Locus #15

1.3K 81 0
                                    

Jagalah Allah ,maka niscaya Ia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau mendapati-Nya bersamamu; jika engkau minta tolong, minta tolonglah kepada Allah.... ( H.R Tirmidzi ). Karena dengan tetap bersama Allah, kita dapat bertanya kepada hati kita saat mulai melangkah menjauh dari jalanNya. Dengan bersama Allah, maka Dia akan menjaga kita apakah lewat saudara-saudara di sekitar kita yang tetap mengingatkan kita. Sebab, hak saudara terhadap saudara lainnya yaitu nasehat menasehati karena Allah. Dalam sebuah hadits, dikatakan bahwa Allah berfirman: "Jika Aku telah mencintai hamba-Ku, maka Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya, menjadi tangan yang ia memukul dengannya, sebagi kaki yang ia berjalan dengannya..." (HR. Bukhari)

Kasus itu, sebenarnya hanya sekelumit saja. Hanya sampel diantara begitu banyak akktivis da'wah lainnya yang masih memegang teguh kemurnian da'wah dan hakikat hijab yang sesungguhnya. Namun, sering kali, yang sedikit itu meninggalkan noda yang begitu besar terhadap da'wah.

Perasaan cendrung, adalah fithrah, dan merupakan sesuatu yang absurd untuk dimatikan, dibunuh, dan dienyahkan. Jika di Unand ini ada dua ribuan ADK, maka pasti ada dua ribuan pula kisah 'cinta yang fithrah' itu. Namun, kondisi yang telah mengalami dilatasi itu sedikit banyaknya telah menciptakan moreng di wajah da'wah. Apalagi kasus itu telah begitu menjamur, dan...na'udzubillah, mulai dianggap sebagai hal yang biasa. Dan, pelakunya sendiri adalah orang-orang yang dengan pemahaman yang bagus dan tertarbiyah dengan baik. Kondisi miris, yang hanya sekelumit itu, tanpa disadari akan mengotori hampir keseluruhan 'bangunan suci' bernama da'wah yang dari dahulu berusaha kita dan para pendahulu kita rintis bersama dengan keringat, air mata, bahkan darah.

Dan, satu hal lagi yang terkadang jarang disadari, bukankah khudwah adalah da'wah yang utama? Dan, bukankah, orang menilai dengan 'menggeneralisasi' bahwa aktivis da'wah itu secara awam dinilai sebagai 'orang yang faham, yang tak mungkin akan melakukan hal-hal yang dilarang agama (walau, mustahil juga ADK tidak berbuat dosa). Lalu, ketika ada sekelumit oknum saja, yang berbuat kesalahan yang dilihat oleh banyak orang, --seperti kisah ikhwan dan akhwat tersebut--, maka orang akan menggeneralisasi bahwa semua ikhwan akhwat sama saja perangainya. Sedangkan aktivis da'wah aja begitu!? Masak sih kita ga boleh juga?! Bukankah itu semua akan menjadi pembenaran bagi orang lain? Lalu, apa gunanya lagi ikhwan/akhwat kita menyerukan suara kebenaran, bahwa pacaran itu haram, sementara saudaranya sendiri 'pacaran', walau katanya sih, versinya ikhwan-akhwat. Sungguh naif!

Saatnya untuk kembali ke ashalah. Kembali, kepada kemurnian yang sesungguhnya. Begitu banyaknya media terutama buku bacaan, terkadang membuat kita sulit membedakan, manakah yang memang benar-benar murni mengajak kita kepada jalan yang hanif, dan mana cerita yang sebenarnya mengumbar syahwat, yang dikemas dengan gaya islami. Bayak sekali cerita-cerita yang berkedok islami, tapi, isinya na'udzubillah..., sama saja membenarkan tindakan nafsu syahwat. Kalaupun ingin mengungkapkan fakta dan kebenaran, maka seharusnya isi cerita itu tidak mengarahkan kepada hal-hal yang justru sebenarnya dilarang dengan disamarkan dengan topeng religius.

Yah, kembali ke Ashalah, makna dan penyikapan cinta yang sebenarnya. Sebab, kasus ini benar-benar telah menginvasi da'wah dari dalam. Seperti sel kanker yang sedang bertumbuh, yang jika tidak cepat-cepat dideteksi dan dipangkas dari sekarang, akan menyebar ke sel-sel sehat lainnya. Okelah, sekarang, kasusnya masih sedikit, tapi, bisa jadi suatu saat, --tanpa kita sadari--, telah mencapai stadium empat yang sulit untuk disembuhkan lagi, karena, yang awalnya masih murni, tak terkontaminasi, kini ikut terinfeksi dengan adanya pembenaran-pembenaran terhadap tindakan -tindakan yang mulai melenceng dari rel.

"Naya, 'afwan, aku harus balik ke sekre lagi nih. Mau syuro keputrian."

"Oh...ya,..ya, tafadhol. Syukran yah, atas nasehatnya."

Penantian Gadis Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang