Aku segera tersenyum padanya, hanya Jihyo yang selalu memberikanku sebuah perhatian yang tak pernah aku dapatkan dari keluargaku sendiri.
“Aku nggak apa-apa.” Jawabku.
“Kamu pasti belum sarapan kan?” tanyanya.
“Belum, soalnya kan aku telat.” Jawabku.
Jihyo memperhatikan tas ku, dia melihat sebuah misting dan langsung saja mengambilnya.
“Kamu bawa bekel? Yaudah cepet makan, biar nggak kelaperan.” Ucapnya dan membuka tutup misting itu.
“Jangan di buka Hyo, itu bekal titipan mama buat Sana, bukan buat aku.” Jawabku lemah.
Jihyo memandangku dengan iba, dia segera menutup misting itu dan meletakannya di atas meja.
“Mama kamu perhatiannya sama Sana terus ya, padahal kamu juga kan anak kandungnya.” Ucap Jihyo.
Ingin rasanya aku menangis dan membenarkan apa yang Jihyo ucapkan, namun aku tak boleh terlihat lemah di depan sahabat baikku ini. Aku segera tersenyum dan menatapnya dalam.
“Gapapa lagi, kan aku masih punya sahabat yang perhatian banget sama aku.” Jawabku sambil tersenyum dan memeluknya dari samping. Jihyo ikut tersenyum dan merangkulku lebih erat.
Aku melihat Sana yang berjalan bersama Mina, Momo, dan Tzuyu ke dalam kelas. Mereka bisa dibilang satu geng yang populer di sekolah, banyak siswa laki-laki yang berusaha keras untuk bisa mendekati salah satu dari mereka, dan banyak pula para siswi yang ingin bisa bergabung dengan mereka, tapi mungkin mereka memang sudah di takdirkan untuk berempat saja.
Aku mengambil misting yang ada di meja lalu segera berjalan kearah bangku Sana.
“Sana, tadi mama nitip roti bakar buat kamu.” Ucapku dan memberikan misting itu.
“Oh thank you.” Ucapnya dan mengambil misting yang aku berikan.
“Waw mama kamu perhatian banget ya San.” Ucap Mina.
“Kayaknya enak tuh San roti bakarnya.” Timpal Momo.
“Kalian mau? Ambil aja.” Ucap Sana simple dan memberikan misting itu pada teman-temannya.
Ingin rasanya aku memarahi Sana, mama sudah capek-capek membuatkan roti bakar itu untuknya, tapi kenapa dia tak memakannya?
Kenapa malah dia berikan pada teman-temannya? Andai saja roti bakar itu mama buatkan untuk aku, mungkin aku sudah melahapnya dengan semangat sampai roti itu habis.
“Ngapain bengong disini Nay?” Tanya Tzuyu.
Aku yang tersadar pun langsung pergi meninggalkan bangku Sana, Sana hanya tersenyum melihat teman-temannya yang asyik memakan roti buatan mama.
Aku duduk kembali di bangku ku dengan lemas, perutku terasa perih dan sakit, mungkin ini efek karena aku belum makan.
“Kenapa Nay? Kok rotinya di makan sama temen-temen Sana?” Tanya Jihyo.
“Sana memberikannya pada mereka.” Jawabku singkat.
“Kok gitu? Kalau Sana nggak mau, kenapa nggak dikasih ke kamu aja? Kan kamu belum sarapan.” Ucap Jihyo.
“Udah gapapa, lagian makanan di kantin masih banyak kan yang bisa aku makan.” Ucapku.
Jihyo hanya menatapku dengan tatapan anehnya, mungkin dia greget sendiri sama sikapku.
Aku berjalan sendirian menyusuri koridor menuju kantin sekolah, Jihyo akan menyusulku nanti karena dia ada urusan sebentar dengan TU.
Entah kenapa kepalaku mendadak pusing dan begitu sakit, aku tak bisa lagi melangkahkan kaki ku karena tubuhku terasa berat dan bergetar, aku tak sanggup lagi melihat kearah depan yang seperti berputar-putar, akhirnya semua penglihatanku menjadi buram dan berubah gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Menutup Mata (Kth - Iny) ✔
FanficMasihkah aku dianggap dalam keluarga ini? Masihkah aku terlihat dalam keluarga ini? Masih adakah aku dalam hati mereka? Atau mungkin aku hanya dianggap angin lalu yang sama sekali tidak penting dan tidak ada gunanya?