VI

1.7K 154 1
                                    

***000***
 

               Dua hari sudah aku beristirahat di rumah, aku belum masuk sekolah karena keadaanku masih terlalu lemah untuk masuk sekolah. Kadang aku ingin memilih untuk masuk sekolah dibanding hanya beristirahat di rumah, karena dalam kondisi ku yang sakit seperti ini pun, mama dan papa tetaplah mementingkan Sana di atas segalanya.

Ingin sekali aku menangis setiap melihat mama dan papa yang bersikap biasa saja saat aku sakit seperti ini, padahal jika Sana yang sakit mama dan papa akan sangat khawatir pada dia, mama akan menungguinya di kamar dan selalu memberikannya semangat untuk sembuh.

Sedangkan aku, walaupun aku sakit mama hanya beberapa kali masuk kamarku, itu pun hanya untuk sekedar mengantarkan makanan dan menyuruhku meminum obat.

Pernah aku berpikir lebih baik aku mati saja daripada aku harus terus menerus tersiksa dalam perasaan iri ini, aku tak mungkin sanggup jika harus terus menangis seperti ini. Tapi semangat Jihyo berhasil membuatku tetap bertahan menjalani takdir ku untuk tetap hidup di dunia ini.

Tok tok tok.. aku mendengar suara seseorang yang mengetuk pintu kamarku.

“Masuk aja.” Ucapku dengan suara yang lemas.

Seseorang membuka pintu kamarku dan langsung berjalan menghampiriku. Aku tak percaya akan apa yang aku lihat saat ini.

“Nenek?” ucapku tak percaya.

Ya beliau adalah nenek ku, nenek yang selama ini sangat menyayangiku dan memperdulikan aku.
Nenek segera tersenyum dan memelukku sangat erat.

Aku menangis dalam pelukan nenek, selama ini aku sangat merindukannya, nenek lah yang merawatku saat aku kecil dulu, bahkan aku jauh lebih dekat dengan nenek dibanding orang tua ku sendiri. Aku merasa nenek juga meneteskan air matanya saat memelukku.

“Gimana keadaan kamu sayang?” Tanya nenek memegangi wajahku. Nenek benar-benar menangis melihat keadaanku yang sangat lemah dengan wajah pucat.

“Aku baik-baik aja nek.” Jawabku dan mencoba untuk menghapus air matanya.

“Kenapa nenek bisa ada disini?” tanyaku.

“Nenek sangat khawatir begitu Jihyo menelpon nenek dan memberitahukan bahwa kamu sakit, akhir-akhir ini perasaan nenek sering tidak enak, dan ternyata itu adalah firasat bahwa cucu kesayangan nenek sedang sakit.” Ucap nenek dan kembali memelukku.

Jihyo memang kenal dekat dengan nenekku, karena jika aku liburan ke rumah nenek, Jihyo selalu mau menemaniku, karena Sana dan Chaeyoung tak pernah mau jika aku mengajak mereka, mereka memang tidak dekat dengan nenek, karena menurut mereka nenek lebih menyangiku dibanding mereka.

Jihyo juga sangat tahu jika aku sangat dekat dengan nenek, dan Jihyo tahu kalau hanya nenek lah yang sangat perduli, perhatian, dan begitu sangat menyangi aku.

“Nenek akan tinggal disini, nenek akan menemani kamu sampai kamu sembuh, dan nenek juga akan menjaga kamu.” Ucap nenek menatapku begitu dalam. Aku tersenyum dan kembali memeluk nenek.

Kehadiran nenek disini akan membuat luka hatiku sedikit berkurang, karena mulai saat ini akan ada yang memperhatikan aku dan perduli padaku selain Jihyo.

Selama aku sakit Jihyo memang selalu menengok ku tiap pulang sekolah, dia rela pulang malam hanya untuk sekedar menemaniku agar aku tidak merasa sendiri dan kesepian.
Aku sangat bersyukur Tuhan telah memberiku seorang sahabat terbaik seperti Jihyo, dan sekarang aku semakin bersyukur kembali dengan kehadiran nenek disampingku. Terimakasih banyak Tuhan, Kau selalu punya rencana yang indah saat aku mulai merasa lelah dan ingin menyerah.
 
                Jam dinding sudah menunjukan pukul 15.00 WIB, aku dan nenek tengah asyik melihat-lihat album foto saat aku kecil dulu, kami tertawa sangat bahagia. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, aku melihat mama berdiri disana bersama Sana dan Chaeyoung.

“Ibu..” ucap mama saat melihat nenek yang ada bersamaku. Mama segera berjalan mendekati kami, mama langsung mencium tangan nenek.

“Kenapa Ibu nggak bilang kalau Ibu mau ke sini?” Tanya mama.

“Apa Ibu harus bilang kalau Ibu mau datang ke sini? Kamu sendiri tidak pernah bilang kalau Nayeon sakit.” Ucap nenek.

“Maaf Bu, menurut saya Nayeon hanya sakit biasa, jadi saya tidak menghubungi Ibu karena saya takut Ibu panik.” Jawab mama sambil menunduk.

“Sudahlah, mulai sekarang Ibu akan tinggal disini.” Ucap nenek dan langsung keluar dari kamarku.

Sana dan Chaeyoung yang tengah berdiri di depan pintu langsung menyingkir begitu nenek berjalan kearah pintu. Mama beralih menatapku, aku tak berani membalas tatapan mama karena aku takut mama akan marah padaku, tapi sesaat kemudian mama pergi meninggalkan kamarku dan menutup pintu kamarku. Aku hanya bisa terdiam sendiri dibalik selimut tebalku.


Sampai Menutup Mata (Kth - Iny) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang