Aku mencoba untuk membuka kedua bola mataku, walau kepalaku masih terasa pusing tapi aku tetap berusaha untuk bisa membuka mataku. Sebuah plafond bercat putih lah yang pertama aku lihat saat mata ini terbuka.“Kamu udah sadar?” suara seseorang berhasil membuatku mengalihkan pandangan padanya, aku melihat dia duduk disamping ranjangku sambil menatapku serius.
“Kok aku disini?” tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya tadi.
“Tadi kamu pingsan di koridor, jadi aku bawa kamu ke UKS.” Jawabnya datar.
“Makasih ya, lagi lagi kamu udah nolongin aku.” Ucapku.
“Santai aja.” Ucapnya lagi. Dia berdiri dari tempatnya duduk dan terlihat akan berjalan keluar meninggalkan ruangan ini.
“Nama kamu siapa?” tanyaku yang membuat langkah kakinya terhenti. Dia membalikan tubuhnya dan menatapku dengan tatapan datarnya.
“Taehyung.” Jawabnya singkat, dia kembali membalikan tubuhnya dan meneruskan langkahnya meninggalkan ruang UKS.
Aku hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh dan menghilang dibalik pintu.
“Nayeon..” Ku lihat Jihyo membuka pintu UKS dan berlari mendekatiku.
“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya yang terlihat sangat khawatir.
“Aku nggak apa-apa kok.” Jawabku sambil tersenyum.
“Ini pasti gara-gara kamu belum makan, jadi pingsan deh.” Ucapnya lagi, aku hanya tertawa kecil melihat kelakuannya yang terlihat begitu khawatir, seperti kekhawatiran seorang ibu kepada anaknya sendiri.
“Kok malah ketawa?” tanyanya bingung.
“Habis kamu khawatir ke aku kaya seorang ibu yang khawatir pada anaknya.” Jawabku sambil tertawa kecil.
“Enak aja, emang kamu kira aku udah ibu ibu apa.” Gerutunya. Aku hanya bisa tertawa melihat ekspresi wajahnya. Aku begitu beruntung memiliki sahabat sepertinya, dia begitu perduli dan sayang padaku.
“Oh ya, yang bawa kamu kesini siapa?” Tanya Jihyo.
“Taehyung.” Jawabku.
“Hah? Taehyung?” Tanya Jihyo yang terlihat begitu kaget.
“Iya, emang kenapa?” tanyaku bingung.
“Kamu nggak tau Taehyung itu siapa?” Tanya Jihyo lagi, aku hanya menggelengkan kepalaku.
“Taehyung itu siswa baru pindahan dari Canada, dia anaknya pemilik yayasan.” Jawab Jihyo.
Aku terdiam dan mengingat wajahnya, dia memang sangat tampan seperti bukan orang asli Indonesia, dan dia juga sangat cuek padahal yang aku tau kebanyakan orang Indonesia itu cukup terkenal dengan keramahannya, ternyata dia besar di Canada, pantas saja sikapnya cukup aneh dan dingin.
“Nay, jam istirahat udah mau habis nih. Aku ke kelas duluan ya, kamu istirahat aja disini biar nanti aku yang ijinin kamu di kelas. Oh ya tadi aku sempet beliin makanan buat kamu dari kantin, jangan lupa di makan ya.” Ucap Jihyo.
“Iya, makasih banyak Hyo, Cuma kamu orang yang paling perduli dan perhatian sama aku.” Ucapku sambil tersenyum, Jihyo membalas senyumanku dan memelukku sekilas.
“Aku tinggal ya Nay.” Ucapnya, aku mengangguk dan tersenyum. Jihyo mulai melangkahkan kakinya dan meninggalkanku sendiri disini.
Aku hanya diam termenung sendirian, sebuah ingatan masa lalu kembali melintas dalam otak ku, aku ingat betul kejadian saat Sana pingsan karena terkena lemparan bola basket, saat itu semua isi sekolah seakan ikut panik, termasuk guru-guru disini.
Mereka begitu perhatian dan perduli saat Sana jatuh pingsan, bahkan para siswa siswi disini rela berjubel di pintu UKS hanya demi melihat Sana.Sedangkan sekarang saat aku sakit dan jatuh pingsan, tidak ada yang perduli padaku selain Jihyo sahabatku.
Saat pihak sekolah menelpon kedua orang tua ku, papa dan mama langsung datang menjemput Sana, mereka begitu khawatir pada Sana, sampai sampai mereka memarahiku karena aku tak menjaga Sana.
Jika aku pulang nanti, apakah papa dan mama juga akan mengkhawatirkan keadaanku? Aku sangat takut, aku takut hatiku kembali terluka jika ternyata tak ada perhatian dari mama atau pun papa untukku.
Tanpa terasa air mata pun sudah mulai mengalir membasahi pipiku, lagi lagi aku harus menangis karena rasa iri ku pada Sana. Tuhan ada apa denganku, kenapa aku harus mempunyai rasa iri seperti ini?
Tolong hilangkan semua rasa iri ku ini Tuhan, aku tak ingin terus menerus tersiksa dalam perasaan iri yang selalu berhasil membuatku sakit dan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Menutup Mata (Kth - Iny) ✔
FanficMasihkah aku dianggap dalam keluarga ini? Masihkah aku terlihat dalam keluarga ini? Masih adakah aku dalam hati mereka? Atau mungkin aku hanya dianggap angin lalu yang sama sekali tidak penting dan tidak ada gunanya?