi mikirin apa,hem? Mikirin akhwat yah?"
"Aih, kang Hafidz nih ada-ada aja" Faiz menjawab kalem. Padahal, iya sih, aku lagi mikirin akhwat.
"Makanya, jangan suka ngelamun dunk."
"He...he..." Faiz malah nyengir.
"Betewe, gak siap-siap nih, akhi?"
"Kemana, Kang?"
"Ya ampuu..n, kamu ini mikirin apa aja dari tapi sampe lupa hal se-urgent ini. Kita kan halaqah malam ini"
"Astaghfirullah. Iya ya??"
"Adaw...!!! Sadar, Iz. Insyap!! Cepetan siap-siap, gih!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Gadis Buruk Rupa
SpiritualNaya, mahasiswi muslimah berjilbab lebar yang terkenal sebagai aktivis BEM dan orator ulung tiba-tiba mengalami pendarahan, kejang dan membiru serta kehilangan kesadaran ketika perjalanan menuju luar kota bersama pengurus BEM lainnya. Semua orang pa...