Locus #12

1.4K 85 6
                                    

"Lin, nanti sore ada acara gak?" Naya menghampiri teman seangkatannya itu sepulang kuliah. Sama-sama di kelas ganjil pula.

"Mau kajian halaqoh mingguan sih. Kenapa Naya?"

"Oh. Jam berapa?"

"Jam tiga, insya Allah."

"Mau gak nemenin Naya bentaa...r aja?"

"Ke mana?"

"Mardhotillah." Tempat yang di maksud Naya adalah toko buku dan berbagai aksesori islami lainnya yang berlokasi di Jati. Tinggal naik bus kota Pasar Raya-Kamp. Unand via Andalas, lalu turun di dekat mesjid Istiqomah. Llau, jalan sedikit ke arah Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) M.Jamil, sampai deh.

"Hmm.... gak pa-pa deh. Lina juga mau beli jilbab."

"Sip. Kita berangkat yuk."

"Yuk." Bersama mereka menuruni tangga gedung C. Gedung C adalah salah satu gedung kuliah bersama di kampus Unand Limau Manih yang kebanyakan diisi mahasiswa MIPA dan Teknik. Lalu mereka berjalan beriringan menuju persimpangan jalan menuju gedung C dengan jalan menuju Fakultas Teknik. Di perjalanan Naya dan Lina menjumpai sekelompok mahasiswi yang juga menuju arah yang sama.

"Hey, Vi! Assalamu'alaikum. Baa kaba? Sehat?"

"Eh, Lina! Wa'alaikumussalam warahmatullah. Alhamdulillah, sehat. Lah lamo indak basuo yo?" (Sudah lama ga ketemu ya) Rupanya salah satu dari segerombolan mahasiswi itu adalah teman SMA Lina yang juga udah berhijab rapi. Lina menyalaminya hangat dan berpelukan sambil cipika cipiki. Namun, Lina hanya menyalami temannya yang dipanggilnya Vi tadi, tidak teman-temannya yang lain. Naya menangkap nada "kecemburuan sosial" dari teman-teman Vi yang lain itu.

Melihat fenomena itu, Naya tercenung. Ternyata ekslusifme di kalangan ADK itu masih sangat berasa. Masya Allah,.... sering kali kita merasa sudah baik dan hanya mau dekat dengan teman-teman se'ordo' saja. Yang lain tidak. Sungguh banyak yang terbawa rasa seperti ini. Padahal, belum tentu kita lebih baik. Apalagi menjadikan tampilan luar sebagai standardisasi paling utama. Gak! Belum tentu. Kenapa harus ada pemisahan-pemisahan seperti ini? Kenapa?

"Assalamu'alaikum. Aku Naya." Sejurus kemudian, gadis itu mengambil sikap dan menyalami teman-teman Vi lainnya dengan hangat.

"Wa'alaikumsalam. Aku Shinta." Ujar si kucir dua.

"Aku Bunga." Naya menjabat tangan yang lain. "Aku Naya."

"Aku Citra." Si kalem dengan jilbab krem kali ini yang menjabat. "Aku Naya."

"Naya." Naya mengulurkan tangannya kepada teman Lina yang dipanggilnya Vi tadi. Kebetulan mereka berdua berjalan agak ke belakang. "Eeh,.... Vivi."

"Hampir lupa ngenalin. 'Afwan ya." Lina berkata kalem kemudian. Lalu, mengikuti langkah Naya menyalami satu persatu teman-teman Vivi lainnya.

"Jurusan apa nih?" Tanya Naya kepada ketiga teman Vivi lainnya. Sementara Lina sudah asyik mengobrol hangat dengan Vivi.

"Kami Teknik Industri."

"Wah, hebat dong."

"Ah, gak juga." Citra si kalem yang menjawab.

"Naya jurusan apa?" Tanya salah seorang dari mereka.

"Kimia."

"Wah, bisa bikin bom ya?"

"He...he...." Nyengir khas Naya. "Bolehlah. Gimana kalo' Naya bikin bomnya, trus, temen-temen yang mengolahnya secara industri?"

Penantian Gadis Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang