Locus #25

1.2K 95 5
                                    

"Maaf. Saya tahu kamu akan protes. Pasti akan muncul pemikiran "Memangnya saya hewan percobaan?" Iya kan? Tapi, kalau menepikan hal itu, coba pikirkan, penyakitmu ini belum bisa disembuhkan. Tak ada obatnya hingga saat ini. Setiap penderita penyakit ini, obatnya hanya satu, yaitu kematian! Tinggal menunggu waktu saja. Setelah virus itu bereplikasi dan menggerogoti semua sistem kardiovaskular manusia, sistem kardiovaskular itu serta merta akan lumpuh. Kalau sistem cardiovaskular lumpuh, kamu bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Jadi,... saya rasa tak apalah mengorbankan orang yang juga akan mati. Tak masalah bukan? Mana tahu, keberuntungan berpihak pada salah satunya, jika akhirnya akan ditemukan obat sebagai penyembuhannya, atau paling tidak, pencegahannya." Terang Rhian. Naya tersentak mendengarnya.

"Kau benar-benar tak bermoral! Biadab! Memangnya manusia itu kau anggap apa? Orang yang berpenyakit tetaplah manusia yang punya hak untuk hidup. Apa hakmu melakukan itu semua? Kau benar-benar telah merampas hak hidup manusia lain!" Gadis itu marah. Sangat marah.

"Saya sudah menduga kamu akan mengatakan itu. Bahkan lebih pedih dari apa yang kamu ucapkan itu. Kamu benar, takkan ada orang yang mau dijadikan manusia percobaan. Tapi,... coba kamu pikirkan sekali lagi,... pikir dengan hati, jika kamu tidak berada di sini, jika kamu tidak menjadi bagian dari riset ini, maka akhir kehidupanmu tetap pada kematian bukan? Apa yang bisa dilakukan dokter rumah sakit umum? Toh, penyakit ini belum ditemukan obatnya. Pun, jika kamu berada dalam riset ini dan obat baru itu belum ditemukan, maka, ujungnya juga sama, kematian. Namun bedanya, kamu mati setelah ada obat yang diujikan kepadamu, setidaknya matimu tidak sia-sia. Kamu telah membantu dalam pengembangan riset ini, dan kamu telah menjadi pahlawan dalam dalam dunia pengobatan. Dan, bisa jadi keberuntungan berpihak padamu, meskipun itu peluang yang sungguh-sungguh sangat kecil, mana tahu, ketika sediaan baru dicobakan kepadamu, dan kamu sembuh, kamu bukan saja menjadi pahlawan, tapi, memiliki peluang untuk hidup. Kamu bisa bayangkan, dalam hitungan tahun, penyakit ini akan memusnahkan begitu banyak umat manusia karena gampangnya virus ini berpindah dari satu tubuh ke tubuh lainnya. Satu hal yang harus kamu ingat, kamu kira saya tidak terancam? Saya setiap hari berhadapan dengan penyakit ini, kamu kira tak berpeluang untuk terkena infeksi? Peluang itu sangat besar! Dan saya sudah siapkan dan hadiahkan diri saya untuk itu, untuk kesehatan umat manusia di dunia." Rhian berkata dengan nada yang cukup tinggi. Naya tercenung. Sangat lama. Gadis itu menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Di sudut matanya menggenang cairan bening.

Oh Rabb,...

Sungguh ujian ini amat berat ya Allah. Amat sangat. Ya Rabb, kuatan Naya selalu ya Allah.

Wahai Dzat yang di tangan-Mu kekuasaan, sungguh diri ini berpasrah pada-Mu. Maka, Naya memohon dengan sangat keampunan-Mu wahai Rabb. Naya mohon dengan sangat ya Allah.

Ampuni dosa-dosa Naya, ampuni ya Rabb. Naya mohon, jadikan kesabaran sebagai penolong Naya. Tuntun Naya selalu ya Allah.

Rabb,... pintu-pintu kematian itu semakin dekat rasanya. Sungguh, penyakit adalah salah satu pintu kematian itu. Naya sangat tahu ya Allah, perjanjian itu ada di tangan-Mu, ketetapan masa itu ada ditangan-Mu yang tak dapat dimajukan atau dimundurkan walau sedetik. Maka Naya mohon, jadikanlah Naya seseorang yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Rabb,... jika dengan jalan ini Naya bisa mencapai syahid di sabil-Mu, maka, Naya mohon ya Rabb,...teguhkan hati ini. Matikan Naya dengan syahid di jalan-Mu. Matikankan Naya dalam keadaan mengingat-Mu, dan matikan Naya dengan kematian yang kan memberi manfaat bagi ummat, terutama kejayaan Islam ya Rabb. Naya mohon ya Allah... Naya mohon ya Allah. Naya yakin akan pertolongan-Mu.

"Na..ya, maafkan saya, telah membuat kamu sedih." Rhian berujar penuh penyesalan ketika ada bulir menganak sungai dari sudut mata gadis yang berada di hadapannya kini. "Saya tahu, barang kali saya memang biadab. Saya sangat menyesal telah mengatakannya padamu. Tapi, saya mengatakan itu semua karena saya percaya kamu satu-satunya orang yang bisa berpikir logis dan rasional di antara sekian banyak pasien yang berpenyakit sama denganmu. Logis dan masuk akal! Sebab, dengan otak, manusia akan berpikir lalu bertindak menyelamatkan dunia. Saya berharap, dengan mengakatakannya padamu, kamu bisa memberikan masukan yang lebih baik. Sebab, ada sisi lain pada pemikiranmu yang tidak bisa saya rambah, dan saya sangat membutuhkan masukan itu. Itu saja."

Penantian Gadis Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang