Locus #29

1.2K 102 4
                                    

Naya memencet beberapa nomor. Lalu mendekatkan ponsel modern itu ketelinganya.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, Uni Rahma."

"Masya Allah, Naya, gimana kabarnya dek?" Terdengar suara bernada bahagia di seberang. "Kami dah kangen banget nih"

"Alhamdulillah uni. Naya juga kangee...n banget sama akhwat semua. Mana yang laen uni?"

"He...he... tadi malam kami masak buat acara Lamda I ampe jam dua, jadi pada ketiduran lagi sehabis subuh niy." Yang dimaksud Lamda itu adalah latihan manajemen dakwah, bagi yang udah lulus SII (studi islam intensif) di masing-masing fakultas. Dan, biasanya untuk konsumsi kegiatan ini bersama-sama memasaknya di wisma.

"Waduh,... ternyata ga pada berubah juga ya? Gimana kabar wisma sepeninggal Naya, Uni? Pasti sepi tanpa Naya. Hayoo,... uni harus jawab dengan jujur."

"Hehe..., oya, dah lama banget nih tak berhubungan dengan Naya. Emang diapain aja sih di situ? Udah baikan?"

"Alhamdulillah. Udah agak baikan. Udah bisa nelpon, udah boleh jalan-jalan. Subhanallah, di sini tuh pemandangannya cantik banget uni! Pokoknya, ada banyak hal yang mesti Naya ceritain"

"Waduh, jadi ga sabaran nih denger cerita Naya. Masak udah berbulan-bulan ga ada kontak. Kapan pulang ke Syakuro, De'?"

"Hmm,... insya Allah dalam waktu dekat, Uni. Oya uni, gini loh, boleh Naya minta tolong?"

"Buat Naya apa sih yang gak? He...he..."

"Cie ileee.... Gini Uni, ingat tidak sama Bapak yang waktu itu uni titipin baju ama buku-buku waktu pertama kali ke PRCWH? Bapak itu insya Allah mau nyebrang, jadi, kalau bisa Uni titipin satu lusin jilbab kaos, bergo, ukuran L aja, kalo' bisa warna putih lebih banyak. Trus, tuntunan Shalat lengkap, Fiqh wanita, Tuntunan Baca Al-Qur'an, trus, buku-buku lain yang Uni rasa bisa dikosumsi banyak orang, terutama yang mau belajar Islam. Tapi, yang paling penting tuh 3 buku di atas. Pake duit uni dulu ya, ntar Naya bayar. Sip?"

"Masya Allah, untuk apa dek?"

"Ada dee...h"

"Insya Allah ya. Tapi, jangan lupa kasih tau kapan Uni harus ngasih ke bapak itu. Uni dah rada-rada lupa juga sih wajahnya seperti apa."

"Sip Uni. Udahan dulu ya Uni. Titip salam kangen untuk smua anak-anak sewisma. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Handphone itu kembali ditaruhnya di atas meja. Seiring dengan masuknya Rhian ke dalam ruangan itu lalu mengambil posisi seperti biasa di bibir tempat tidur Naya.

"Hey, segar sekali. Enak ya jalan-jalannya?" Naya hanya menaggapinya dengan senyum.

"Selamat ya Rhian. Penelitianmu berhasil."

"Semua berkat kamu Naya. Seharusnya saya yang berterima kasih karena,... kamu telah mau menjadi manusia percobaan saya, he...he...he...." Naya hampir saja melempar bantal ke arah Rhian, namun, diurungkannya.

"Kamu seharusnya marah." Ujar Rhian menggoda. Gadis itu menjadi sangat risih. Sungguh, ada alert di hatinya yang mengingatkannya untuk berhati-hati dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Apalagi Rhian adalah seorang non muslim. Seorang atheis. Enam bulan bersama bukan waktu yang singkat untuk memungkinkan bertumbuhnya rasa-rasa itu. Apalagi Rhian sangat perhatian padanya. Di sisi lain, okelah Nayanya tidak merasa apa-apa karena gadis itu memang agak sulit untuk merasa simapati kepada orang lain, mungkin saja di pihak Rhiannya. Gadis itu hanya berusaha untuk menjaga itu.

Penantian Gadis Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang