Dari bandara Internasional Minangkabau (BIM), mereka menaiki taksi untuk menuju ke kampus Unand yang ternyata cukup jauh juga. Kampus Unand itu memang terletak agak jauh dari pusat kota. Sekitar 20 km.
Sesampai di sana, Naya memandangi kampus hijau itu dengan takjub. Gerbangnya berbentuk 'rangkiang', sebuah ciri khas rumah gadang di daerah Minangkabau. Kampus yang kerap di namakan "Markas Power Ranger" karena gedung rektoratnya itu terlihat menyerupai markas jagoan yang sering digemari anak-anak itu. Kampus itu memiliki luas sekitar lima ratus hektar dengan lahan yang sangat hijau dan subur serta berbukit.
"Wow! Subhanallah, cantik sekali kampus ini, Ma" Naya berkata takjub.
"Ya..., mama juga suka ngeliatnya. Udaranya segar. Coba lihat itu, dari sini kita juga bisa menikmati pemandangan laut." Mama ikutan memuji. Taksi yang mereka tumpangi telah mendekati gedung PKM (Pusat kegiatan Mahasiswa) Unand.
"Naya kira cuma kampus yang ada di pulau Jawa aja yang keren. Taunya, nih kampus juga keren abis. Eaa..h, penyesalan memilih Kimia sedikit terobati nih."
"Ya. Unand ini kalo gak salah, kampus terluas di asia tenggara lho." Kata sang papa ikut menimpali.
"Yang bener, Pa?" Naya mendelik tak yakin. "Tapi, satu hal yang Naya suka, ciri khas rumah adat Sumatra Barat nih masih dipertahankan. Papa ingetkan, setiap gedung-gedung instasi pemerintahan, gubernuran, pokonya semuanya deh, memiliki ciri khas bangunan adat Minangkabau, hmm... kalo gak salah rumah gadang yah? "
"Yak."
Taksi yang mereka tumpangi telah sampai di depan auditorium, tempat mahasiswa baru melakukan registrasi. Naya turun dari taksi, diikuti kedua orang tuanya. Mereka bertiga tampak kebingungan. Naya malah cuma berdiri aja di depan gedung itu sambil memperhatikan emak-emak yang berjualan map, alat tulis, pinsil 2B, lem dan benda sejenisnya. Dia bingung sekali.
"Assalamu'alaikum, adek mau registrasi ya?" seorang akhwat manis dengan pakaian takwanya dan jilbab yang rapi menyapa ramah. Naya serasa disambut dengan suatu kehangatan oleh akhwat itu.
"Wa'alaikummussalam. Iya Teh eh... Kak."
"Wah, namanya siapa nih?"
"Naya, Kak. Teteh, ups...Kakak?"
"Kakak, Fitri. Dari mana, De'?
"Bogor, Kak"
"Wah..., jauh sekali ya? Fakultas apa?"
"Hmm... Fakultasnya apa ya? Naya juga gak tau fakultas apa. Tapi, yang jelas Naya diterima di Kimia, Kak.?"
"Oh, Kimia! Wah, kita tetangga fakultas nih. Kimia itu bagian dari MIPA. Kakak dari Farmasi. Baru nyampe yah?"
"Iya nih kak. Naya jadi bingung nih. Registrasinya di mana ya Kak?"
"Mari, kakak anterin." Fitri, mahasiswi jurusan Farmasi itu mengantarnya dengan ramah dan bersahabat. Wah, orang Padang itu ternyata ramah-ramah juga ya?
"Tunggu sebentar ya, Kak. Naya panggilin mama papa dulu." Gadis itu segera mendekati mama papanya yang tengah asyik mengobrol dengan sekelompok orangtua yang anaknya juga diterima di Unand.
"Pa, registrasinya di dalam."
"Oh ya? Yuk." Sang papa berpamitan dengan orang-orang yang ada di situ dan mengikuti Naya.
"Jurusan apa atuh, Nak?" Tanya sang papa pada gadis yang mendampingi Naya itu.
"Farmasi, Pak"
"Semester berapa?"
"Insya Allah, semester depan udah semester tujuh, Pak"
"Wah...,Udah hampir tamat ya? Oh ya, apa tak merepotkan teh nganterin Naya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Gadis Buruk Rupa
EspiritualNaya, mahasiswi muslimah berjilbab lebar yang terkenal sebagai aktivis BEM dan orator ulung tiba-tiba mengalami pendarahan, kejang dan membiru serta kehilangan kesadaran ketika perjalanan menuju luar kota bersama pengurus BEM lainnya. Semua orang pa...