II

2.2K 174 1
                                    

💟💟💟💟💟💟💟

Aku terus berjalan menyusuri jalan komplek yang masih sepi, ku lihat jam tangan sudah menunjukan pukul 07.30 WIB, kalau sudah jam segini aku yakin aku pasti akan telat, apalagi angkot jalannya lama dan sering berhenti dimana saja. Huft..

bagaimana ini? Mana hari ini pelajaran Pak Cahyo, sang guru galak yang tidak suka jika muridnya terlambat dan tidak disiplin.

Aku terus mempercepat langkah kakiku, sampai-sampai aku tak menyadari ada sebuah motor yang berjalan cepat dari arah belakang, bunyi klaksonnya berhasil membuatku membalikan tubuh dan berteriak kencang.

Aku menutup mata karena takut motor itu akan menabrak tubuhku, namun sudah sekian detik aku tak merasakan apa-apa. Segera saja aku membuka mata, dan ternyata motor itu berhenti dengan jarak sekitar 20 cm dari tubuhku.

Sang pengemudi yang memakai helm berwarna merah itu segera mematikan mesin motornya dan turun dari motor, dia membuka helm nya dan berjalan menghampiriku.

“Kamu nggak apa-apa?” Tanyanya.

Aku hanya menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, pria itu menggunakan seragam dan almamater dengan logo sekolah yang sama denganku, mungkinkah dia teman sekolahku? Tapi kenapa aku baru melihatnya sekarang?

Padahal sudah hampir 3 tahun aku bersekolah disana. Pria itu memiliki tubuh yang sangat indah, dia sangat tinggi dengan tubuh atletisnya, rambutnya cukup gondrong namun tetap rapi, matanya sangat teduh, dan wajahnya sangat tampan, namun sepertinya dia tipe pria yang cuek dan dingin, buktinya saat bertanya padaku tadi ekspresi wajahnya sangat datar.

“Kenapa malah diam?” tanyanya lagi dengan ekspresi wajah yang tetap datar.

“Eh, maaf ya. Tadi aku melamun.” Jawabku.

“It’s oke.” Ucapnya simple. Dia memandangiku dan memperhatikanku dari atas sampai bawah.

“Sekolah di SMA Garuda *ngasal*?” tanyanya, Aku segera mengangguk sambil menyunggingkan sedikit senyum.

“Kenapa masih jalan disini? Bukankah jarak ke sekolah masih jauh?” tanyanya.

“Aku tadi kesiangan dan ditinggal sama papa aku, jadi dengan terpaksa aku harus berjalan sampai menemukan angkutan kota.” Jawabku.

“Kamu akan menghabiskan waktu yang sangat lama kalau memaksakan diri untuk berjalan. Karena sekolah kita sama, sebaiknya kamu ikut sama aku.” Ucapnya dan langsung saja menarik tanganku kearah motornya.

Dia segera memakai kembali helm merahnya, dan menyuruhku untuk cepat naik ke motor ninja merahnya itu. Aku hanya menurut dan segera duduk dibelakangnya, dia mulai tancap gas dan langsung menjalankan motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi sehingga membuatku berpegangan erat pada tubuhnya.

 
                Lima belas menit kemudian motornya sudah terparkir di parkiran sekolah, aku segera turun dan menunggunya memarkirkan motor.

“Makasih ya, berkat kamu aku jadi nggak telat.” Ucapku sambil tersenyum.

“Oke sama-sama.” Jawabnya singkat.

Dia segera beranjak pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di parkiran, Astaga dia benar-benar pria yang sangat cuek, aku menunggunya tapi dia malah meninggalkan aku. Dasar aneh !

Aku segera berjalan kearah kelas, saat tengah asyik menyusuri koridor, aku melihat Sana yang tengah tertawa bersama teman-temannya, Aku dan Sana memang satu kelas, karena walau dia adalah kakak ku, tapi perbedaan umur kamu tidaklah terlalu jauh, makannya papa menyekolahkanku berbarengan dengan Sana.

Sana begitu tampak sangat bahagia tertawa bersama ketiga sahabatnya, terkadang aku iri pada Sana, di sekolah pun dia memiliki banyak teman yang selalu perhatian dan perduli padanya, berbeda dengan aku yang hanya memiliki satu orang sahabat, tapi biarpun begitu aku sangat senang mempunyai satu-satunya sahabat paling setia seperti Jihyo. Ya, Jihyo adalah sahabat baikku sejak kami kelas 4 SD dulu.

“Nayeon..” suara itu berhasil membuatku mengalihkan pandangan, aku melihat Jihyo yang melambai-lambaikan tangannya di depan kelas, aku segera tersenyum dan berjalan cepat menghampirinya.

“Tumben baru datang 5 menit sebelum bel, biasanya kamu pagi-pagi udah standby.” Ucapnya dan menarikku untuk langsung masuk kelas.

“Tadi aku kesiangan, jadi nggak bareng sama papa.” Jawabku dan langsung duduk di kursiku.

Jihyo ikut duduk disampingku, dia memandang wajahku dengan seksama.

“Kok muka kamu keliatan lebih pucat, kenapa? Kamu sakit?” tanyanya yang terlihat begitu khawatir.

Aku segera tersenyum padanya, hanya Jihyo yang selalu memberikanku sebuah perhatian yang tak pernah aku dapatkan dari keluargaku sendiri.


Sampai Menutup Mata (Kth - Iny) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang