X

1.7K 166 9
                                    

***000***
        

        Pagi telah tiba, pagi ini langit terlihat segar dan bersemangat. Aku menatap bayanganku di cermin, celana jeans yang dipadukan kaos lengan panjang berwarna ungu terlihat simple ditubuhku, rambut pirangku sengaja aku ikat agar tidak merasa gerah saat di bis nanti.

Sepatu kets berwarna ungu terlihat serasi dengan pakaian yang aku pakai, oke hari ini aku siap untuk mengikuti happy camp sebelum perpisahan itu tiba, perpisahan untuk selamanya bagiku.

Sepanjang sejarah hidupku, baru kali ini aku menyadari bahwa aku begitu cantik dengan dandanan simple dan natural seperti ini.

Hey ada apa dengan aku? Mengapa tiba-tiba aku memuji diriku sendiri? Entahlah… mungkin Tuhan sedang mengizinkan aku memuji diri sendiri sebelum waktuku tiba.

“Ekhem..” suara itu berhasil membuatku berpaling dari cermin. Ku lihat nenek tengah tersenyum dibelakangku, aku segera membalas senyuman nya dan berjalan mendekatinya.

“Cucu nenek semakin hari semakin terlihat cantik.” Puji nenekku.

Aku tersenyum kepada nenek, aku menatap wajah nenek sangat dalam, bagiku nenek terlihat sangat cantik diusianya yang sudah setengah abad ini, entah mengapa aku ingin sekali memeluk nenek, memeluk tubuhnya dengan erat.

“Nek, boleh Nayeon meluk nenek?” tanyaku ragu.

“Kenapa tidak.” Nenek menjawab pertanyaanku sambil merentangkan kedua tangannya.
Aku segera berhambur dalam pelukannya, ku peluk nenek dengan erat, ku ciumi harum aroma tubuhnya.

“Nek, Nayeon sayang banget sama nenek. Nayeon beruntung punya nenek sebaik nenek, nenek perhatian dan sayang banget sama Nayeon. Terimakasih ya nek buat semua kasih sayang nenek sama Nayeon, maaf kalau selama ini Nayeon suka manja dan ngerepotin nenek.” Ucapku. Nenek melepaskan pelukanku dan menatapku dengan bingung.

“Nayeon kenapa? Kok ngomong kaya gitu?” Tanya nenek.

“Nayeon nggak papa kok nek, Nayeon pengen aja berterimakasih sama nenek.” Jawabku sambil tersenyum.

“Nenek juga beruntung punya cucu secantik dan sebaik Nayeon. Nenek nggak pernah ngerasa direpotin sama Nayeon. Nenek senang kalau Nayeon bermanja manja sama nenek, karena nenek sayang banget sama Nayeon.” Ucap nenek.

Aku kembali memeluk nenek dengan erat, air mataku tiba-tiba saja mengalir, entah mengapa pelukan ini terasa begitu hangat dan nyaman, masih bisakah aku memeluk nenek lagi? Itulah pertanyaan yang kini bersarang dalam benakku.

Nenek melepaskan pelukanku, beliau mencium puncak kepalaku dengan penuh kasih sayang.

“Nayeon cepat berangkat ya, nenek gak mau Nayeon ketinggalan bis gara-gara telat.” Ucap nenek. Aku tersenyum dan segera mengangguk.

Segera ku ambil ransel dan langsung ku gendong, aku melangkah keluar kamar bersama dengan nenek.
Mataku kembali menangkap pemandangan itu, ku lihat mama dan papa tengah sibuk membantu Sana mengecek barang barangnya, disana Chaeyoung juga terlihat semangat membantu Sana menata rambutnya.

Entah mengapa kali ini aku merasa bahagia, rasa iri yang biasanya menyerang batinku tiba-tiba saja hilang entah kemana. Aku tersenyum dan berjalan mendekat kearah mereka.

“Pagi Mah, Pah.” Sapaku lembut. Mama dan Papa langsung beralih menatapku.

“Pagi Nay..” jawab mereka berbarengan dan kembali dengan kesibukan mereka tadi.

Aku tetap berdiri melihat pemandangan itu, rasanya pemandangan ini akan sulit untuk bisa aku lihat kembali :’)
Setelah semuanya selesai, Sana mulai menggendong tas nya, dia juga mulai berpamitan pada mama dan papa.

“Mah, Pah Sana berangkat ya..” ucap Sana dan mencium pipi mama dan papa. Mama membalas Sana dengan memeluknya. Aku tersenyum senang melihatnya, aku pun ingin diperlakukan seperti itu sebelum aku pergi.

“Mah, Pah, Nayeon juga pamit ya.” Ucapku sambil mencium tangan kanan mama dan papa.

Mama dan papa tersenyum sambil mengusap kepalaku lembut. Astaga hati ini sangat bahagia bisa merasakan kembali sentuhan lembut mereka.
Aku menatap mama dan papa dengan penuh rasa bahagia.

“Nayeon bolehkan memeluk mama dan papa sebelum Nayeon pergi?” ucapku lembut.

Ku lihat mama dan papa berpandangan satu sama lain. Tanpa menunggu jawaban dari mereka, aku segera berhambur memeluk mama.

“Mah, Nayeon sayang banget sama mamah. Makasih ya mah selama ini mama udah memberi Nayeon kesempatan untuk merasakan kehidupan di dunia ini, makasih karena mama mau mengizinkan Nayeon untuk hidup bersama mama.” Ucapku didalam pelukan mama.

Aku tersenyum dan melepaskan pelukan mama, ku lihat mata mama berkaca-kaca, aku segera mencium pipi mama dengan lembut. Aku kembali tersenyum dan langsung memeluk papa.

“Pah, Nayeon juga sayang banget sama papa. Makasih karena papa udah mau bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup Nayeon. Maaf kalau Nayeon belum bisa membalas kebaikan papa. Nayeon beruntung punya papa yang bertanggung jawab seperti papa.” Ucapku lagi.

Aku melepaskan pelukan papa, aku memperhatikan wajah mama dan papa yang terlihat bingung dengan sikapku pagi ini, aku hanya menjawab kebingungan mereka dengan senyum yang aku sunggingkan.

Aku beralih menatap Chaeyoung yang sedari memperhatikan tingkahku pagi ini. Aku mendekat dan segera memeluk adik kecilku ini.

“Chaeyoung, kakak juga sayang banget sama Chaeyoung. Walau kakak nggak deket sama chaeyoung tapi kakak sayang banget sama Chaeyoung, titip mama sama papa ya, Chaeyoung harus jadi anak kebanggan buat mereka.” Ucapku dan mengacak rambutnya pelan.

Chaeyoung hanya mengangguk bingung dengan ucapan ku barusan.
Aku tersenyum dan langsung berpamitan kembali untuk menyusul Sana yang sudah pergi duluan.

“Mah, Pah, Nek, Nayeon pergi dulu ya. Kalian jaga kesehatan ya, Nayeon sayang sama kalian. Sama Chaeyoung juga.” Ucapku dan langsung melangkahkan kaki meninggalkan rumah.

Saat berada didepan rumah, aku memandang rumah ini dengan seksama, mungkin aku akan memiliki rumah yang jauh lebih bagus dari rumahku saat ini.


Sampai Menutup Mata (Kth - Iny) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang